Tokoh Inspiratif
Endang Nuryadin, Kepala OJK Provinsi Jambi yang Ubah Tantangan Menjadi Tentengan
Berdasarkan perjalanan hidup dan pengalamannya, sangat penting untuk masyarakat itu paham masalah keuangan.
Penulis: Vira Ramadhani | Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Masih dalam rangakaian kegiatan HUT Tribun Jambi yang ke-11 Tahun. Tribun Jambi masih menggelar acara Mojok Eksklusif 11 Tokoh Inspiratif Provinsi Jambi Versi Tribun Jambi.
Melalui acara talkshow Mojok Tribun Jambi akan mengupas tuntas kisah perjalanan 11 Tokoh Inspiratif Versi Tribun Jambi. Acara Mojok ini dilakukan secara live melalui sosial media Tribunjambi yaitu Facebook, Instagram dan YouTube.
11 Tokoh Inspiratif Versi Tribun Jambi memiliki kisah perjalanan yang berbeda-beda yang membuatnya sukses seperti sekarang ini.
Seperti satu diantara 11 Tokoh Inspiratif Mojok Tribun yaitu Endang Nuryadi, Kepala OJK Provinsi Jambi. Mojok kali ini dilaksanakan di Kantor OJK Provinsi Jambi pada Senin (12/4/2021).
Endang Nuryadin menjadi kepala OJK Provinsi Jambi sejak Sperember 2017.
Berkecimpung di dunia ekonomi sejak kecil karena orang tuanya merupakan pengusaha. Bahkan saat SD ia telah berjualan.
“Sejak sd Endang bersama adiknya pernah berjualan es bon-bon ayau es lilin dan lotre,” katanya.
Orang tuanya pun mengharapkan Endang menjadi pengusaha, sedari kecil telah di didik untuk berwirausaha.
Endang bekerja dibidang keuangan bisa dikatakan tidak sengaja, karena pilihan jurusan kuliah yaitu ekonomi merupakan pilihan ketiga.
Saat sedang menunggu waktu wisuda, Salah satu bank mengadakan perekrutan karyawan di kampusnya, lalu ia iseng mengukuti tes dan lulus.
“Yang ikut banyak, yang nilainya bagus, bahkan cumlaude, sedangkan nilai saya standar saja, Alhamdulillah lulus dan trening ke Jakarta,” ungkapnya.
Endang Bekerja di dunia perbankan selama sebelas tahun dan telah bekerja di berbagai bidang di dunia perbankan seperti marketing, analisa kredit, internasional banking dan lainnya.
Pada saat bank di marger ada pilihan mau ambil pesangon atau ikut ke bank yang di marger. Lalu ia memilih untuk mengambil pesangon.
“Saya berfikir pada saat itu usia saya 35 tahun, saya harus mencoba hal baru yang lebih menantang,” katanya.
Setelah tidak bekerja di perbankan, orang tuanya senang sekali, karena orang tua masih berharap untuk meneruskan usahanya.