Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Yesus Mati Untuk Menebus Kita dari Dosa
Bacaan Ayat: Lukas 23:46 (TB) - "Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demik
Yesus Mati Untuk Menebus Kita dari Dosa
Bacaan Ayat: Lukas 23:46 (TB) - "Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya".
Oleh Pdt Feri Nugroho

Di sepanjang sejarah iman Kristen, kematian Tuhan Yesus Kristus menjadi tema menarik untuk diperbincangkan.
Sebagian orang, atau bahkan, banyak orang mempertanyakan, 'Jika Yesus mati, bukankah itu berarti Tuhan itu mati? Lalu bagaimana Tuhan bisa mati?'.
Pertanyaan ini logis, karena tidak paham tentang Firman yang menjadi manusia.
Paulus dalam salah satu suratnya telah memberikan jawaban bahwa Yesus mati dalam keadaan sebagai manusia, dan ini cukup memberikan penjelasan bahwa Tuhan hidup; yang mati adalah Yesus dalam keadaan sebagai manusia.
Yang lebih penting adalah memahami apa makna kematian tersebut dalam rangka karya penyelamatan Allah?
Baca juga: Apa Itu Jumat Agung atau Good Friday? Penderitaan dan Penyaliban Yesus
Duaribu tahun lalu, bagi para murid kematian Yesus adalah matinya harapan akan hadirnya Mesias yang dinanti-nantikan.
Kejayaan sebuah bangsa besar dibawah kekuasaan dan pimpinan Sang Mesias harus kandas di atas kayu salib.
Bagi penguasa Romawi, kematian Yesus menjadi kematian korban situasi politik.
Demi menjaga keamanan dan ketentraman, satu orang mati, rasanya bukan hal yang merugikan dibandingkan kekacauan yang mungkin muncul di kemudian hari.
Para ahli Taurat puas, bahwa seorang penyesat telah berhasil dibinasakan. Seorang yang menyamakan diri sebagai Allah hukumannya hanya mati. Namun tidak ada aturan yang mengatur hal tersebut.
Kolaborasi dengan penguasa, menjadi pilihan terbaik untuk membunuh Yesus.
Lain persoalan dengan banyak orang-orang yang berduyun-duyun datang. Mereka sekedar menonton.
Di satu sisi merasa iba, namun tidak kuasa untuk bertindak. Menonton dari jauh atau sekedar mengikuti arus massa yang berteriak-teriak, cukuplah untuk mengekspresikan diri.
Sangat kontras, jika kematian Yesus dihubungkan dengan karya penyelamatan Allah. Kematian-Nya menjadi wujud nyata dari keadilan Allah yang dinyatakan.

Ketidaktaatan manusia yang menimbulkan dosa dan berbuah maut, telah ditimpakan kepada-Nya. Yesus mati dalam rangka memenuhi tuntutan hukuman Allah, bahwa ketika manusia tidak taat maka kematian akan menghampiri.
Penyelamatan terjadi ketika ada yang dikurbankan untuk menjadi kurban pengganti.
Kematian-Nya menjadi wujud nyata bayang-bayang masa lalu tentang anak domba yang disembelih agar manusia berdamai dengan Allah.
Kematian Yesus menyelesaikan perseteruan antara Allah dengan manusia.
Yesus yang tidak berdosa, suci berkurban sekali dan berlaku untuk selama-lamanya.
Kematian-Nya menjadi puncak karya penyelamatan dengan menyelesaikan masalah dosa.
Itu sebabnya Ia berseru diatas kayu salib, "Sudah selesai.", lalu Ia menyerahkan nyawa-Nya.
Dimulailah babak baru karya penyelamatan. Sejarah karya penyelamatan Allah kemudian berpaling pada Yesus dan percaya, maka jaminan keselamatan akan terjadi.
Inilah wujud kasih Allah yang besar bagi kehidupan. Ia memulihkan kembali kehidupan pada maksud awal Allah ketika menciptakan kehidupan. Jaminan kehidupan kekal diberikan kepada setiap orang yang memilih untuk percaya.
Dalam prosesnya, Yesus memberikan teladan berharga untuk diteladani. Dia mengampuni. Di atas kayu salib, dalam penderitaan demi menyelesaikan kutuk Allah atas dosa, Dia mendoakan orang-orang yang menyalibkan-Nya.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Firman yang Menjadi Daging
Kepada penyamun yang disalibkan bersama dengan Dia, Ia memberikan pengharapan. Firdaus dijanjikan karena ia menaruh pengharapan kepada-Nya.
Yesus tetap fokus pada karya penyelamatan. Ia tidak tergoda untuk turun dari salib dengan kuasa-Nya sebagai Tuhan. Ia memilih taat sampai mati dalam keadaan sebagai manusia.
Dalam penderitaan-Nya, Ia berserah pada kehendak Bapa. Dengan yakin Ia berkata, "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku."
Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. Sudah seharusnya teladan tersebut dapat kita lakukan dalam kehidupan hari ini, sebagai orang-orang yang telah percaya dan menerima jaminan keselamatan.
Fokus pada Allah, akan menuntun kita untuk bisa mengampuni. Pengampunan Allah dalam Yesus menjadi dasar bagi kita untuk mengampuni sesama. Amin
Baca Renungan Harian Kristen Lainnya
Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam