HEADLINE TRIBUN JAMBI
Dari Masa Dinasti Song hingga Ming, Temuan 730 Mangkuk Produksi Cina
"Jadi ini diproduksi masanya, ada suatu hal. Ada proses disposisi bisa karena alam dan manusia. Jadi memang kondisinya masih bagus..."
TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL - Sebanyak 730 buah mangkuk temuan masyarakat RT 02 Parit Kerbau, Desa Mekar Alam, Kecamatan Seberang Kota, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dinyatakan sebagai Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB).
Kepala Bidang Registrasi dan Penetapan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jambi, Sigit, mengatakan pihaknya telah mendata jumlah temuan tersebut.
Sebelumnya, tim BPCB telah mengecek ke lokasi bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tanjabbar, termasuk dengan pemerintah kecamatan, desa dan RT. Di sana juga ada pemilik lahan masyarakat sekaligus yang orang yang menemukan pertama kali.
"Kemarin kita buat forum dan kesepakatan bersama untuk menghentikan pencarian, jadi diimbau untuk tidak melanjutkan pencarian. Jadi kemarin di buat berita acara dan memang semuanya mangkuk semua dengan jumlah 730 buah," ujarnya
Secara bentuk, kata Sigit, mangkuk tersebut rerata berdiameter sekira 17 Cm dan berglasir. Dari hasil penglihatan lokasi, mangkuk tersebut bukan merupakan produksi Indonesia.
"Rata-rata tipikalnya itu mangkuk berukuran 17 Cm, itu bukan produksi nusantara, itu dugaan dari Cina," katanya.
"Untuk dinastinya itu antara kurun waktu di dinasti Song dan dinas Ming, tapi ini masih dalam tahap penelitian. Karena dilihat dari bentuk mangkuk itu, dengan ada glasir di mangkok itu," lanjut Sigit.
Di sisi lain, mangkuk sepertinya belum digunakan sama sekali. Itu terlihat dari mangkuk yang masih dalam keadaan bagus glatsirnya.
"Jadi ini diproduksi masanya, ada suatu hal. Ada proses disposisi bisa karena alam dan manusia. Jadi memang kondisinya masih bagus, glasirnya juga masih bagus masih utuh, masih seperti baru, belum digunakan," tambahnya
Sigit mengatakan munculnya temuan mangkuk yang diproduksi dari Cina dan ditemukan di Kabupaten Tanjabbar, diperkirakan berkaitan dengan aktivitas perdagangan.
"Di konteks lebih umum itu jelas ada semacam aktivitas perdagangan di masa lampau, kalau spesifiknya perdagangan apa, itu perlu penelitian lebih lanjut," pungkasnya.
Hipotesis Arkeolog Unja
Tumpukan mangkuk kuno temuan warga Desa Mekar Alam, Kecamatan Seberang Kota, Kabupaten Tanjabar, mendapat sorotan dari Dosen Arkeologi Universitas Jambi (Unja).
Ketua Program Studi Arkeologi Universitas Jambi, Asyhadi Mufsi Sadzali, mengungkapkan terkait temuan 730 mangkuk kuno berjenis porselin mengisyaratkan bahwa dari kondisi itu bisa jadi adalah tempat gudang penyimpanan, setelahnya diperdagangkan.
“Dilihat dari bentuk temuan itu memang kayak kodian atau partai banyak, bukan memang milik perorangan yang digunakan untuk sehari-hari,” kata Asyhadi Mufsi Sadzali selaku Ketua Program Studi Arkeologi Unja, Kamis (18/3) melalui sambungan seluler.
Ia mengatakan dari jenis keramik pada umumnya model biasa, dan belum ditemukan model khusus yang digunakan oleh kelas atas.
“Barang pecah belah ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bukan barang dari kelas atas. Artinya perlengkapan sehari-hari masyarakat pada umumnya,” ujar Ashyadi.
Hal itu pun terlihat dari jumlah dan posisi penemuannya. Kata Ashyadi, objek yang ditemukan memiliki bentuk yang hampir sama yaitu mangkuk.
“Jadi yang menarik itu lokasinya, lokasi penemuannya itu dulu apa? Kalau saya lihat lingkungan alamnya melalui foto, ada kanal buatan kemudian saluran air buatan untuk irigasi,” ujarnya.
“Bisa jadi dulu disekitar situ ada sungai-sungai lama, kemudian dari aktivitas perkebunan lalu tertutup, sehingga tidak kelihatan lagi morfologi sungai lamanya. Nah dari aktivitas perkebunan yang sekarang terungkap kembali,” ungkap Ashyadi.
Sementara itu, ada tiga jenis perdagangan yang diciptakan pada masa Sriwijaya. Hal ini tertuang di dalam paradigma jurnal kajian budaya volume 9 nomor 1 dengan judul hulu ke hilir jaringan dan sistem perniagaan Kerajaan Sriwijaya.
“Ada namanya pelabuhan tingkat pengepul kecil, lalu ada pelabuhan pengepul sedang dan pelabuhan besar. Biasanya, pelabuhan besar dekat dengan muara pantai,” ujarnya.
Kemudian, dilihat dari lokasi temuan ratusan mangkuk ini bisa jadi masuk dalam ketegori pengepul kecil yang berada di wilayah pedalaman.
“Artinya mereka manfaatkan sungai-sungai kecil untuk transportasi yang kemudian mengumpulkan ke pengepul sedang lalu ke pelabuhan yang lebih besar dengan cakupann sudah antar pulau atau antar benua,” pungkasnya. (sul/cwi)
Baca juga: Misteri Temuan Ratusan Mangkuk Diduga Antik di Tanjabbar, Padahal Bertahun-tahun Parit Dibersihkan
Baca juga: Ludahi Mangkuk Sebagai Penglaris, Begini Nasib Mengejutkan Pedagang Bakso yang Viral di Medsos
Baca juga: Mengapa Gambar Kemasan Indomie saat Ramadhan 2020 Mangkuk Kosong Tanpa Isi Mi