TP3 Sebut Ancaman Pembunuhan Rizieq Shihab hingga Tewasnya 6 Laskar FPI Buntut Pilkada Jakarta 2017

Ancaman pembunuhan kerap diterima mantan pimpinan FPI, Rizieq Shihab Pernyataan ini dilontarkan Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) enam laskar F

Editor: Suci Rahayu PK
Tribunnews.com
Rizieq Shihab 

TRIBUNJAMBI.COM - Ancaman pembunuhan kerap diterima mantan pimpinan FPI, Rizieq Shihab

Pernyataan ini dilontarkan Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) enam laskar Front Pembela Islam (FPI)

Dibeberkan Ketua TP3 Abdullah Hehamahua laporan tersebut akan dimasukkan dalam buku putih yang akan diberikan pada Presiden Joko Widodo.

Baca juga: Kuli Bangunan Pelaku Pembunuhan Pasutri di BSD Serpong, Berawal dari Sakit Hati

Baca juga: Suami Tikam Kepala Istri Gara-gara Diancam Mau Selingkuh dan Tersinggung Disuruh Cari Kerja

Namun, ia tidak merinci siapa yang hendak melakukan percobaan pembunuhan itu.

"Berapa kali HRS coba dibunuh. Ada datanya, belasan. Ya Anda tahulah siapa, di buku putih saya jelaskan," jelas Abdullah dalam diskusi virtual di YouTube Medcom.id, Minggu (14/3/2021).

Abdullah menilai bahwa konflik antara polisi dan enam anggota FPI sebenarnya adalah buntut dari permasalahan Pilkada DKI Jakarta 2017.

Ia mengklaim, saat itu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tidak terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta karena peran Rizieq Shihab.

"Kalau mau lihat persoalannya itu bermula dari Pilkada DKI. Secara teoritis Ahok harus menang. Tapi kalah, kenapa kalah? Karena HRS dan 212 turun ke Masjid dan ke Mushola. Dan di situ persoalan bermula," ungkap Abdullah.

Abdullah menambahkan, polisi seharusnya menggunakan seragam lengkap jika diperintahkan membuntuti Rizieq Shihab.

Namun yang terjadi, polisi tidak menggunakan seragam, sehingga enam laskar FPI melakukan perlawanan.

Baca juga: Aura Kasih Tak Pernah Menyesal Menikah dengan Eryck Armaral Meski Kini Cerai: Aku Gak Pernah Ngucap

Baca juga: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Senin 15 Maret 2021 - 22 Wilayah Hujan Lebat Disertai Angin dan Petir

"Petugas kepolisian tidak menggunakan uniform lengkap, jika itu terjadi tengah malam, ada mobil dempet, zig-zag dalam pikiran kita itu pasti penjahat mau merampok, membegal dan seterusnya. Itu naluriah logis, andai kata mereka (polisi) menggunakan uniform resmi, saya akan salahkan FPI kenapa melawan," tuturnya.

Sebagai informasi, TP3 juga akan menyerahkan buku putih berisi berbagai bukti penemuan terkait penembakan enam orang laskar FPI yang terjadi di Tol Jakarta-Cikampek Km 50, 7 Desember 2020 lalu.

TP3 juga meminta pemerintah untuk melakukan pengadilan kasus ini di Pengadilan HAM.

Abdullah menyebut bahwa tewasnya enam laskar FPI merupakan peristiwa pelanggaran HAM berat.

Meski demikian, pandangan itu dibantah oleh Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik yang menyebut bahwa Komnas HAM tidak menemukan bukti-bukti yang kuat untuk menyatakan bahwa peristiwa tersebut masuk dalam kategori pelanggaran HAM berat.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved