Berita Nasional

Wawancara Khusus dengan Mantan Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie Bagian Dua

Eks Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzuki Alie mengibaratkan hubungannya dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 'panas-dingin'.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Eks Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Marzuki Alie 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Eks Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Marzuki Alie mengibaratkan hubungannya dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 'panas-dingin'.

Marzuki Alie dan enam kader Demokrat telah dipecat secara tidak hormat oleh Partai Demokrat.

Mereka dianggap terlibat dalam upaya pengambilalihan kepemimpinan partai. Pihak DPP Demokrat menganggap Marzuki telah melakukan pelanggaran etika partai.

Baca juga: Adik Ipar Arya Saloka Bongkat Tabiat Asli Kakak Iparnya, Heran Suami Putri Anne Digilai Kaum Hawa

Baca juga: Penyanyi Pop Ini Bikin Video Libatkan Bintang Porno, Kelompok Garis Keras Khawatir

Baca juga: Rekomendasi 26 Tempat Nongkrong di Kota Jambi, Cafe Hits dan Instagrambale

Marzuki dianggap bersalah melakukan tingkah laku buruk dengan tindakan dan ucapannya secara terbuka di media massa tentang kebencian serta permusuhan kepada Partai Demokrat.Marzuki mengatakan beberapa kali mencoba untuk berkomunikasi dengan Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Saya sudah menyampaikan pesan melalui aplikasi WhatsApp ke Pak SBY. Saya sampaikan Pak SBY saya difitnah, saya dituduh oleh saya sebutkan nama-namanya," ujar Marzuki saat berbincang bersama jajaran redaksi Tribun Network, Kamis (4/3).
Marzuki menilai belum ada upaya klarifikasi dari pihak DPP Demokrat secara langsung dengan dirinya. "Lalu saya jelaskan kalau tidak bisa dibuktikan saya minta aturan partai ditegakkan," katanya.

Padahal, ucap Marzuki, ada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Demokrat untuk melakukan upaya klarifikasi.

"Padahal saya bilang, mencuri ayam pun tertangkap tangan tetap di BAP. Kan harus dilihat ada pasal-pasalnya. Apa ada niat dia mencuri, apa karena keterpaksaan hal-hal yang meringankan, apa ada hal-hal yang memberatkan," katanya.

Berikut wawancara khusus bersama Marzuki Alie:

Anda sudah coba berkomunikasi dengan AHY dan SBY?

Saya sudah menyampaikan pesan melalui aplikasi WhatsApp ke Pak SBY. Saya sampaikan Pak SBY saya difitnah, saya dituduh oleh saya sebutkan nama-namanya. Lalu saya jelaskan kalau tidak bisa dibuktikan saya minta aturan partai ditegakkan. Fitnah itu ada kode etiknya, dan itu cukup keras sanksinya. Saya tunggu sehari, dua hari, belum ada. Akhirnya saya menyampaikan ke publik, saya sengaja singgung ketua umum. Bahwa yang menyampaikan ke publik ini ring satunya AHY.

Saya mengharapkan AHY ambil tindakan, melakukan klarifikasi atau bagaimana kalau itu bukan keputusan bersama. Tetapi tidak dilakukan. Artinya saya sudah berusaha untuk mempertanyakan. Tapi tidak juga direspon sama sekali.

Karena tidak direspon saya berbicara keras. Itu untuk menyampaikan ini sudah tidak main-main. Kalau fitnah ini sengaja dilakukan oleh DPP, artinya ketua umum kan terlibat. Kalau ketua umum terlibat saya wajib memulihkan nama baik saya.

Baca juga: Tempat Nongkrong Asik dan Murah di Kota Jambi, Nikmati Hangatnya Sekuteng Sambil Nongkrong Malam

Baca juga: Ramalan Zodiak Besok Minggu 7 Maret 2021, CANCER: Anda Pantas Mendapat Perhatian

Baca juga: Sentuhan Terbaru, Honda CRF250 RALLY Hadir Lebih Tangguh

SOP AD/ART seperti apa?

Ya dipanggil, ditanya. Tapi ini di dalam keputusan tidak diperlukan lagi pemanggilan karena sudah lengkap fakta dan saksi.

Padahal saya bilang, mencuri ayam pun tertangkap tangan tetap di BAP. Kan harus dilihat ada pasal-pasalnya. Apa ada niat dia mencuri, apa karena keterpaksaan hal-hal yang meringankan, apa ada hal-hal yang memberatkan.

Kan kalau etika itu, tidak langsung dipecat. Berbeda jika penghianat. Pelanggaran etika tentu sanksinya berbeda, misalnya ada kader jadi juru bicara, melakukan tindak pidana korupsi ya itu otomatis dipecat. Di sana ada koruptor kok bisa kembali lagi.

Kita tidak korupsi selama 15 tahun menjaga nama baik partai, kok kita semena-semena dipecatnya. Ini jadi pertanyaan saya ada apa.

Orang yang dipecat ada banding di aturan internal Demokrat?

Harusnya ada mekanismenya ke mahkamah partai. Kalaupun tidak mendapatkan ruang di sana, kita banding di kongres.

Tapi ini kan merugikan kita, nama baik kita sudah tercemar. Dan publik sudah tahu, saya dipecat dengan tidak hormat walaupun tidak ada kalimat tidak hormat. Saya dipecat karena penghianatan, walaupun ditulisnya pelanggaran etika.

Itu menurut saya, apakah direkayasa untuk mendiskreditkan atau menzolimi, saya tidak mengerti.

Saat saya Sekjen pada 2004, saya orang partai yang pertama dipanggil ke Cikeas oleh Bu Ani.

Bu Ani menyampaikan bapak ada di dalam, tapi tidak enak di luar ramai sekali. Bapak mau jadi apa? Saya perjalanan banyak, termasuk deklarasi Pak SBY dengan Pak JK.

Saya diminta Pak SBY untuk menyiapkan deklarasi dalam waktu dua hari. Untung Direktur JCC teman saya. Saya langsung ke DPP menyiapkan undangan untuk diantar ke tokoh-tokoh nasional. Dan deklarasi sukses luar biasa.

Baca juga: Harga Motor Sport 250 cc Naked Bike - Yamaha MT-25, Kawasaki, KTM Duke, Benelli, Keeway, Cleveland

Baca juga: Link Nonton Vincenzo Sub Indo Episode 5: Pihak Wusung Tahu Dalang Dibalik Teror Adalah Vincenzo

Baca juga: Bintang Porno Tampil di Video Musik, Lepas Kerudung dan Jaket Lalu Joget Erotis

Sehingga wajar Bu Ani nanya begitu. Saya punya komitmen dengan Pak SBY saya ingin membenahi partai, cukup saya jadi sekjen saja.

Saya tidak punya niat untuk jadi pejabat. Ketika saya jadi Sekjen, semua peraturan organisasi kepartaian saya siapkan.

Saya paling gak suka mas, kalau kita rapat dengan SBY, belum selesai pak SBY ngomong, ada yang siap pak, siap pak.

Soal Rekonsiliasi?

Nah disitulah harusnya pak SBY sebagai tokoh sentral partai Demokrat, walaupun ketokohan itu kan seperti figur. Ada kan orang lain, kemudian dia ada masa turunnya mas, disini kan harus ditunjang dengan tokoh baru. Iya kan?

Saya sengaja dulu disertasi saya itu finance, karena saya masuk politik, disertasi saya itu tentang marketing politik kenapa orang memilih partai politik

Nah disitulah salah satu yang menjadi mainstream kenapa orang memilih partai politik itu ada figur, ada tokoh dibalik itu, tetapi ada jaringan partai dan sebagainya. Itu semuanya memberikan kontribusi, tapi yang paling besar memberikan kontribusinya adalah figur.

Nah 2004, 2009 figur SBY memang tokoh sentral tapi pak SBY harus menyadari, ketokohan itu akan berakhir. Harus ada figur baru, dan saya tidak resistensi dengan mas AHY.

Baca juga: Objek Wisata Tempat Nongkrong Asik dan Murah di Kerinci, Libur Panjang Food Truck Jadi Favorit

Baca juga: Link Nonton The Penthouse 2 Sub Indo Episode 9-10, Pemenang Festival Seni Cheong A

Baca juga: Harga Motor Sport 250 cc Naked Bike - Yamaha MT-25, Kawasaki, KTM Duke, Benelli, Keeway, Cleveland

Saya senang ada anak muda yang akan jadi pemimpin, tapi diisi dulu. Ini negara republik Indonesia bukan negara Pacitan, bukan negara Jawa Timur. Jangan dipaksakan orang yang masih belum pengalaman sama sekali untuk menjadi pemimpin nasional mas.

Kalau AHY sudah matang, usianya sudah cukup, misal 50 lebih ke atas, jangan dibawah 50 lah mas, karena masih 40 kan. Jangan kita paksain lah, kasihan rakyat kita ini mas, sudah terlalu lama menderita karena ambisi-ambisi politik.

Saya sendiri nggak punya ambisi, yang penting gimana negara ini baik. Kenapa tidak diajak bicara orang itu mas?

Orang itu diajak bicara, artinya yang ini orang itu bagus bisa mimpin, dia sebagai suksesor kita, artinya dulu pak SBY Panglima, dia Panglima, kan berarti dia orang yang tinggian dia, panggil.

(Tribun Network/Denis Destryawan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved