Tembak Mati Demonstran, Myanmar Bergejolak Hingga Badan HAM PBB Beri Pernyataan Begini
Serangan brutal militer Myanmar memakan korban. Setidaknya 18 aktivis tewas, 30 orang luka-luka. Para demonstran yang berunjuk rasa di jalan-jalan dis
TRIBUNJAMBI.COM - Serangan brutal militer Myanmar memakan korban. Setidaknya 18 aktivis tewas, 30 orang luka-luka.
Ini tindakan paling mematikan terhadap demonstran sejak kudeta militer Myanmar 1 Februari lalu.
Pada Senin 1 Maret 2021, polisi setempat juga mulai menggunakan kekuatan mematikan.
Para demonstran yang berunjuk rasa di jalan-jalan diserang.
Kala itu, ribuan aktivis turun ke jalan. Mereka menuntut militer meletakkan kekuasaan.
Perlu diketahui, aksi unjuk rasa di Myanmar terjadi di beberapa tempat, terkat kudeta oleh militer.
Unjuk rasa terjadi di Dawei, Mandalay, Yangon, Myeik di selatan, Bago di tengah, dan Pokokku.
Hal itu sesuai dengan pernyataan juru bicara HAM PBB, Ravina Shamdasani.
Badan HAM PBB meminta agar militer berhenti menindak keras pengunjuk rasa yang damai.
Masyarakat Myanmar memiliki hak berkumpul secara damai. Mereka juga berhak atas tuntutan pemulihan demokrasi.
Satu di antara pengunjuk rasa yang menjadi korban tewas, Nyi Nyi Aung Htet Aing di Yangon.
Teknisi internet tersebut tewas. Sebelumnya, dia mengunggah tindak kekerasa militer, diunggah di Facebook.
Ia mengunggah tagar #How_Many_Dead_Bodies_UN_Need_To_Take_Action atau artinya 'berapa banyak jenazah yang dibutuhkan PBB untuk bertindak'.
Hal sama disampaikan pelapor Khusus PBB untuk HAM di Myanmar, Tom Andrews.
Di Twitter, Tim Andrews menulis "Kata-kata kecaman saja tidak cukup. Kita harus bertindak."
"Saat junta meningkatkan serangan brutal terhadap pengunjuk rasa damai di Myanmar, dunia harus meningkatkan tanggapannya." (tribunjambi.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Junta Tembak Mati Demonstran Myanmar meski Berdemo Secara Damai", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/global/read/2021/03/01/153514270/junta-tembak-mati-demonstran-myanmar-meski-berdemo-secara-damai