Ini Dia Sosok Warga Indonesia yang Miliki Gedung di Jerman Seharga Rp 6 Triliun
Menurut dokumen OpenLux, gedung bekas istana Raja Ludwig di München itu dibeli Sukanto Tanoto seharga 350 juta euro atau sekitar Rp 6 triliun.
TRIBUNJAMBI.COM - Pada 2019, Andre Tanoto membeli satu dari tiga gedung mewah rancangan arsitek kondang Frank O. Gehry di kota pusat perekonomian Düsseldorf, ibu kota negara bagian Nordrhein Westfalen (NRW).
Gedung tersebut dibeli seharga 50 juta euro (sekitar Rp 847 miliar).
Tak lama kemudian, Sukanto Tanoto, membeli bekas istana Raja Ludwig di München.
Menurut dokumen OpenLux, gedung bekas istana Raja Ludwig di München itu dibeli Sukanto Tanoto seharga 350 juta euro atau sekitar Rp 6 triliun.
Baca juga: Belanja di Mitra Bangunan Jambi Bisa Dapat Mobil? Jangan Sampai Terlewatkan
Baca juga: Jadwal Mulai Belajar Tatap Muka Siswa SMA/SMK di Jambi 2021, Masih Tunggu SK Gubernur
Baca juga: Promo Mobil Baru dari Suzuki, Diskon Hingga Hadiah Emas, Laptop dan iPhone di Bulan Februari 2021
Gedung empat lantai itu, yang sekarang menjadi kantor pusat perusahaan asuransi Allianz di kawasan prestisius Ludwigstrasse.
Beli properti di Jerman lewat Cayman Islands
Sumber dokumen OpenLux salah satunya adalah keterangan dari anggota Parlemen Uni Eropa dari fraksi Partai Hijau, Sven Giegold.
Dia mengungkapkan, keluarga Sukanto Tanoto melakukan pembelian terselubung lewat beberapa perusahaan cangkang di Cayman Islands, Singapura, dan Luxembourg.
Dia menyebut, pembelian terselubung biasanya dilakukan untuk pengemplangan pajak atau pencucian uang dan sangat merugikan Jerman, Luxembourg dan Indonesia.
Otoritas di Jerman tidak mengetahui bahwa konglomerat sawit asal Indonesia itu yang membeli properti-properti tersebut, kata dia.
Organisasi lingkungan Greenpeace menyebut Sukanto Tanoto sebagai "sosok perusak hutan terbesar dunia" dan menuduh praktik bisnis minyak sawitnya terlibat berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan berbagai praktik penghindaran pajak.
Sven Giegold menekankan, praktik pengemplangan pajak merugikan tidak hanya Jerman dan Uni Eropa, melainkan juga Indonesia.
Di Jerman saja, kerugiannya mencapai lebih 20 miliar euro.
Investigasi dimungkinkan 'aturan transparansi' Uni Eropa
Proyek OpenLux digalang oleh OCCRP, platform jurnalisme investigatif untuk mengungkap kasus-kasus kejahatan terorganisir dan korupsi skala besar, yang dalam proyek ini berkolaborasi dengan media Prancis Le Monde dan media Jerman Süddeutsche Zeitung (SZ).
Investigasi untuk pelacakan kepemilikan yang dibeli dengan konstruksi perusahaan cangkang dimungkinkan di Uni Eropa, setelah ditetapkan Aturan Transparansi pada 2018 untuk memerangi korupsi, pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Aturan ini mewajibkan negara-negara anggota Uni Eropa membuat daftar kepemilikan secara transparan yang memuat nama-nama pemilik properti dan usaha maupun pemegang saham.
Investigasi OpenLux mengungkapkan, di Luxembourg saja ada sekitar 55 ribu perusahaan cangkang yang mengelola dana sampai 5 triliun euro.
Berikut Profil dan Rekam Jejak Sukanto Tanoto:
Sukanto Tanoto atau Tan Kang Hoo lahir di Belawan, Medan, Sumatera Utara, pada 25 Desember 1949.
Pria berumur 71 tahun ini merupakan pengusaha Indonesia yang memulai usaha di industri pengolahan kayu.
Dilansir Wikipedia, Sukanto Tanoto merupakan anak tertua dari tujuh laki-laki bersaudara.
Ayahnya adalah seorang imigran dari kota Putian, provinsi Fujian, daratan Tiongkok.
Pada 1966, Sukanto Tanoto terpaksa berhenti sekolah setelah sekolah Tiongkok pada waktu itu ditutup oleh rezim Orde Baru, Presiden Suharto.
Dia tidak dapat meneruskan sekolah ke sekolah nasional karena ayahnya masih berkewarganegaraan Tiongkok
Namun setelah ayahnya meninggal, ia meneruskan bisnis keluarganya.
Secara bertahap Sukanto Tanoto mengembangkan bisnisnya mulai dari perdagangan umum hingga memenangkan kontrak-kontrak bisnis pembangunan jaringan pipa gas internasional.
Pada saat terjadi krisis minyak tahun 1972, yang menyebabkan harga minyak dunia melambung, Sukanto Tanoto mendapatkan keuntungan dari bisnis kliennya yang berkembang secara pesat.
Dengan tambahan modal usaha, Sukanto Tanoto mengalihkan perhatiannya pada bisnis lain yang berbeda pada tahun 1973.
Pada saat itu Indonesia menjadi pengekspor kayu log ke Jepang dan Taiwan untuk diolah menjadi plywood, sebelum diimpor kembali ke Indonesia dengan harga yang mahal.
Sukanto Tanoto melihat situasi tersebut sebagai peluang untuk membangun sendiri pabrik pengolahan kayu di Indonesia.
Pabrik tersebut diresmikan oleh Presiden Suharto dan mulai beroperasi pada tahun 1975
Sukanto Tanoto merupakan pengusaha otodidak dan tidak menyelesaikan pendidikan formal di bangku sekolah.
Ia belajar bahasa Inggris kata demi kata menggunakan kamus bahasa Tiongkok – Inggris dan akhirnya mampu mengikuti sekolah bisnis di Jakarta pada pertengahan tahun 1970.
Sukanto Tanoto kemudian melanjutkan belajar di INSEAD di Fontainebleau, Prancis.
Pada tahun 1997, Sukanto menetap di Singapura, namun ia tetap merupakan WNI dan memegang paspor Indonesia.
Sukanto Tanoto Termasuk Orang Terkaya di Indonesia dari Bisnis Kayu
Dilansir Kompas.com, Sukanto Tanoto atau Tan Kang Hoo merupakan konglomerat pemilik grup usaha Royal Golden Eagle International (RGEI).
Ia dulu dikenal sebagai Raja Garuda Mas yang berbasis di Singapura
Ia memulai bisnisnya pada 1967 sebagai pemasok suku cadang dan pengusaha di bidang jasa konstruksi untuk industri minyak, sebelum sebesar saat ini.
Kelompok bisnis RGE, bergerak di berbagai industri di antaranya yang terbesar yakni industri kertas dan pulp oleh (Asia Pacific Resources International Holding Ltd atau APRIL), dan industri perkebunan Kelapa Sawit (Asian Agri dan Apical).
Ia juga menguasai ratusan ribu hektare lahan konsesi yang tersebar di Kalimantan dan Sumatera.
Namanya sempat mencuat ke publik beberapa waktu lalu, karena salah satu lahannya berada di lokasi calon ibu kota baru di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Dicatat Forbes, kekayaan Sukanto Tanoto mencapai 1,35 miliar dollar AS atau sekitar Rp 19,07 triliun dan menempatkannya di urutan 22 orang paling tajir di Indonesia tahun 2020.
Sumber : TERBONGKAR,'Raja Sawit'Indonesia Miliki Gedung Megah Rp 6 Triliun di Jerman, Siapa Dia?