Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Kehidupan Itu Berharga

Bacaan ayat: Lukas 7:13-15 (TB) - "Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan men

Editor: Suci Rahayu PK
Instagram @ferinugroho77
Pdt Feri Nugroho 

Kehidupan Itu Berharga

Bacaan ayat: Lukas 7:13-15 (TB) - "Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!"
Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!"
Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya".

Oleh Pdt Feri Nugroho

Kapan terakhir anda menangis? Apa yang menyebabkan anda menangis?

Peristiwa sedihkah? Atau gembira?

Menangis adalah bahasa universal manusia dalam mengungkapkan perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Seseorang yang sedang bersukacita akan menangis, namun orang yang sedihpun juga menangis dalam mengekspresikan isi hatinya.

Menangis akan membawa kelegaan, lebih-lebih bagi seseorang yang sedang menghadapi tragedi dukacita dalam perjalanan kehidupannya.

Ilustrasi menangis
Ilustrasi menangis (usatoday.com)

Menangis menjadi alat untuk menyampaikan pesan bahwa seseorang sedang merasa sendiri, terasing, terabaikan dan kesepian, setelah seorang dikasihinya tiada.

Pesan tersebut ditangkap oleh orang disekitarnya, dan respon umumnya adalah memberikan penghiburan.

Sekedar hadir, kadang sudah lebih dari cukup untuk memberitahu bahwa dia tidak sendiri.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Keselamatan Untuk Semua Orang

Beberapa kata dan kalimat penguatan muncul: sabar, percayalah, kuat; menjadi pilihan kata yang sedikit meredakan tangisan.

Seorang laki-laki, anak dari seorang janda harus diusung menuju ke pemakaman.

Banyak orang menyertai dengan menangis, menghibur sang janda yang sedang kehilangan.

Bukan hanya sedih karena anaknya meninggal; dia sedih karena kehilangan masa depan.

Anak satu-satunya yang diharapkan akan melanjutkan generasi dimasa depan, harus tiada.

Tangisan menjadi bahasa sederhana yang ditangkap pesannya oleh banyak orang bahwa dia sangat bersedih.

Yesus berpapasan dengan rombongan dalam arak-arakan yang sedang dirundung duka.

Sapaan Yesus menjadi penghiburan umum, 'Jangan menangis!'.

Apakah itu berarti Yesus tidak setuju dengan orang yang menangis?

Tentu bukan itu maksud Yesus. Seorang yang menangis dalam duka, biasanya sedang fokus pada diri sendiri. Ia sedang meratapi keberadaan diri yang malang.

Ia fokus pada apa yang dirasakan dan dialami; akibatnya, hal lain menjadi kabur dan tidak jelas terlihat.

Air mata seolah telah menjadi sebuah selubung yang menghalanginya untuk melihat pengharapan dan masa depan.

Semua terlihat suram dan kelam. 'Jangan menangis!' menjadi ajakan untuk menghapus air mata dan menegakkan kepala agar kembali melihat masa depan lebih jelas.

Ajakan yang membawa sang janda untuk melihat harapan yang ditawarkan Yesus dalam belas kasihan.

Yesus menyentuh usungan, dan dalam otoritas Ilahi sebagai Firman Allah yang menjadi manusia memerintahkan kepada orang muda yang terbujur kaku untuk bangkit.

Allah adalah hidup dan hidup itulah yang menghidupkan orang muda yang baru saja mati. Dia bangkit dan kembali hidup.

Sebuah keajaiban terjadi.

Duka dan tangisan justru menjadi kesempatan bagi sang janda dan orang banyak untuk melihat kuasa Allah dalam Yesus dinyatakan.

Kematian orang muda menjadi batu pijakan bagi mereka untuk melihat bahwa selalu ada harapan ditengah tragedi sekalipun.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Yesus Adalah Mesias yang Dijanjikan Untuk Menjadi Juruselamat

Mereka menemukan nabi besar dan mengalami pengalaman lawatan Allah.

Setiap orang pernah menangis karena duka.

Terasa berat beban yang harus ditanggung. Namun jangan hancur dan terpuruk dalam keputusasaan.

Pandang dalam kaca mata lain, bahwa duka justru menjadi kesempatan bagi kita untuk melihat kasih Allah atas kehidupan.

Mulailah fokus pada Allah yang selalu berkarya dalam segala perkara.

Fokus pada diri hanya akan mengaburkan pengharapan yang telah Allah siapkan bagi kita.

Pengalaman buruk menjadi kesempatan bagi kita untuk merasakan dan mengalami kehadiran Allah secara nyata.

Yakin dan percayalah Allah tidak pernah meninggalkan kita. Jangan menangis...! Amin

Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved