Pernikahan Dua Tuna Netra di Gereja Katolik Katedral Denpasar Sangat Mengharukan, Siapa Saksinya

Pernikahan pasangan tuna netra di Gereja Katolik Katedral Denpasar ini menjadi viral dan pemberitaan. Meskipun tak dapat melihat dunia, namun Julis me

Editor: Duanto AS
Adrian Amurwonegoro/Tribun Bali
PENUH HARU - Pernikahan dua pasangan tuna netra Julius Kai dan Mersiana Fatima berlangsung penuh haru di Gereja Katolik Katedral Denpasar, Jumat 22 Januari 2021. 

Julius pun akhirnya meminang Mersi.

"Ya, mungkin sudah jalannya bertemu lagi, akhirnya saya komitmen mencari pasangan hidup," tutur penyiar Radio Pemerintah Kota Denpasar 92,6 FM yang dianugerahi suara empuk itu.

Sementara itu, selepas masa sekolah menengah atas di Manggarai, Flores, Mersi memutuskan untuk bekerja di Bandung atau sekitar 7 tahun terakhir ini.

Selama menjalin hubungan dekat dengan Julius, keduanya sempat bertemu sebanyak 3 kali.

Bandung, Salatiga, dan Bali menjadi saksi perjalanan cinta mereka.

Baca juga: Deretan Kasus Orangtua Digugat oleh Anak kandung, Semua Karena Harta

Berbicara perjalanan kisah cinta, Julius dan Mersi tak ubahnya pasangan lainnya.

Mereka kerap diterpa prahara hubungan karena perbedaan pendapat, egoisme.

Namun hal itu dapat mereka tangkal dengan kekuatan cinta berdua.

"Berantem pernah, ada karena beda pendapat, egois, tapi Puji Tuhan bisa dikontrol," beber perempuan yang segera menginjak usia 28 tahun itu.

Mulai sekarang, Mersi telah keluar dari pekerjaannya di Bandung dan ikut suami, nahkoda cintanya di Bali.

Julius pria kelahiran 18 September 1988 itu juga mengisahkan singkat perjalanan hidupnya yang mengalami kebutaan penuh ini.

Julius yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara itu memang awalnya terlahir secara normal seperti bayi-bayi lainnya.

Namun saat menginjak usia tahun ke-2, Julius mengalami sakit kejang demam atau dikenal dengan step.

Dari situlah kemudian Julius divonis mengalami kebutaan.

"Saat itu saya masih kecil, jadi merasa biasa saja, seiring berjalannya waktu, saya merasakan tidak seperti orang lain, rasanya beda. Tapi rasa itu seketika hilang saat saya bermain dengan teman-teman. Tapi ketika berdiam diri di rumah, saya merasa sendiri. Tapi Tuhan Yesus selalu menguatkan saya hingga detik ini," ungkap alumnus SLB Negeri 1 Denpasar Yayasan Pendidikan Dria Raba itu.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved