Wikipedia

Bertahan karena Rasa dan Mutu, Warung Kopi Panjang untuk Lintas Golongan dan Generasi

Berdiri kokoh sejak dibangun tahun 1940, warung kopi untuk semua kalangan bernama Warung Kopi Panjang tetap bertahan di tengah kemajuan minuman

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Fifi Suryani
Darwin sijabat
Warung kopi panjang di Muarabungo 

TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO - Berdiri kokoh sejak dibangun tahun 1940, warung kopi untuk semua kalangan bernama Warung Kopi Panjang tetap bertahan di tengah kemajuan minuman kekinian di Muaro Bungo.

Zaman terus berganti, ada yang datang dan yang pergi. Ada juga yang tetap bertahan dengan cara cara lama. Salah satunya warung kopi.

Meskipun saat ini begitu banyak warung kopi ditengah berubahnya pola hidup masyarakat yang suka nongkrong tidak mengubah tempat ngopi tersebut.

Ya, Warung Kopi Panjang namanya. Warung Kopi ini terletak di Jalan Dahlia No 620, Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kabupaten Bungo. Tepat disebelah hotel pertama di Kota Muara Bungo, kawasan Taman Pusparagam.

Siapa sangka, Warung Kopi yang dinamai Kopi Panjang ini telah berumur 80 tahun lamanya.

Pendirinya yang bernama Lou Sai Pau yang akrab disapa Apek Panjang pada saat itu membangun ruko tersebut pada tahun 1940 silam.

Seperti warung kopi pada umumnya yang menjadi menu utama yakni berbagai jenis kopi yang saat ini dijual dengan harga Rp10 ribu.

Selain itu, saat ini warung juga menawarkan minuman lain seperti Teh telur, Teh susu, Teh manis, Kopi ginseng dan Teh tarik yang dibanderol seharga Rp10 ribu.

Berdasarkan penuturan Lussi (53) warung kopi yang diwariskan kepadanya itu merupakan tempat semua kalangan. "Aku lahir tahun 1968 warung Kopi ini sudah ada dan berbagai kalangan telah minum disini," katanya membuka lembaran ingatan saat disambangi Jumat (15/1).

Seingat dia pada saat kecil, yang ngopi bukan hanya warga biasa, bahkan pejabat, tokoh politik, pengusaha telah duduk di kursi milik kakaknya tersebut.

Dia menyebutkan, diantara mereka yang pernah singgah di warung kopi itu yakni pekerja PTP, bupati, pegawai.

Seperti yang disampaikan Susilo, yang merupakan pelanggan setia Warung Kopi Panjang tersebut sejak bekerja di PTP sekitar tahun 1980-an.

Susilo bersaksi bahwa warung kopi itu selalu menawarkan kenyamanan saat menyeruput kopi bersama istrinya.

"Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, kita maunya ngopi disini. Di tempat lain nggak kami temukan disini," katanya di Warung Kopi Panjang.

"Kopinya, kopi dingin," ujarnya menyampaikan menu kopi yang menjadi favoritnya.

Pengakuannya, jayanya saat jaman proyek di Kabupaten Bungo dia sudah minum kopi di warung kopi tersebut.

Dia berharap kepada penerusnya kepada siapa pun nanti agar tidak mengurangi rasa dan mutu kopi tersebut. Sebab itu merupakan kuncinya dapat bertahan hingga saat ini. (darwin sijabat)

Berikan Pelayanan Terbaik

SEJAK dijalankan lima tahun silam, hal yang paling mendasar dalam mempertahankan warung kopi tersebut yakni pelayanan.

Sebab dengan pelayanan yang memuaskan pelanggan menurut Lussi, Penerus Warung Kopi Panjang merupakan yang utama, sehingga konsumen betah dan datang kembali.

"Pelayanannya yang terbaik, kita harus ramah dengan konsumen. Pokoknya pelayanannya harus yang terbaik ke konsumen," katanya.

Sebab jika konsumen merasa kecewa, maka mereka tidak akan kembali ke warung kopi tersebut dan lebih memilih tempat lain.

"Kemana, dimana, pasti disebut kopi panjang," ucap Susilo, pelanggan setia Kopi Panjang menimpal ucapan Lussi.

Lussi juga menyebutkan, berbagai karakter warga yang minum kopi ditempatkan tersebut yang harus disesuaikan dengan pelayanan.

"Ada konsumen peminat kopi pahit, kental. Ada yang sedang. Kadang ada juga yang mesan seperti biasa, jadi itu harus kita ingat," katanya.

Ditambahkannya, dia tidak membuat penikmat kopi di tempatnya itu terabaikan dengan tidak menanyakan pesanan konsumen tersebut.

Kemudian yang turut dipertahankan dan selalu menjadi keinginan pelanggan yakni wadah yang digunakan untuk kopi diseduh yakni cangkir tanah.

Meskipun saat ini cangkir tersebut sangat sulit didapatkan, demi kepuasan pelanggan dia rela membelinya ke Kota Bandung.

Warung Kopi Empat Generasi

SEBELUM diurus Lussi sejak lima tahun lalu, Warung Kopi Panjang telah berganti-ganti penerus.

Bahkan kepada Lussi sendiri, pamannya meneruskan pesan kakeknya untuk mempertahankan dan tidak mengubah bentuk serta pelayanan di warung tersebut.

"Ada pesan, anaknya (pendiri) pesan ke saya ini warung kopi (Panjang) harus dipertahankan seterusnya, ya warung kopi," ungkapnya.

Dia pun menyanggupi hal tersebut dengan tidak akan mengubah bentuk bangunan, menu utama jualan yakni kopi. Sebab menurutnya banyak kenangan yang terjadi di warung kopi tersebut.

"Selagi mampu, akan saya pertahankan. Banyak sejarah disini. Itu pesan kakek,” ujarnya.

Warung kopi itu sebelumnya di ruko dua pintu, namun karena ada keinginan buka toko obat, sehingga saat ini hanya satu saja.

Sejak berdirinya, sudah empat generasi yang mewarisi warung kopi itu sebelumnya ditemukan oleh Lussi.

Sejak dahulu, meja yang digunakan yakni meja yang terbuat dari marmer dan kursi kayu. Namun saat ini meja tersebut hanya tersisa tiga dari belasan yang dimiliki. Sementara kursi yang digunakan saat ini yakni kursi plastik.

Dari pengamatan Tribun Jambi, meja tersebut masih berdiri kokoh meski telah berumur puluhan tahun lamanya.

Salah satu pelanggan setia, Susilo mengungkapkan, meski telah berganti yang mengurus tidak mengubahnya untuk minum kopi ditempat tersebut.

"Sejak tahun 80an disini ngopi tidak ada yang berubah, meski orangnya berubah. Rasanya masih sama," ujar pria yang berumur 60 tahun itu.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved