Jenderal Parkir Mobil di Markas Tapi Dibentak-bentak Bintara, Kisah Raja Intel Ahli Strategi

Setiba di lokasi, Benny langsung memarkirkan kendaraanya di lokasi terdekat dari pintu masuk. Tempat parkir itu khusus bagi perwira tinggi militer.

Editor: Duanto AS
pahu
Ilustrasi Jeep Willys 

TRIBUNJAMBI.COM - Tak ada yang mengetahui pria tersebut merupakan seorang jenderal, bahkan tentara berpangkat bintara.

Kisah jenderal dibentak-bentak bintara gara-gara parkir mobil ini dialami Benny Moerdani, salah satu ahli intelijen kepercayaan Soeharto.

Peristiwa itu dialami pria bernama lengkap LB Moerdani yang kala itu berpangkat mayor jenderal.

Dituliskan di buku Benny: Tragedi Seorang Loyalis yang ditulis Julius Pour, Moerdani merupakan tentara kaya pengalaman, dari perang hingga operasi intelijen..

Dia tetap menjaga rahasia identitasnya mesti mengalami peristiwa yang tidak mengenakkan.

Baca juga: Raja Intel Berani Tegur Soeharto di Depan Meja Biliar, Akhirnya Sang Jenderal Kehilangan Jabatan

Cerita itu bermula ketika Moerdani pergi ke Markas Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib).

Moerdani yang saat itu telah berpangkat mayor jenderal mengendarai mobilnya.

Benny berkendara tanpa mengenakan seragam dinas.

Ia menuju kantor yang terletak di kawasan Medan Merdeka Barat.

Setiba di lokasi, ia langsung memarkirkan kendaraanya di lokasi terdekat dari pintu masuk.

Tempat parkir itu khusus bagi perwira tinggi militer.

Benny meluncur menggunakan mobil, lalu memarkir di sana.

Dengan segera, seorang penjaga berpangkat bintara yang berasal dari satuan marinir menghardiknya.

Penjaga itu meminta Benny memindahkan mobilnya ke lokasi parkir lain.

Benny diam saja, tidak melawan.

Ia tidak marah dan hanya diam mengikuti perintah marinir tersebut.

Baca juga: Misteri Intelijen Kopassus Bekerja Senyap, Masuk Jantung Pertahanan Musuh, Teman Sendiri Tertipu

"Mungkin memang salah saya sendiri, kok waktu itu pakai pakaian preman," ujar Benny.

Kisah Cinta Benny

Kisah cinta Kopassus dan pramugari Garuda ini berliku. Semasa pacaran, dia kerap menjalankan misi rahasia yang berisiko tinggi.

Pemuda dari Blora ini merupakan anggota RPKAD (sekarang Kopassus) kawakan.

Berbagai tugas dijalani pemuda bernama Moerdani, mulai dari misi di Irian Barat (sekarang Papua) hingga memadamkan pemberontakan-pemberontakan.

Kisah Benny Moerdani sangat panjang, dari sebelum menjadi tentara hingga menjadi Panglima ABRI.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, di usia 13 tahun, pria yang kemudian akrab dipanggil Benny Moerdani ini ambil bagian dalam serangan markas Kempetai di Solo.

Kala itu Kempetai menolak untuk menyerah kepada pasukan Indonesia.

Baru saat Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal ABRI dibentuk, Benny Moerdani bergabung dengan Tentara Pelajar yang berada di bawah otoritas dari Brigade ABRI.

Pada 1951, Moerdani dan brigadenya terdaftar dalam Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD). Pada tahun itu juga dia mengambil bagian dalam Sekolah Pelatihan Infanteri (SPI).

Pada 1952 dia diberi pangkat pembantu letnan satu. Dua tahun kemudian, pada 1954, Moerdani menerima pangkat letnan dua.

Saat berpangkat letnan dua ini kisah cintanya seorang pramugari Garuda Indonesia bernama Hartini dimulai.

Kisah cinta Moerdani dan Hartini penuh liku.

Baca juga: Jelang Imlek 2021 - Daftar Shio Lahir dan Sifatnya, Bakal Ada Perubahan Besar

Namun tapi tak ada yang menyangka, Kopassus yang berpacaran dengan pramugari Garuda Indonesia ini kemudian menjadi Jendral TNI.

Kendati merupakan tentara yang gila bekerja dan penugasan, pada ‘usia normal’ Benny Moerdani memiliki pacar.

Sekira 1954, saat masih berpangkat letnan dua (letda), Benny memiliki pacar bernama Hartini.

Pangkat letda umumnya diperoleh anggota TNI setelah lulus pendidikan Akademi Militer (Taruna).

Karena kemudian bergabung dengan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dan sekaligus merupakan personel intelijen andal, Benny Moedani kerap melaksanakan misi rahasia.

Misi itu tidak boleh diketahui siapapun, termasuk pacarnya sendiri, Hartini.

Ketika sedang mendapat tugas khusus, Benny tidak pernah pamit kepada Hartini. Dia langsung ‘menghilang’ begitu saja.

Baca juga: Intel Kopassus Sabar Nyamar Setahun, Meski Kena Tampar dan Palak Tak Pernah Terbongkar

Meski menjalani pola berpacaran yang tidak normal, hubungan Benny dan Hartini tetap baik-baik saja, hingga usia pacaran mereka nyaris lewat delapan tahun.

Presiden Soekarno yang juga memiliki hubungan baik dan perhatian khusus kepada Benny, justru merasa tidak enak dengan pola pacaran Benny-Hartini. Dia menilai waktu pacaran itu sudah terlalu lama.

Bung Karno akhirnya memaksa Benny untuk segera menikah. Itu dengan pertimbangan waktu pacaran Benny-Hartini sudah terlalu lama dan karier Benny di militer yang makin cemerlang.

Saat itu, Bung Karno mengatakan akan makin ideal apabila Benny memiliki seorang istri.

Akhirnya, Benny dan Hartini menikah di Jakarta pada 12 Desember 1964.

Menariknya, resepsi pernikahannya dirayakan Bung Karno di Istana Bogor.

(Intisari)

Baca juga: Fiki Naki Kepincut Gadis Kazakhstan, Pengin Samperin dan Ngevlog Bareng Lalu Nikah

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved