UMKM Jambi

UMKM Adzkiya Produksi Minuman dari Nira Aren, Rasanya Tak Kalah dengan Softdrink Ternama

Beralamat di Jalan Julius Usman No 1 Telanaipura Jambi, lebih tepatnya di belakang BLK.

Tribunjambi/Yon
Minuman Nira Aren produksi Adzkiya 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Kreativitas pelaku UMKM Jambi sudah tidak bisa dipandang remeh, satu diantaranya UMKM Adzkiya.

UMKM ini berhasil menciptakan berbagai produk unggulan dari nira aren yang rasanya tidak kalah dari minuman softdrink internasional.

Beralamat di Jalan Julius Usman No 1 Telanaipura Jambi, lebih tepatnya di belakang BLK.

Baca juga: VIDEO MUI Sebut Vaksin Covid-19 dari Sinovac Dinyatakan Suci dan Halal

UMKM ini memanfaatkan dapur rumahnya untuk memproduksi berbagai macam produk olahan aren.

Setidaknya ada empat produk unggulan yang dipasarkan oleh UMKM ini. Mulai dari Nira Seger, Legen 20 persen, Legen 40 persen dan madu aren.

UMKM yang belum genap dua bulan berdiri ini sudah mampu memproduksi 50 liter aren perhari.

Baca juga: Heboh Video Baju Melorotnya di Media Sosial, Model Seksi Melda Rosita Murka, Langsung Lapor Polisi

Eko Perwira pemilik UMKM Adzkiya mengatakan saat ini dia belum bisa memenuhi permintaan pasar yang besar.

“Setiap kali produksi produknya selalu soulout,” ujarnya kepada Tribunjambi.com beberapa hari yang lalu.

Konsumen UMKM ini sendiri kebanyakan berasal dar penderita Diabetes dan struk.

Baca juga: Lengkap! Harga Hijab Zoya, Kamiidea, Heaven Lights, Buttonscarves, Ria Miranda, Koleksi Baru

Hasil olahan dari aren ini dianggap ampuh untuk meringankan bahkan menyembuhkan penderita diabetes oleh konsumenya yang penderita diabetes.

Penderita diabetes dan struk biasanya mencari Nira Segar miliknya, sedangkan yang tidak menderita diabetes lebih senang dengan produk Legen 20 persenya.

Legen 20 persen ini rasanya sekilas mirip dengans softdrink kenamaan milik Amerika Serikat. Apa lagi jika diminum dalam keadaan dingin.

Ada juga yang mencampur legen 20 persen ini dengan jeruk lemon. Sehingga rasa yang di hasilkan lebih segar dengan kombinasi rasa asam dan manis.

Legen 20 persen ini dijual dengan harga Rp 20 ribu per liter, sedangkan Nira seger dijual dengan harga Rp 15 ribu per liter.

Legen 40 persen biasanya dicari oleh pecinta kopi. Seduhan kopi dengan lemon 40 persen tanpa air ini rasanya lebih legit dan mengena serta tidak membuat asam lambung naik.

Tribunjambi.com yang tidak biasa ngopi, disuguhkan kopi dengan seduhan dari legen 40 persen ini saat wawancara, padahal saat itu belum makan.

Uniknya kopi yang di seduhan dengan legen 40 persen ini ramah di lambung, dan rasanya juga lebih nikmat. Wajar saja jika banyak coffee shops menggunakan gula aren sebagai pemanisnya.

Legan 40 persen ini dijual dengan harga Rp 25 ribu per liter

Sedangkan madu aren banyak digunakan, sebagai teman makan roti, ada juga yang menggunakannya sebagai pemanis pengganti gula.

Madu aren ini sebenarnya aren yang dikentalkan, masyarakat umum menyebutnya dengan istilah gula aren cair.

Madun aren ini di jual dengan harga Rp 60 ribu per kilogram.

Nah buat Tribunners yang penasaran bisa menghubungi No Whatsapp 0811 7405 353. Khusus untuk yang ingin menjadi seller akan mendapatkan harga yang lebih murah lagi.

Banyaknya permintaan konsumen untuk produk dari UMKM Adzkiya membuat Eko kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar.

Permintaan pasar yang besar tidak didukung dengan ketersediaan bahan baku aren yang memadai.

Eko mengatakan 50 liter aren produksinya tersebut diambil dari enam pohon aren yang ada di kebunya.

Petani sawit ini berencana akan mengganti pohon sawitnya saat ini dengan pohon aren yang dianggapnya lebih produktif dan menguntungkan.

Eko menceritakan hanya dengan enam pohon aren dia bisa menghasilkan Rp 500 ribu per hari itu artinya Rp 15 juta dalam sebulan.

Sedangkan satu hektar sawit miliknya yang ditanami 120 pohon sawit hanya bisa menghasilkan Rp 4 juta per bulan dengan harga sawit Rp 2.000 perkilo. Itu belum termasuk biaya pemupukan dan perawatan.

Menurutnya harga nira aren sendiri lebih kompetitif yaitu mencapai Rp 10 ribu per liter di pengepul.

Tapi pria yang pernah berkecimpung jadi kontraktor ini tidak mau begitu saja menjual niranya ke pengepul dia lebih memilih untuk memproduksi nira aren menjadi minuman yang kekinian, sehingga memiliki nilai jual yang lebih baik.

Eko sendiri saat ini gencar mengajak teman-temanya untuk beralih ke budidaya nira aren. Inspirasi nira aren ini dia dapat dari cerita para wali yang dipelajari dahulu.

Saat itu, sunan kalijaga yang masih menjadi perampok mencoba merampok tongkat emas milik sunan bonang. Namun disaat ditanya untuk apa sunan kalijaga merampok oleh sunan bonang, dia menjawab untuk dibagikan ke fakir miskin.

Lalu sunan bonang menunjuk pohon aren dan berkata, jika ingin mensejahterakan fakir miskin jangan mengambil emas ini, tapi ambillah itu sambil menunjuk ke pohon aren.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved