Investasi 2021

Jenis Investasi Menguntungkan Tahun 2021, Obligasi dan Emas Tipe Ini Peluang

Jenis investasi menguntungkan tahun 2021 apa? Tidak sedikit investor yang mengalihkan investasinya ke jenis investasi yang lebih aman

Editor: Duanto AS

TRIBUNJAMBI.COM - Pandemi Covid-19 masih belum teratasi dengan maksimal dan menimbulkan kekhawatiran akan resesi.

Lantas investasi menguntungkan tahun 2021 jenis apa?

Virus Covid-19 yang mulai muncul pada awal Maret 2020 memang masih berdampak pada ekonomi saat ini.

Banyak investor di pasar modal yang memilih wait and see dalam transaksi investasinya.

Selain itu, tidak sedikit pula investor yang mengalihkan investasinya ke jenis investasi yang lebih aman.

Di tengah kondisi yang tidak pasti, bagaimana cara untuk mempersiapkan portofolio Anda di tahun 2021?

Baca juga: Promo Indomaret Terbaru 6 Januari 2021, Diskon Susu Beras Popok Bumbu Dapur Detergen Personal Care

Kompas.com menuliskan, Head of Marketing IPOT dari PT Indo Premier Sekuritas, Paramita Sari berbagi tips investasi tahun 2021 berikut ini:

1. Tetap Optimistis

Sikap optimis perlu dimiliki para investor menyikapi kondisi perekonomian nasional dan dunia pada tahun 2021. Pasalnya tidak seorang pun yang mengharapkan kondisi perekonomian semakin memburuk. Optimisme itu sendiri pada dasarnya ditopang oleh tingginya harapan akan pemulihan dan perbaikan perekonomian.

“Masyarakat, seperti halnya investor, akan selalu berharap yang lebih baik sehingga secara manusiawi berusaha keluar dari kesulitan ekonomi,” kata Paramita kepada Kompas.com, Senin (23/11/2020).

2. Lakukan Diversifikasi

Diversifikasi atau yang populer dengan istilah "Don't put all your eggs in one basket" atau "jangan menaruh telur di dalam satu keranjang" tetap harus dijalankan pada tahun 2021.

Diversifikasi yang ini dilakukan untuk meminimalkan risiko investasi di masa pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Diversifikasi sebaiknya tetap dijalankan pada tahun 2021, karena pada dasranya diversifikasi ini menjadi pilar dalam pembentukan portfolio investasi yang sehat.

“Manakala yang satu kurang mendatangkan cuan maka masih ada jenis investasi lain sebagai penyeimbang (balance) sehingga kerugiannya bisa diminimalisir,” ungkap dia.

Baca juga: Promo KFC Diperpanjang Sampai 7 Januari 2021, Dapatkan Harga Murah Kenyang Makan Berdua

3. Terapkan Strategi DCA

Dollar Cost Averaging (DCA) dalam investasi dipahami sebagai strategi cicilan rutin setiap bulannya dalam jumlah yang sama. Seperti halnya menabung secara konvensional, investasi dicicil dengan nominal sesuai kemampuan rutin setiap bulan.

Strategi DCA ini bisa mencegah investor melakukan investasi berlebihan pada "waktu yang salah" di harga yang tinggi.

Seperti umum diketahui, kalau tidak hati-hati, tak jarang investor justru terjebak pada harga yang tinggi saat membeli disebabkan ketidaktahuannya dan lebih banyak karena keputusan emosional.

4. Pilih Sektor Saham yang potensial
Sektor Saham yang Potensial Seiring dengan proses pemulihan ekonomi yang diprediksi akan tumbuh +4,37 persen, maka sektor siklikal seperti perbankan, otomotif, industri dasar hingga komoditas bisa menjadi pilihan investasi pada 2021.

“Sektor-sektor ini pada masa pandemi terdampak negatif dan saat ini sudah mulai terlihat proses pemulihan secara bertahap dan tahun depan pemulihan di sektor-sektor tersebut diprediksi akan lebih baik lagi. Oleh sebab itu, sektor-sektor inilah yang bisa dipilih untuk investasi saham,” tambah dia.

Jenis Investasi yang Paling Menarik

Jelang tahun 2021, sejumlah investor mulai menyiapkan portofolio investasinya. Infovesta Utama dalam laporan mingguannya telah memberikan beberapa faktor yang perlu diperhatikan investor dalam menyambut tahun 2021.

Baca juga: Spoiler One Piece Chapter 1001 Mulai Beredar, Kaido Sedikit Berdarah, Zoro Tebas Big Mom?

Melansir kontan.co.id, setelah terpuruk pada tahun ini, banyak kalangan memperkirakan tahun depan akan menjadi tahunnya investasi saham. Sejumlah berita positif pun membuat pasar saham lebih atraktif jelang akhir tahun ini.

Head Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengatakan, dalam dua bulan terakhir, vaksin Covid-19 terus menunjukkan perkembangan positif seperti lolos uji klinis, didistribusikan, bahkan sudah mulai ada vaksinasi di beberapa negara.

Hal tersebut pada akhirnya meningkatkan optimisme investor menyambut tahun depan, dengan risk appetite yang kembali naik. Alhasil, saham pun dinilai jadi pilihan investasi utama.

Reza optimistis, tahun depan akan menjadi tahunnya instrumen saham. Namun, hal tersebut tergantung pada efektivitas vaksin Covid-19. Jika ternyata efektif, pada akhirnya akan meredam kekhawatiran sekaligus mempercepat gerak pemulihan ekonomi, khususnya pada sektor pariwisata.

Apalagi, tahun depan suku bunga acuan masih akan tetap berada dalam tren rendah. Bahkan, Bank Indonesia (BI) dinilai masih punya ruang untuk kembali memangkas suku bunga acuan seiring angka inflasi yang rendah. Belum lagi peluang Foreign Direct Investment (FDI) yang semakin deras seiring implementasi Omnibus Law.

“Jika pemulihan ekonomi akan bergerak cepat, tentunya instrumen saham akan jadi yang paling menarik sehingga tahun depan bisa jadi tahunnya saham. Kami di HPAM memperkirakan IHSG akan naik ke level 6.700 - 7.000 sehingga upside dari saham akan di kisaran 12%-16% pada 2021,” kata Reza kepada Kontan.co.id, belum lama ini.

Obligasi

Sementara untuk obligasi yang telah mencatatkan kinerja apik pada tahun disebut masih akan punya peluang yang menarik pada tahun 2021.

Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula meyakini, kebijakan moneter dan fiskal yang tetap akomodatif di pasar global dan domestik untuk mendukung proses pemulihan ekonomi.

Lalu, kembalinya aliran dana asing ke pasar negara berkembang untuk mencari imbal hasil di tengah rendahnya tingkat inflasi dan suku bunga bank sentral global. Selain itu, tren pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) yang masih akan berlanjut di 2021 karena kebijakan moneter dan fiskal AS yang tetap akomodatif.

Sementara dari dalam negeri, Ezra menilai fundamental rupiah tetap baik dengan inflasi rendah, adanya ruang penurunan suku bunga, dan arus dana asing yang mulai kembali masuk sehingga meningkatkan daya tarik obligasi Indonesia walau yield sudah turun di 2020.

“Permintaan investor lokal untuk obligasi diperkirakan akan tetap suportif di 2021, karena likuiditas pasar yang masih melimpah sementara pertumbuhan kredit masih relatif rendah. Patut diperhatikan ketersediaan dan distribusi vaksin akan menjadi perhatian pasar yang dapat menjadi katalis bagi pasar, namun juga dapat menjadi faktor risiko,” tambah Ezra.

Lebih lanjut, Ezra menyebut obligasi Indonesia masih menawarkan tingkat real yield yang menarik di antara negara berkembang lain. Sebagai gambaran, real yield obligasi 10-tahun Indonesia saat ini di kisaran 4,6%, sementara Filipina -0,5% dan India -1,7%, yang menjadikan daya tarik tinggi bagi obligasi Indonesia.

Dengan dinamika global dan domestik tersebut, Ezra memproyeksikan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun dapat berpotensi turun ke level 5,5% – 6,0% di 2021, sehingga masih memberikan potensi upside bagi investasi di pasar obligasi,” tutur Ezra.

Baca juga: Link Nonton True Beauty Sub Indo Episode 7, Siapakah Perempuan yang Dipeluk Su Ho?

Emas

Di saat saham dan obligasi akan berada dalam jalur positif, hal sebaliknya justru akan dialami instrumen emas. Aset safe haven ini diperkirakan akan memudar pamornya dan kinerjanya pun akan merosot.

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menyebut hal ini diakibatkan oleh meningkatnya optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi global seiring vaksin Covid-19 yang mulai didistribusikan.

Dengan peluang semakin berkurangnya krisis virus ini, Alwi menilai pasar sudah mulai berharap roda ekonomi akan kembali berjalan lancar. Hal ini pun akhirnya meningkatkan sentimen risk-on di pasar yang tercermin dari tiga indeks utama Wall Street mencetak historical high. Kondisi tersebut membuat aset safe haven, seperti emas ditinggalkan investor.

“Kondisi ini kemungkinan akan menggerus permintaan safe haven emas. Dengan optimisme pertumbuhan ekonomi, sentimen risk-on kemungkinan akan mendominasi di tahun 2021. Hal ini membuat daya tarik emas sebagai safe haven semakin berkurang,” terang Alwi.

Dengan kemungkinan memudarnya aset lindung nilai, Alwi memperkirakan emas kemungkinan akan bergerak pada kisaran $1.600 per ons troi untuk tahun depan.

Ia pun merekomendasikan investor untuk menyusun portofolionya berupa 40% saham, 25% obligasi, 20% emas, dan 15% dolar AS untuk tahun depan.

Sementara bagi investor dengan profil risiko moderat dan tujuan investasi yang jangka panjang, Ezra merekomendasikan bisa menyusun portofolio dengan susunan 60% pada saham dan 40% pada pendapatan tetap.

Adapun Reza bilang saat ini masih jadi momen yang tepat bagi investor untuk segera menambah instrumen saham dalam portofolionya.

Menyambut tahun depan, Reza menyarankan susunan portofolio investor bisa terdiri dari reksadana saham 30%, saham 20%, properti 30%, dan instrumen lainnya 20%.

Baca juga: Daftar Harga HP Vivo Hari Ini 6 Januari 2021 Lengkap, V20: Rp 5 jutaan, Y11: Rp 1,8 jutaan

Sumber: kompas.com dan kontan.co.id

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved