Menyulap Maggot Dari Limbah Organik Menjijikan Menjadi Uang

Pengabdian Masyarakat (Pengmas) bertema ‘Peningkatan Nilai Ekonomis Limbah Organik Dengan Budidaya Maggot (Lalat BSF)

Editor: Rahimin
Istimewa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (UI) dengan dukungan pendanaan dari Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia mengadakan pengabdian kepada masyarakat dengan skema kerja sama dengan Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Jambi 

Menyulap Maggot Dari Limbah Organik Menjijikan Menjadi Uang

TRIBUNJAMBI.COM - Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (UI) dengan dukungan pendanaan dari Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia mengadakan pengabdian kepada masyarakat dengan skema kerja sama dengan Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Jambi.

Yakni, melaksanakan Pengabdian Masyarakat (Pengmas) bertema ‘Peningkatan Nilai Ekonomis Limbah Organik Dengan Budidaya Maggot (Lalat BSF) ‘ yang dilakukan di  Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang dimulai sejak April 2020 yang lalu. 

“Proses pemberdayaan melalui komunikasi dengan masyarakat terus berlangsung. Masyarakat Kecamatan Tebingtinggi antusias, dan keinginan untuk keberhasilan Magot yang dikelola berhasil sangat tinggi,” ujar pengusul pengmas dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Dr Dwini Handayani.

Baca juga: INILAH Syarat & Jadwal Pendaftaran Calon Tamtama PK TNI AL Gelombang I TA.2021, Minimal Lulusan SMP

Baca juga: AKHIRNYA! Komnas HAM Dapatkan Rekaman Percakapan & CCTV Kasus Tewasnya 6 Laskar FPI, Penjelasannya

Baca juga: Cerita Horor Kuburan Jaran, Misteri Istri Gono yang Disebut Bukan Manusia, Ngeri

Nama Maggot mendadak populer di kalangan pembudidaya ikan di Indonesia, karena Pemerintah Indonesia sejak awal 2020 sudah menyebutkan akan menjadikan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) itu sebagai bahan baku alternatif untuk pembuatan pakan ikan. 

"Sambutan warga di Desa Purwodadi, luar biasa, meski ide Maggot sudah dilakukan sebelum 2020, namun masyarakat Puwodadi menginginkan pengmas tersebut kembali ke desa untuk membahas  teknologi pengelolaan Magot,” kata Dr Dwini. 

Pengmas ini diikuti 30 orang masyarakat pembudidaya Maggot yang sangat antusias, dan dihadiri Kepala Desa, Jayus serta Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Jambi, Dr. Ir. Rosyani, MSi.

Baca juga: Selalu Ditolak saat Diminta Berzina, Oknum PNS Bacok Kekasihnya di Depan Ayah Kandung Korban

Baca juga: Selalu Ditolak saat Diminta Berzina, Oknum PNS Bacok Kekasihnya di Depan Ayah Kandung Korban

Baca juga: Chord Gitar dan Lirik Lagu Versace on the Floor - Bruno Mars

Pengmas tersebut membahas beberapa poin penting, diantaranya, pertama meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang pengertian, jenis, pemilahan, dan cara pengolahan sampah agar dapat berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan. 

Pelatihan lapangan melalui pendampingan pembuatan biopori melalui pemanfaatan limbah air lindi sisa pengeringan sampah organik. Pemanfaatan sampah yang berbau dan menjijikan untuk mempunyai nilai dan berharga

Kedua, sosisalisasi peran, peraturan, dan kebijakan pemerintah tentang pengelolaan limbah organik untuk mendukung kebijakan strategis dengan melibatkan masyarakat lokal. Ketiga memberikan pengetahuan terkait teknologi ramah lingkungan untuk mengelola limbah organik dengan menggunakan proses yang murah dan mudah.

Baca juga: Chord Gitar dan Lirik Lagu Talking to the Moon - Bruno Mars

Baca juga: Chord Gitar dan Lirik Lagu Just The Way You Are - Bruno Mars

Keempat, pembinaan implementasi, pendampingan, dan pelatihan teknologi biokonversi kepada masyarakat lokal, dan yang kelima memberikan pengarahan kepada masyarakat dalam memasarkan hasil olahan limbah organik menggunakan teknologi biokonversi untuk meningkatkan perekonomian. Magot yang dihasilkan oleh peternak ikan dapat langsung dimanfaatkan untuk pakan ternak.

Satu narasumber, Dr Sigit Indrawijaya mengatakan, memberikan pemberdayaan dan pengembangan usaha limbah organik budidaya maggot (Lalat BSF) dapat dilakukan oleh petani dengan baik, mengingat petani telah banyak memiliki spot spot lokasi yang telah mengembangkan limbah organik budidaya magot. 

“Ada tiga hal yang dibahas yaitu potensi pasar maggot, pemasaran Maggot dan strategi pengembangan usaha maggot. Magot BSF dapat membantu penguraian secara alami, pakan ternak yang berprotein tinggi dan memiliki potensi pasar bernilai ekonomi tinggi karena pengembangannya masih rendah. Maka diperlukan upaya intensif dalam budidaya magot,” ujat Sigit.

Baca juga: Amarah Soimah Pecah saat Namanya Dipakai untuk Lakukan Penipuan dengan Modus Giveaway

Baca juga: Polres Sarolangun Sebut Tak Pernah Terima Laporan Korban PETI, Ini Kata Kasat Reskrim

Pemasaran maggot skala rumah tangga maupun skala usaha menengah apalagi besar, sangat mudah karena bisnis ini membutuhkan pakan yang murah. dan hampir setiap peternak ikan dan unggas memerlukan maggot termasuk pasar burung. sebagian peternak ikan dan unggas mengeluh biaya pakan yang sangat tinggi hingga 70-80%. Maka maggot menjadi peluang bisnis yang berpeluang maju.

Selaraskan strategi pemasaran dan rencana pemasaran, dengan melakukan hal- hal seperti pahami produk anda, kenali spesifikasi target pasar, susun rencana pemasaran, dan lakukan riset pasar. Petani pedesaan sudah saatnya untuk memahami managemen pasar bagi produk- produk yang mereka hasilkan, agar petani tidak terjebak dengan keuntungan margin yang besar oleh pedagang pengumpul.

Baca juga: Ikan Ikut Hilang, Air Sungai jadi Keruh, Warga Sukabumi Dikagetkan dengan Adanya Lubang yang Muncul

“Koordinasi yang baik antara Dinas Perkebunan Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Perindag dibantu oleh tim pengmas ini dapat menyelaraskan keinginan masyarakat pengelola Magot. Apalagi, kenyataannya di lokasi banyak  kolam ikan yang dapat dijadikan sebagai lokasi pasar bagi maggot,” kata Sigit.

Sumber: Tribun Jambi
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved