RISIKO Politik Presiden Jokowi! Ketika Gibran dan Bobby Nasution Dinyatakan Menangi Pilkada

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, diminta untuk menganalisis Pilkada Solo dan Medan 2020.

Editor: Sulistiono
instagram
Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution - Yunarto menyebut, dengan putra sulung dan menantu yang terjun ke Pilkada 2020, Joko Widodo telah memposisikan diri sebagai politisi biasa yang mengulang pola yang dilakukan para politisi sebelumnya. 

TRIBUNJAMBI.COM - Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution, anak dan menantu Presiden Jokowi, menang di Solo dan Medan versi hitung cepat.

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, diminta untuk menganalisis Pilkada Solo dan Medan 2020.

Hal ini diketahui dari video acara Mata Najwa segmen bertajuk "Pilkada Termahal dan Terumit, Apakah Sepadan?" yang diunggah di kanal YouTube Najwa Shihab Kamis (10/12/2020) hari ini.

Menurut pria yang akrab disapa Toto ini, jumlah suara yang diperoleh Bagyo Wahono sudah lumayan.

Diketahui, hasil quick count menunjukkan rival Gibran Rakabuming-Teguh Prakosa, mendapatkan suara sebesar 13 persen.

Bahkan, jumlah suara yang diperoleh Bagyo Wahono bisa meruntuhkan ambisi Gibran Rakabuming untuk melebih perolehan suara yang dicapai Joko Widodo di periode kedua.

Sebab, Gibran menyetel target perolehan suara 92 persen.

Yunarto Wijaya juga mengatakan catatan yang paling penting adalah bagaimana perspektif masyarakat dari konteks nasional.

Yunarto menyebut, dengan putra sulung dan menantu yang terjun ke Pilkada 2020, Joko Widodo telah memposisikan diri sebagai politisi biasa yang mengulang pola yang dilakukan para politisi sebelumnya.

Selain itu, jika anak dan menantunya resmi dinyatakan menang, jelas ada peluang besar bahwa Joko Widodo akan mendapat kritikan keras soal politik dinasti.

"Mas Toto, analisa Anda, yang jelas tadi Pak Bagyo mendapat 13 persen, itu lumayan kan?" tanya Najwa Shihab.

"Lumayan sekali. Tapi yang harus jadi catatan, ini bukan tentang Solo dan Medan saja. Catatan paling penting adalah orang melihatnya dari konteks nasional," kata Yunarto Wijaya.

"Jokowi harus menerima risiko bahwa kejadian di Solo dengan Medan, menang dan kalah, Jokowi sudah memposisikan diri menjadi politisi biasa yang mengulang pola yang dibuat oleh para politisi yang dikritik juga."

"Politik dinasti yang paling mudah dikritik, itu pertama. Yang kedua kalau kita bicara Solo dan Medan, kalau Solo sudah bisa ditebak, tidak ada keanehan, walaupun Pak Bagyo berhasil lho meruntuhkan ambisi Gibran mengalahkan ayahnya. Itu jelas tidak mencapai 90 persen," sambung Yunarto Wijaya.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved