Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Merencanakan Kehidupan dengan Dasar Keselamatan

Bacaan Ayat: Amsal 21:20 (TB) - Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya

Editor: Suci Rahayu PK
Instagram @ferinugroho77
Pdt Feri Nugroho 

Merencanakan Kehidupan dengan Dasar Keselamatan

Bacaan Ayat: Amsal 21:20 (TB) - Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya.

Oleh Pdt Feri Nugroho

Sejak Allah menciptakan kehidupan, manusia telah mendapat mandat untuk mengelola dan menguasai bumi.

Tugas ini memposisikan manusia sebagai rekan kerja Allah dalam memelihara ciptaan.

Orientasi pemelihara tersebut demi kemuliaan Allah.

Melalui tindakan memelihara bumi, manusia dapat memancarkan kemuliaan Allah dalam kehidupannya.

Manusia tidak perlu direpotkan dengan kebutuhan hidup, karena Allah telah menyediakan melalui buah-buahan yang dapat dipetik dan dimakan, tanpa harus berjerih lelah.

Namun seiring berjalannya waktu, setelah manusia jatuh dalam dosa dengan tidak taat kepada Allah, perubahan terjadi.

Bekerja tidak lagi indah.

Bekerja menjadi cara bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Manusia bekerja dalam rangka keberlangsungan hidup, sehingga orientasi berfikirnya bukan lagi kepada Allah melainkan kepada diri sendiri.

Pertimbangan ekonomi menjadi dominan; apakah sebuah pekerjaan menguntungkan atau merugikan?

Ilustrasi bekerja
Ilustrasi bekerja (ist)

Ironisnya, manusia cenderung bekerja untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa berfikir tentang generasi berikutnya.

Inilah yang menjadikan eksploitasi alam menjadi marak pada masa kini.

Yang semakin memprihatinkan, ketika bekerja, jenis pekerjaan atau hasil kerja menjadi simbol status dan harga diri seseorang.

Akibatnya, dalam banyak kasus, seseorang menjadi bertindak semena-mena terhadap sesama (bawahan) dalam rangka menuju kesuksesan.

Nilai kemanusiaan terabaikan, hasil yang berkelanjutan tersingkirkan, bahkan sampai pada kecenderungan untuk memperbudak sesama, tanpa disadari.

Kitab Amsal memberikan nasihat bijak, dengan memperingatkan agar tidak diperbudak oleh keinginan.

Keinginan itu tidak akan pernah ada habisnya.

Kepuasan menjadi semu, karena ketika sebuah keinginan terpenuhi maka akan muncul keinginan baru, dan begitu seterusnya.

Waspadalah, bahwa keinginan itu bernafsu sepanjang hari.

Sebaliknya, hidup tanpa keinginanpun juga berbahaya, karena seseorang akan menjadi malas dalam menjalani kehidupan.

Malas itu tidak mau bekerja, atau enggan untuk bekerja.

Menurut ilmu biologi, otot yang tidak pernah dipergunakan, seiring berjalannya waktu akan mengecil, mengalami penyusutan sampai akhirnya tidak bisa lagi difungsikan.

Kemalasan menjadi penyakit mematikan bagi kehidupan dan menjadi sumber kehancuran.

Selanjutnya, Amsal memperingatkan agar kehidupan jangan hanya berorientasi pada kesenangan semata.

Orientasi pada kesenangan hanya akan menumpulkan visi tentang masa depan.

Kehidupan hanya dinikmati sesaat, tanpa ada rencana untuk masa depan.

Kondisi inilah yang digambarkan oleh Yesus sebagai gadis bodoh yang membawa pelita tanpa menyediakan minyak.

Jadilah pribadi yang bijak. Keselamatan yang sudah kita terima dalam Yesus, sudah seharusnya membuat setiap kita bijak dalam menata kehidupan.

Keselamatan telah memulihkan kita pada posisi semula sebagai rekan kerja Allah dalam memelihara kehidupan.

Keselamatan telah membuat kita berdamai dengan Allah, berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan sesama dan berdamai dengan alam.

Berdamai dengan Allah memungkinkan kita untuk melihat kehidupan seperti Allah melihat ciptaan: sungguh amat baik.

Maka kehidupan adalah anugerah dan kesempatan untuk memuliakan Allah. Berdamai dengan diri sendiri, membuat kita melihat diri secara positif dengan potensi besar untuk mengembangkan kehidupan.

Berdamai dengan sesama, akan menciptakan sikap peduli dan kasih kepada orang lain sebagai sama-sama diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.

Dan berdamai dengan alam, akan memampukan kita melihat alam bukan sekedar obyek untuk dieksploitasi sebebas-bebasnya; melainkan dikuasai, ditaklukan untuk kehidupan masa depan yang lebih baik.

Keluarga menempati garda terdepan untuk menyemai pemahaman ini.

Keluarga menjadi ruang pertama dalam sejarah kehidupan, untuk merencanakan kehidupan yang baik dimasa depan sehingga semakin memuliakan Allah, sebagai pemilik Kehidupan. Amin

Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Siloam Palembang

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved