Hobi Mancing Ikan, Paing Berburu Baung di Sungai Ciliwung, Solusi Kala di Rumah Tak Ada Lauk

Kalau banjir, banyak sekali sampah. Seusai banjir, Sungai Ciliwung pun penuh buih. Ikan-ikannya lalu pada mabuk.

Editor: Sulistiono
net/kompas.com
Hobi Mancing Ikan - Dalam hidup Paing (60), Sungai Ciliwung adalah pelampiasan hobi dan sumber lauk. Sekitar tahun 1994, ia berkenalan dengan Ciliwung. Berawal dari hobi mancing ikan, kini dia rutin berburu ikan di Sungai Ciliwung. 

TRIBUNJAMBI.COM -Sungai Ciliwung dahulu bening, berbagai jenis ikan berkembang biak. Kini sungainya kotor, tercemar limbah.

Kalau banjir, banyak sekali sampah. Seusai banjir, Sungai Ciliwung pun penuh buih. Ikan-ikannya lalu pada mabuk.

Meski air Sungai Ciliwung sudah tercemar limbah dan kotor, tetap menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar.

Baca juga: Kisah Masa Lalu Surya Paloh, Perjalanan saat Muda Jadi Aktivis Kini Pengusaha Berhasil

Baca juga: Jenderal TNI Ditilang Polisi, Mulai dari Kapolda Turun Tangan hingga Polantas Kaget Saat Lihat SIM

Baca juga: Obat Sakit Bisul dari Bahan Alami - Pakai Bubuk Kunyit, Olesi Minyak Jarak

Mereka berburu ikan sapu-sapu untuk dijual. Mereka juga mencari ikan putih untuk disantap. Kalau tak ada lauk, Sungi Ciliwung solusinya.

Dalam hidup Paing (60), Sungai Ciliwung adalah pelampiasan hobi dan sumber lauk. Sekitar tahun 1994, ia berkenalan dengan Ciliwung.

Hingga saat ini, Sungai Ciliwung menjadi sahabat karib Paing. Jelang sore pada akhir pekan lalu, Paing datang dengan jala buatannya.

Memakai celana pendek, baju pendek, serta kupluk, ia perlahan menuruni anak tangga di dekat saung Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Kedung Sahong di Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Baca juga: Bocah di Bungo Terekam CCTV Curi Tanaman Hias, Ambil Bunga Keladi Wayang dan Bunga Read Sumatera

Baca juga: Kota Jambi Ada Tambahan Tenaga Dokter dan Bidan, Diharapkan Bisa Meningkatkan Pelayanan Saat Pandemi

Baca juga: Ramuan dari Bahan Alami untuk Bersihkan Karang Gigi - Cengkeh, Kulit Jeruk, Lemon, Baking Soda

Cuaca sore itu cerah. Aliran Sungai Ciliwung tak relatif tenang. Paing berjalan di atas batu yang muncul tatkala Sungai Ciliwung sedang surut.

Gemericik suara pemberat jala yang saling beradu dan air sungai terdengar bersama suara desingan peluru.

Zainal Abidin (58), pegiat KPC Kedung Sahong, mengatakan, suara itu berasal latihan militer dari arah Cijantung yang berada tepat di seberang saung.
Cuitan burung nan merdu dan kokokan ayam juga bersahutan. Paing tampak berjalan menuju ujung batu di arah hulu.

Ia mengambil ancang-ancang untuk melempar jala. Sekali mencoba, jala ditebar ke sungai.

Baca juga: 9 Obat Diabetes yang Harus Anda Ketahui, Cek Masing-masing Fungsinya

Baca juga: Benarkah Urine Penderita Diabetes Itu Manis sampai Disebut Kencing Manis?

Baca juga: Makanan dan Minuman Penyebab Diabetes - Tinggi Karbohidrat Daging Merah Buah Kering Minuman Bersoda

Paing kemudian menceburkan diri dan berjalan di pinggir sungai sambil memegang jala.

“Kalau ke tengah derasnya bukan main. Hanyut kita ketarik jala. Ini aja sudah segini, makin dalam,” ujar Paing, yang kini hanya terlihat kepalanya di sungai.

Paing kemudian kembali ke atas batu. Ia merapikan jala lalu kembali ke sungai. Percobaan pertamanya gagal. Paing berpindah tempat ke arah hulu.

Berawal diajak lalu pergi sendiri Paing masih ingat betul perkenalannya dengan Sungai Ciliwung.

Sebagai perantau, ia sudah menyecap asam manis di Jakarta. Era 80-an pernah bekerja sebagai petugas keamanan di kawasan Kota.

Ia juga pernah bekerja sebagai pemerah susu sapi di Kuningan Barat yang kini masuk ke dalam wilayah Mampang Prapatan.

Akhirnya, Paing pindah ke Lenteng Agung pada medio 1994.

“Dulu ke Ciliwung ikut diajak Pak Haji Iprin. Dia orang sini asli. Kami itu hobi. Abis kerja diajak ke kali nyari ikan. Lama kelamaan pergi sendiri, sampai bisa bikin jala sendiri,” kenang Paing.

Dari Ciliwung, Paing juga menggantungkan hidup. Ia menangkap ikan untuk makan. Kalau di rumahnya tak ada lauk, Ciliwung adalah solusinya.

“Kalau beli di warung kan harus ada duitnya,” kata laki-laki asal Pemalang yang juga hobi mancing ikan di kolam pemancingan.

Baginya, ikan hasil tangkapan di Ciliwung enak untuk disantap. Paing mencari jenis ikan baung. Jika beruntung, ia bisa mendapatkan puluhan ikan baung untuk disantap.

“Ikan baung enak aja buat dimakan, masak apa aja. Dipucung, disayur kuning, digoreng, nikmat,” tambah Paing.

Baca juga: Chord Gitar dan Lirik Lagu Chrisye Judul Kisah Kasih di Sekolah, Penyanyi Solo Legendaris Tahun 90an

Baca juga: Chord Gitar dan Lirik Lagu Andmesh Judul Cinta Luar Biasa, Waktu Pertama Kali Ku Lihat Dirimu Hadir

Baca juga: Download Lagu MP3 Bunga (Tarik Sis Semongko) - Anggun Pramudita, Tersedia Chord dan Video Klipnya

Paing tak ingat sudah berapa kali ke Ciliwung. Ia hampir setiap hari membawa jala ke Ciliwung. Paing tak malu harus menyelam di Sungai Ciliwung.

“Kalau jala nyangkut, itu harus nyelam. Yang merantau di sini, ya saya aja yang nyemplung,” kata Paing.

Klaim Paing bukan omong kosong. Di tangannya terlihat panu yang menyebar. Namun, Paing tak malu dan tak berniat berhenti nyemplung di Ciliwung.

“Ya ini panuan gara-gara main di Ciliwung ha-ha-ha,” ujar Paing sambil tertawa dan menunjukkan lengannya.

Ikan hitam dan putih Pain pantang menyerah, percobaan kedua melempar jala ia lakukan. Pada percobaan kedua, hanya ikan sapu-sapu yang tersangkut di jala Paing.

Ia melepaskan ikan sapu-sapu dari jaring. Sejurus kemudian, satu persatu ikan sapu ia lempar ke pinggir dan tengah sungai.

“Ha ha ha, ikan sapu-sapu ini. Dapetnya cuma ikan sapu-sapu,” ujar Paing sambil tertawa.

Bagi pencari ikan seperti Paing dan masyarakat sekitar, ada dua jenis ikan di Sungai Ciliwung. Ikan hitam dan putih. Sebutan ikan hitam merujuk kepada ikan sapu-sapu. Sementara ikan putih adalah selain ikan sapu-sapu.

“Kalau saya enggak nyari ikan sapu-sapu. Saya cari ikan putih. Di luar ikan sapu-sapu, itu disebutnya ikan putih,” ujar Paing.

Sungai Ciliwung memang dikenal sebagai habitat ikan sapu-sapu. Ikan sapu-sapu memiliki kepala mirip lele tetapi bersisik hitam dan tajam.

Air kecoklatan dan berlimbah di Sungai Ciliwung disebut menjadi tempat yang menyenangkan bagi ikan sapu-sapu.

Ikan sapu-sapu dikenal yang paling tahan terhadap kondisi lingkungan yang tercemar. Sementara itu, ikan putih pun juga hidup di Sungai Ciliwung.

Abidin menyebutkan, Ciliwung dulu tempat hidup berbagai jenis ikan.

“Zaman dulu, ikan masih banyak di Ciliwung. Ikan lalawak sejenis ikan tawes tapi buntut mereh. Tenggehet itu sejenis buntut kuning. Ikan baung juga banyak di Ciliwung,” ujar Abidin sambil mengenang.

Namun, ikan baung pun masih kerap didapatkan di Sungai Ciliwung. Buktinya, di pinggang Paing terikat seekor ikan baung. Dengan bangga, Paing menunjukkan ikan baung di pinggangnya.

“Ini buat umpang pancing. Ikan mujaer suka dagingnya,” kata Paing.

Paing menyebutkan, kondisi Sungai Ciliwung kini kotor. Padahal, awalnya air Sungai Ciliwung jernih. Bahkan, Abidin berkisah bahwa air Ciliwung dulu bisa diminum.

“Sekarang kotor, dulu jernih. Kalau banjir banyak sampah. (Dahulu) ikan berkembang biak. Sekarang banyak limbah,” ujar Paing.

Jika Sungai Ciliwung di sisi Lenteng Agung dilewati air banjir kiriman, bisa membuat gatal-gatal.

Ikan-ikan pun mabuk. Tanda air di Ciliwung selepas banjir bisa berbuih.

“Kalau habis musim kemarau, terus ujan sekali, itu banyak ikan yang mabuk. Ramai banyak yang nyerok. Air habis hujan itu warnanya hitam,” kata Paing.

Jelang senja, ia kembali ke pinggir kali. Segelas kopi dan sebatang rokok menjadi penutup hari Paing.

“Pulang dulu ya..Makasih kopinya,” kata Paing.

Kini, Sungai Ciliwung masih menjadi favorit pelampiasan hobi dan sumber penghidupan masyarakat sekitar. Ada yang berjuang dari pagi sampai sore bahkan malam mengumpulkan ikan sapu-sapu untuk dijual. Ada juga yang mencari ikan putih untuk disantap. Begitulah kisah Ciliwung ... (tribunjambi.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Paing, Nyemplung di Sungai Ciliwung Sejak 1994 untuk Makan dan Hobi", Klik untuk baca: https://megapolitan.kompas.com/read/2020/11/16/06102971/kisah-paing-nyemplung-di-sungai-ciliwung-sejak-1994-untuk-makan-dan-hobi

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved