Berita Jambi

Kampus Jambi Langsungkan Wisuda di Puncak Gunung Marapi, Pecahkan Dua Rekor MURI Sekaligus

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim (STIKBA) Jambi melangsungkan wisuda di puncak Gunung Marapi, Sumatera Barat, Kamis (12/11/2020)

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Nani Rachmaini
Sumber foto: instagram @filiuschandra
Wisuda STIKes Baiturrahim Jambi di puncak Marapi, Sumatera Barat, Kamis 12 November 2020 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahim (STIKBA) Jambi melangsungkan wisuda di puncak Gunung Marapi, Sumatera Barat, Kamis (12/11/2020).

Wisuda di puncak gunung setinggi 2891 MDPL itu merupakan kali pertama di dunia. Bagaimana mereka melakukannya?

Kondisi pandemi Covid-19 tidak membuat semua kegiatan terhambat. Pihak STIKBA Jambi justru memanfaatkan itu untuk tampil memecahkan rekor.

Ketua STIKBA Jambi Dr Filius Chandra, SE, MM menceritakan, itu merupakan pengalaman pertamanya, setelah puluhan tahun lalu.

Inspirasi wisuda di puncak gunung itu terlintas saat dia melihat sebuah postingan di media sosial, sekitar Juli 2020 lalu.

Baca juga: Beri Pembekalan Duta Bela Negara, Danrem Jambi Tegaskan Pancasila yang Terbaik Untuk Indonesia

Baca juga: Chord Kunci Gitar dan Lirik Lagu Pergi Hilang dan Lupakan - Remember of Today

Baca juga: Kecamatan Telanaipura Imbau Warga Selalu Waspada dan Segera Lapor Jika Ada Tanda-tanda Banjir

Dia kemudian mengomunikasikan itu ke pihak kampus dan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Ide itu disambut baik. Filius langsung melakukan persiapan.

Ada beberapa orang yang berangkat dari Jambi untuk ekspedisi pertama ke Gunung Marapi, akhir Agustus hingga awal September lalu, termasuk dia. Pendakian pertama itu bertujuan untuk mengetahui titik yang bisa menjadi lokasi prosesi wisuda.

"Kami cari-cari informasi, rutenya, kondisi sinyalnya, bagaimana kemungkinannya untuk digunakan wisuda," katanya, melalui sambungan seluler, Selasa (17/11/2020).

Wisuda STIKes Baiturrahim Jambi di puncak Marapi, Sumatera Barat, Kamis 12 November 2020
Wisuda STIKes Baiturrahim Jambi di puncak Marapi, Sumatera Barat, Kamis 12 November 2020 (Sumber foto: instagram @filiuschandra)

Jaringan tersebut nantinya dimanfaatkan untuk kegiatan daring. Filius juga mewisuda mahasiswa yang bertempat di gedung Abadi Convention Center, Kota Jambi.

Ekspedisi tidak berhenti di sana. Segala persiapan terus dilakukan, termasuk latihan fisik.

Filius mengatakan, sebelum mendaki Marapi untuk kali kedua, dia sempat menapakkan kaki ke puncak Gunung Singgalang sebagai upaya untuk melatih fisiknya.

Filius merasa, acara tersebut diberkahi.

"Yang buat saya tidak menyangka, acara itu benar-benar diberkahi Allah. Alhamdulillah, pas hari pelaksanaan itu, matahari cerah sekali," tuturnya.

Ungkapan itu dia sampaikan karena, sejak petang hari sebelumnya, mereka sempat diterpa badai.

Ketua penanggung jawab wisuda puncak Marapi, Adi Junaidi yang juga merupakan dosen STIKBA juga menceritakan perjuangan mereka.

Usai ekspedisi pertama, mereka terus melakukan persiapan, mulai dari fisik hingga kesehatan. Bahkan menjelang keberangkatan, semua yang ikut melakukan tes rapid dan dipastikan nonreaktif. Mereka berangkat dari Jambi pada 9 November 2020 dan sempat menginap di Bukittinggi.

Pagi, 11 November 2020, mereka 21 orang yang terdiri dari tiga tim, mulai menanjak setelah dilepas Wali Nagari (setingkat kepala desa) Batu Palano, yang terletak di kaki gunung.

"Kami bagi menjadi tiga tim. Ada tim yang cepat, saya termasuk yang sedang, kemudian ada tim yang di belakang yang bawaannya lebih berat," jelas Adi.

Ada yang bertugas sebagai penunjuk jalan, logistik, hingga dokumentasi. Selain itu, ada dua perwakilan BEM dan satu perwakilan wisudawan yang ikut menjajaki terjalnya Marapi.

Wisuda STIKes Baiturrahim Jambi di puncak Marapi, Sumatera Barat, Kamis 12 November 2020
Wisuda STIKes Baiturrahim Jambi di puncak Marapi, Sumatera Barat, Kamis 12 November 2020 (Sumber: instagram @filiuschandra)

Butuh sekitar tujuh jam untuk menaklukkan puncak Gunung Marapi setinggi 2891 MDPL itu. Rabu petang, mereka menapakkan kaki di puncak.

Mereka sempat kelabakan saat kehilangan jaringan di puncak gunung. Lokasi yang awalnya dikatakan layak dengan jaringan yang cukup memadai, ternyata mendadak berubah.

"Waktu itu kami kelelahan. Sinyal hilang. Akhirnya, malam itu kami putuskan istirahat dulu," ujarnya.

Tidak ingin prosesi wisuda itu terganggu. Mereka kembali mencari jaringan sejak pagi buta.

Beruntungnya, kata Adi, mereka kembali terhubung jaringan sekitar pukul 07.45 WIB, atau 15 menit sebelum acara dimulai.

"Waktu itu Pak Ketua langsung bersiap. Acara mulai pukul 08.00 WIB. Kami pakai penguat sinyal, karena sinyal di puncak terbatas," terangnya.

Pemindahan tali toga pertama akhirnya dimulai pada pukul 09.00 WIB.

Dalam prosesi tersebut, Ketua STIKes Baiturrahim Jambi memindahkan tali toga mahasiswa bernama Andi Muhammad Iqbal.

Dia merupakan satu-satunya mahasiswa yang diwisuda di puncak, dari total 224 wisudawan. Sementara 223 mahasiswa lain melangsungkan prosesi wisuda di Gedung Abadi Convention Center Jambi.

Andi mengaku senang dan tidak menyangka bisa menjadi perwakilan dari para wisudawan dan wisudawati STIKBA Jambi, terlebih ini kali pertama.

"Ini menjadi sejarah juga bagi hidup saya. Saya senang bisa ikut berpartisipasi dalam ekspedisi untuk memecahkan dua rekor MURI sekaligus," ungkap sarjana keperawatan itu.

Wisuda di puncak gunung tersebut merupakan yang pertama di dunia dan langsung mendapat aprisiasi dari berbagai pihak. Proses wisuda perguruan tinggi tersebut dinobatkan sebagai yang pertama di dunia oleh Museum Dunia Muri, sekaligus berhak meraih rekor MURI yang dibacakan Yusuf Nasri dari MURI.

Pihak Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) memberikan dua Sertifikat Penghargaan. Satu sertifikat diberikan kepada Institusi STIKBA Jambi; dan satu lainnya sertifikat kepada Ketua STIKBA, Dr Filius Chandra, SE, MM.

(Tribunjambi.com/ Mareza Sutan A J)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved