10 Pesan Penting Ustadz Abdul Somad untuk Para Santri di Indonesia, Tetap Santri Agar Tak Takut Mati
Ustadz Abdul Somad menyampaikan 10 pesan penting untuk para santri di Indonesia. Tepat hari ini Kamis 22 Oktober diperingati sebagai hari Santri Nasi
Selain itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Komaruddin Amin mengatakan, penetapan Hari Santri dilakukan tak lepas dari pentingnya peran santri sebagai bagian fundamental bangsa Indonesia.
Menurutnya perjuangan para mahasantri seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, dan Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto menciptakan organisasi Islam sangat berperan penting dalam perjalanan bangsa.
”Mereka merupakan tokoh yang memiliki komitmen Islam dan komitmen kebangsaan yang luar biasa. Hal inilah yang harus terus kita kenang,” kata Komaruddin.
Oleh karena itu, lanjut Komaruddin, Hari Santri merupakan sebuah pemaknaan sejarah yang otentik, ketika perjuangan bangsa dibangun di atas keikhlasan dan ketulusan para santri yang berpaham merah putih.
Santri dapat menjadi pemersatu umat, baik secara psikologis, ideologis, maupun politis.
”Partai boleh berbeda, tetapi semangat kesantriannya tetap sama,” katanya.
Peringatan ini diharapkan menjadi pendorong bagi seluruh umat Islam di Indonesia untuk menanamkan komitmen bangsa di dalam dirinya.
Definisi santri
Menurut Kamaruddin Amin dalam opini Harian Kompas, 22 Oktober 2015, definisi santri tidak tertaut pada satu kelompok saja.
Dia mengatakan jika membaca sejarah perjuangan tokoh-tokoh Islam yang berdarah merah putih, terlihat bahwa mereka memiliki komitmen keislaman dan keindonesiaan yang sangat kuat.
Mereka seperti Hasyim Asyari (NU), KH Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), A Hassan (Persis), Ahmad Soorkati (Al-Irsyad), Mas Abd Rahman (Matlaul Anwar).
"Kalau definisi santri dapat dinisbahkan kepada mereka, maka santri adalah mereka yang memiliki komitmen keislaman dan keindonesiaan, mereka yang hidupnya diinspirasi dan diselimuti nilai-nilai Islam di satu sisi dan semangat serta kesadaran penuh tentang kebangsaan Indonesia yang majemuk di sisi lain," tulisnya.

Oleh sebab itu, santri tidaklah eksklusif teratribusi pada komunitas tertentu, tetapi mereka yang dalam tubuhnya mengalir darah Merah Putih dan tarikan napas kehidupannya terpancar kalimat la ilaha illallah. Jika definisi itu disepakati, maka penetapan Hari Santri menjadi sangat relevan dalam konteks Indonesia modern yang plural.
Hari Santri menjadi milik umat Islam Indonesia secara keseluruhan.
Menurutnya, definisi santri seperti di atas diharapkan menjadi driving force yang dapat mengintegrasikan, tak hanya ideologis sosiologis, tetapi juga politis.