Berita Tanjabtim
Saat Banjir, Kebuasan Buaya Teluk Dawan di Muarasabak Jadi Momok Mengerikan Bagi Warga
Hidup berdampingan dengan hewan predator buas buaya, menjadi tantangan tersendiri bagi warga Kelurahan Teluk Dawan
Penulis: Abdullah Usman | Editor: Nani Rachmaini
Saat Banjir, Buaya Teluk Dawan Menjadi Momok Mengerikan Bagi Warga
Laporan Wartawan Tribunjambi.com, Abdullah Usman
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA SABAK - Hidup berdampingan dengan hewan predator buas buaya, menjadi tantangan tersendiri bagi warga Kelurahan Teluk Dawan Kecamatan Muara Sabak Barat Tanjabtim.
Pasalnya, dari ratusan tahun lalu sejak Sungai Teluk Dawan berada, buaya buas sudah mendiami sungai tersebut dan menjadi habitat alami mereka.
Seiring waktu dan perkembangan zaman, sungai tersebut mulai didiami oleh penduduk yang saat ini dikenal dengan Warga Teluk Dawan.
Sehingga proses adaptasi hidup berdampingan antar manusia dan hewan tersebut butuh penyesuaian.
Dalam proses perjalanan hidup berdampingan tersebut, tidak sedikit perselisihan dan bentrok terjadi.
Bahkan tercatat sudah terjadi lima kejadian konflik antara manusia dan hewan buas tersebut, di mana dua dari kejadian tersebut merengut nyawa manusia.
Dikatakan Usman ketua RT 34 di Kelurahan Teluk Dawan menuturkan, konflik antar manusia dan buaya sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu akibat beberapa faktor penyebab.
Meski saat ini konflik tersebut mulai mereda dan masyarakat mulai dapat beradaptasi dengan keberadaan hewan buas tersebut.
Saat ini msyarakat, sudah dapat beraktifitas normal di atas aliran sungai baik mengguankan sampan maupun ketek, ketika hendak pergi berkebun maupun hendak bekerja.
Meski kewaspadaan selalu diutamakan.
"Kalo dibilang aman aman, akan tetapi kami warga tetap terus waspada."
"Pasalnya mereka (buaya) kerap menampakan diri di sekitaran pemukiman warga dan cukup menghawatirkan," ujarnya.
"Ukurannya juga beragam mulai dari panjang 5 - 12 meter ukurang terbesar," tambahnya
Meski demikian, warga tetap mengantisipasi dengan berbagai cara ada yang membuat pagar pembatas antara sungai dan jalan di perkarangan rumah, dengan menggunakan kayu atau bambu.
Ada pula yang memasang jaring pengaman bahkan mengusir dengan senjata.
"Karena ini hewan buas dan liar, kita bilang aman kalo dia lapar bisa berbahaya jugakan," ujarnya
Selain itu kewaspadaan warga harus ditambah dua kali lipat jika memasuki musim penghujan dan banjir.
Mengingat saat musim tersebut buaya buaya tadi kerap mendekati permukiman karena debit air yang tinggi.
Dan secara tidak langsung sangat mengkhawatirkan keberadaan warga terlebih pada malam hari.
"Bagi orang yang awam akan sulit membedakan antara buaya dan batang kayu mengambang, apolagi jika malam hari," jelasnya.
Terkait hal tersebut, warga sudah kerap mengadukan hal tersebut kepemerintah agar mendapatkan perhatian dan tindakan.
Apakah dibuatkan batas penghalang untuk antisipasi atau sebagainya mengingat musim banjir sangat mengkhawatirkan akan satwa yang semakin liar.
Meski demikian, masih banyak warga yang memanfaatkan aliran Sungai Teluk Dawan untuk kebutuhan sehari hari seperti mencuci piring, pakaian atau membilas.
Meski dalam aktifitas tersebut mata dan insting warga harus lebih tinggi dan jeli.
(tribunjambi/abdullah usman)