Festival Mandi Safar
Festival Mandi Safar Digelar Sederhana, Masih Banyak Warga yang Penasaran
Pemerintah Kabupaten Tanjabtim memastikan perhelatan Festival Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut tahun ini ditiadakan karena pandemi Covid-19.
Penulis: Abdullah Usman | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI.COM, MUARASABAK - Pemerintah Kabupaten Tanjabtim memastikan perhelatan Festival Mandi Safar di Desa Air Hitam Laut tahun ini ditiadakan karena pandemi Covid-19.
Pemerintah daerah tak ingin mengambil resiko.
Meski demikian masyarakat sekitar tetap melakukan dan tetap hadir ke lokasi untuk menyaksikan, karena dianggap tradisi.
Sulai, satu warga Tanjabtim yang sengaja datang dari Kampung Laut bersama rombongan untuk melihat Festival
Budaya Air Hitam Laut di Pantai Babussalam, Kecamatan Sadu.
"Festival Mandi Safar inikan sudah ajang tabunan. Kami kiro bakal rame seperti tahun tahun sebelumnyo mungkin lebih meriah dari tahun lalu, mako kami sengajo janjian untuk nengok," ujarnya, Kamis (15/10).
Dituturkannya, meski di Pantai Babussalam tempat digelarnya festival budaya tersebut tidak semegah atau seramai tahun lalu kegiatan adat tetap dilakukan, meski hanya diikuti oleh penduduk sekitar.
"Kalau kito tengok tadi memang dak seramai dan semegah tahun lalu, dak ado panggung dan umbul-umbul lainyo. Cuman acara warga kampung bae kayaknyo," tuturnya.
"Kalau seratusan orang adolah tadi, dan jugo dak banyak kegiatanyo jugo," tambahnya.
Terpisah Camat Sadu Frans saat dikonfirmasi membenarkan hal tersebut, menurutnya terkait kegiatan adat budaya di pantai Babussalam Desa Air Hitam Laut memang digelar.
Hanya saja kegiatan tersebut dilakukan sesederhana mungkin untuk menjalankan adat tradisi dan tidak terbuka (undangan).
"Kegiatan tersebut inisiatif warga sekitar untuk menjalankan adat tradisi, dan dilakukan secara sederhana dan singkat. Tidak ada mengundang ramai-ramai atau tamu sebagainnya," jelasnya.
Acara tersebut merupakan agenda provinsi, juga sudah berkoordinasi dengan pihak polres, sesuai izinnya acara tersebut hanya acara adat dan tidak mengundang orang banyak termasuk pihak pemerintah maupun pemerintah setempat.
"Terkait banyak pengunjung yang datang, mungkin karena kegiatan inikan merupakan ajang tahunan dan setiap tahunnya selalu meriah mungkin karena itu banyak warga yang datang," ujarnya.
"Sebenarnya itu acara kecil-kecilan saja tidak ada undangan, karena ini ajang tahunan mungkin banyak warga yang penasaran," tambahnya.
Lanjutnya, saat kegiatan adat tersebut berlangsung tetap dipantau oleh satgas kecamatan bersama pihak TNI dan Polri setempat.
Berganti Nama
TOKOH dan juga pimpinan Ponpes Wali Petu di Desa Air Hitam Laut, Kecamatan Sadu, As'ad Arsyad membenarkan ada acara adat Mandi Safar diaksanakan sangat sederhana. Tidak mengundang orang dari luar desa.
Bahkan masyarakat desa tidak kami undang, seluruh santri tidak ada yg boleh ikut ke pantai, kecuali beberapa orang guru yang bertugas dalam prosesi adat," jelas Yayi yang juga Ketua MUI Tanjabtim, Kamis (15/10).
Ia juga tidak memungkiri jika dalam pelaksanaan kegiatan adat budaya yang dijadwalkan sederhana tersebut justru dihadiri banyak warga.
Meski pihak panitia atau tokoh masyarakat tidak menyebarkan undangan maupun spanduk pemberitahuan.
"Tradisi ini memang sudah menjadi agenda tahunan masyarakat desa sejak berpuluh- puluh tahun lalu, yang tidak pernah ditinggalkan, terlibat atau tidak pemerintah dalam pelaksanaannya masyarakat selalu ramai yang ikut dalam kegiatan tersebut," jelasnya.
Untuk diketahui, pada perayaan festival mandi safar pada tahun sebelumnya Pemerintah Tanjabtim sepakat untuk mengganti nama acara tersebut menjadi Festival Air Hitam Laut yang diwacanakan pada 2020 menjadi pertama kali nama tersebut digunakan.
Hanya saja, tahun ini terbentur dengan masa pandemi, akhirnya Festival tahunan dengan nama baru tersebut urung dilakukan. Dan akan digunakan pada tahun 2021 mendatang.