WIKIJAMBI

WIKIJAMBI - Rudiansyah Direktur Eksekutif Walhi Jambi, dari Pencinta Alam hingga Aktivis Lingkungan

Kenangan Rudiansyah kembali pada dua windu silam, saat dirinya mulai masuk ke kelompok pencinta alam. Sekitar 2004, dia masih kuliah, di sebuah kampu

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Nani Rachmaini
Istimewa
Rudiansyah berpose saat menghadiri pertemuan di Bonn, Jerman, beberapa waktu lalu 

Dari Pencinta Alam hingga Aktivis Lingkungan, Begini Rekam Jejak Direktur Eksekutif Walhi Jambi

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Kenangan Rudiansyah kembali pada dua windu silam, saat dirinya mulai masuk ke kelompok pencinta alam.

Sekitar 2004, dia masih kuliah, di sebuah kampus di Jambi.

Dari sanalah, dia mengenal sejumlah aktivis lingkungan.

"Karena di awal tergabung dalam pencinta alam, saya melihat banyak problem lingkungan yang terjadi di Jambi, terutama alih fungsi lahan," selanya, Selasa (13/10/2020).

Rudi muda, yang masih baru di dunia lingkungan saat itu, banyak belajar dari para aktivis senior. Dia melihat apa yang terjadi di lingkungan dengan kacamatanya.

Dari sana dia menyimpulkan, aspek yang paling banyak terdampak adalah ekosistem kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Pencemaran lingkungan, baginya, tidak hanya berdampak bagi dirinya sendiri, melainkan juga terhadap ekosistem lainnya. Itu tidak membuatnya menutup mata.

Sejak tahun itu juga, pria yang lulus dari jurusan Sosiologi ini mulai tertarik bergabung di Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jambi.

"Salah satu rumah atau organisasi yang memperjuangkan sumber kehidupan itu, adalah Walhi," katanya.

Walhi, menurutnya, merupakan organisasi strategis, yang merupakan organisasi akar rumput, yang memperjuangkan rakyat dan makhluk hidup lainnya, termasuk lingkungan.

Selain itu, Walhi juga bisa melakukan mitigasi secara hukum, karena memiliki legalitas yang kuat.

Bukan itu saja, dia bilang, Walhi tidak hanya bisa menentang aktivitas yang bisa berpotensi merusak lingkungan, tapi juga bisa memberi solusi dari sisi kebijakan. Itulah yang membuatnya menjadi strategis.

Di Walhi Jambi, dia memulai karier dari staf lapangan. Dia juga sempat menjadi tim advokasi dan kampanye Walhi Jambi, kemudian dia juga sempat diangkat sebagai Deputi Walhi Jambi, sampai akhirnya kini menjadi Direktur Eksekutif periode 2017-2021.

Pria 36 tahun ini berproses cukup panjang di sana. Mulai dari keterlibatan di lapangan, pengorganisisran, partisipatif, assessment, investigasi kejahatan lingkungan, hingga advokasi terkait persoalan lingkungan hidup.

Hingga kini, ada lebih 40 desa dampingan Walhi Jambi.

Merasakan Kekeluargaan

Rudiansyah mengakui, Walhi bukan sekadar organisasi baginya, melainkan sebuah keluarga.

Hal itu, sedikitnya karena dua kesepahaman bersama, yaitu kepastian hak atas sumber kehidupan yang baik dan sehat, serta bagaimana aspek keberlanjutan lingkungan itu dipertahankan.

Apa lagi, perjuangan yang dilakukan Walhi tidak hanya berperan sendiri, tapi juga diikuti komponen Walhi dan masyarakat sipil. Itulah yang memberi kesan yang amat mendalam baginya.

Saat ini Walhi Jambi memiliki 11 organisasi anggota yang terdiri dari empat organisasi pecinta alam dan tujuh organisasi masyarakat sipil.

"Rasa kekeluargaan yang dibangun di Walhi sangat tinggi, bukan organisasi yang mengandalkan kepemimpinan," ujarnya.

Fokus Walhi Jambi saat Ini

Perubahan ekosistem alam beberapa waktu terakhir cukup tinggi.

Hal itu diakibatkan kebijakan yang salah dan tidak sesuai dengan daya dukung dan daya tampung di lapangan.

Imbasnya, rusaknya ekosistem alam akan berujung pada bencana ekologis.

"Itulah yang menjadi fokus Walhi Jambi saat ini, karena pada situasi sekarang tidak mmungkinkan kita bekerja pada eksploitasi sumber daya alam secara terus menerus," jelasnya.

Untuk mengantisipasi bencana ekologis itu, upaya mitigasi mesti dilakukan.

Di antaranya dengan menerapkan konsep dasar, bagaimana keadilan ekologi itu dibuat pemerintah.

Mitigasi bencana ekologis tersebut dilakukan, baik di bagian hulu mau pun hilir Provinsi Jambi.

Di bagian hulu, kata dia, didominasi alih fungsi lahan dari menjadi kawasan pertambangan dan deforestasi untuk pembukaan lahan.

Sedangkan di kawasan hilir yang didominasi kawasan gambut, alih fungsi lahan didominasi menjadi perkebunan.

Untuk itulah, upaya memitigasi bencana tersebut terus dilakukan dengan berbagai cara.

(Tribunjambi.com/ Mareza Sutan A J)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved