60 Persen Perajin di Provinsi Jambi Terdampak Covid-19, Bagaimana Solusinya?

Di Jambi, kata dia, batik yang sebelumnya menjadi primadona dalam hal penjualan bisnis kerajinan, anjlok saat pandemi.

Tribunjambi/wahyu
UMKM batik di Sarolangun 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Pandemi Covid-19 memberi dampak terhadap sektor informal di Provinsi Jambi.

Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, Ani Rosnifa menjelaskan, kerajinan menjadi yang paling terdampak di antara yang lainnya.

Di Jambi, kata dia, batik yang sebelumnya menjadi primadona dalam hal penjualan bisnis kerajinan, anjlok saat pandemi.

Sensasi Mandi di Air Terjun Telago Jando Kabupaten Bungo

Berlaga di Piala Asia, Timnas U16 Indonesia Pilih Negara Ini Jadi Lawan Laga Uji Coba Internasional

Sebaran Pasien Positif Virus Corona Covid-19 di Indonesia, Ada Penambahan Drastis di Daerah Ini

"Untuk bisnis kerajinan, sekitar 60 persen mengalami penurunan. Itu terasa sekali, terutama untuk perajin batik," ujar dia, belum lama ini.

Hal itu karena, saat Covid-19 mewabah, aktivitas masyarakat yang biasanya membutuhkan kain batik, juga tidak berjalan.

Dia ambil contoh, masyarakat yang biasanya mengadakan acara dengan seragam batik, tidak lagi mengadakan acara, karena dilarang.

Untuk menyiasati hal tersebut, sebagian pengusaha batik berpindah jalur menjadi perajin masker. Masker yang dijual pun, tetap dengan motif batik.

Menurut Ani, kendati penjualannya tidak seperti batik sebelum pandemi, setidaknya itu bisa membuat perajin batik tetap bertahan.

"Masker itu bahkan dipesan sampai ke Sulawesi," imbuhnya.

Dia memperkirakan, ada sekitar 300 perajin batik yang terdampak Covid-19 di Provinsi Jambi.

Selain batik, sekitar 40 persen pelaku UMKM kuliner juga merasakan dampak yang sama.

Dampak yang tidak begitu terasa justru didapat dari sektor industri karet dan pinang. Menurutnya, kendati masa pandemi Covid-19, ekspor karet dan pinang yang menjadi komoditi andalan Provinsi Jambi tetap berlangsung.

Sikap Tak Biasa Wartawan Metro TV yang Ditemukan Tewas, Sang Ibu Sebut Seperti Ada yang Mengganjal

Bathin III Ulu Sarang Destinasi Wisata

Kendati ekspor tidak sebanyak sebelum pandemi, paling tidak industri masih memiliki gudang untuk menampung hasil karet dan pinang tersebut.

"Jadi, walaupun tidak langsung diekspor, bukan berarti tidak terjual. Mereka cuma menunda pembelian. Apa lagi industri itu kan, ada gudang. Mereka tetap bisa menampung," jelasnya.

Ani menuturkan, pascarelaksasi dan new normal di beberapa tempat, perekomian masyarakat, khususnya di Jambi pun sudah kembali bergairah. Dia berharap pandemi ini segera berakhir agar aktivitas masyarakat kembali normal.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved