Editorial
Perekonomian Kita di Tengah Pandemi Corona, Optimistis di Kuartal Tiga
LEBIH 4 bulan Covid-19 ‘menghajar’ Indonesia. Sama dengan negara-negara lain berbagai konsekuensi mau tak mau harus dihadapi.
LEBIH 4 bulan Covid-19 ‘menghajar’ Indonesia.
Sama dengan negara-negara lain berbagai konsekuensi mau tak mau harus dihadapi. Mereka yang bisa sabar dan perhitungan, setidaknya bisa melewati waktu dengan risiko lebih kecil.
Yang tidak siap dan kurang perhitungan akan terdampak lebih dalam.
Hingga hari ke-10 di bulan ke-7 ini masih ada pekerja yang belum kembali ke aktivitas pekerjaannya.
Syukur jika penghasilan dengan potongan masih mengalir.
Mirisnya mereka yang langsung ‘cut’ dari pekerjaan sekaligus upahnya.
Karena tempat usahanya benar-benar tak lagi menghasilkan.
Bagi yang modalnya berasal dari pinjaman, bahkan makin terpuruk dengan bunga yang terus berjalan.
Ujian bagi semua, baik pemilik usaha hingga pekerja. Awal Juni pemerintah mengeluarkan kebijakan penerapan tatanan kenormalan baru.
Beberapa jenis usaha kembali bergerak, tenaga kerja kembali ke tempat kerja meski belum 100 persen.
Produksi dan aktivitas yang dibatasi, tentu saja masih dibarengi risiko. Modal yang tak kembali misalnya, lebih tinggi biaya produksi ketimbang pemasukan, namun aktivitas harus dimulai.
Energi tak sebaiknya disimpan, optimisme harus ditumbuhkan terus.
Seorang pengusaha PO bus menuturkan. memulai operasi bus dengan hanya 8 penumpang dari sekitar 50 kursi yang tersedia. Bayangkan kerugian yang harus dipikulnya.
Namun imej harus tetap dibangun, masyarakat harus tahu bahwa mereka telah beroperasi, sehingga rencana-rencana baru bisa mulai disusun.
Antara penyedia produk/jasa harus membangun keyakinan kepada konsumennya bahwa kebutuhan mereka telah tersedia.