Kondisi Industri Perbankan Stabil, OJK: Masyarakat Tak Perlu Khawatir
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati beberapa hari ini beredar viral berita lama yang mengaitkan kondisi beberapa bank.
Penulis: Fitri Amalia | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - , TRIBUN - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati beberapa hari ini beredar viral berita lama yang mengaitkan kondisi beberapa bank.
Sementara Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Agung Firman Sampurna meminta nasabah tidak perlu khawatir, takut, atau ragu terhadap bank-bank tersebut, karena pengawasannya dilakukan langsung oleh OJK.
Viralnya berita lama tersebut juga dimanfaatkan oknum yang tidak beretika sebagai marketing gimmick untuk menarik nasabah bank.
Dalam keterangan tertulis Deputi Komisioner Humas dan Logistik, Anto Prabowo, menyampaikan bahwa industri perbankan saat ini dalam kondisi stabil dan terjaga.
Tercermin dari rasio keuangan hingga April yang berada dalam batas aman treshold seperti permodalan (CAR) 22,13 persen. Kredit bermasalah (NPL) gross 2,89 persen (NPL Net 1,09 persen) dan kecukupan likuiditas yaitu rasio alat likuid/non-core deposit, dan alat likuid/DPK April 2020 terpantau pada level 117,8 persen dan 25,14 persen, jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.
"OJK mengharapkan masyarakat tetap tenang dan melakukan transaksi perbankan secara wajar, dan jika membutuhkan informasi mengenai sektor jasa keuangan bisa menghubungi Kontak OJK 157, atau melalui WA di nomor 081 157 157 157," imbuhnya.
Selain itu, OJK dan BPK juga senantiasa berkoordinasi agar fungsi pengawasan bank berjalan efektif untuk melindungi kepentingan nasabah.
OJK menyambut baik ketegasan BPK yang telah melakukan klarifikasi ke media bahwa BPK tidak pernah membuat statement yang banyak diberitakan.
OJK juga sudah menyelesaikan dan melakukan tindaklanjut atas rekomendasi yang diberikan BPK.
Sebelumnya, Kepala OJK Provinsi Jambi Endang Nuryadin juga telah menyampaikan pasar keuangan Indonesia mulai menguat secara moderat.
Beberapa indeks saham global mulai menunjukkan perbaikan kinerja, termasuk di Indonesia.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai menguat dengan volatilitas yang relatif stabil di angka 4.941 dan outflow investor non residen terus menurun.
"Pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan pada bulan April tumbuh, pertumbuhan kredit 5,73 persen (yoy) sementara secara month to month penurunan terbesar dipicu oleh kredit modal kerja, dan DPK tumbuh melambat 8,08 persen (yoy) dengan penurunan signifikan pada giro," ujar Endang.
Kredit terpantau menurun semua kepemilikan, dengan pelambatan terutama terjadi di bank asing (KCBA). Selain itu, kredit di seluruh BUKU terpantau menurun, dengan pelambatan terutama terjadi di BUKU 3, yakni bank dengan modal inti antara Rp5-30triliun.
"Rasio solvabilitas lembaga jasa keuangan masih cukup solid, dan perkembangan likuiditas perbankan masih aman jadi uang yang ada di bank masih cukup, dilihat dari indikatornya pertumbuhan DPK 9,78 persen (yoy) dan kredit mingguan 4,16 persen (yoy) per 27 Mei 2020, likuiditas indikatornya itu masih cukup tinggi di atas batas minimum dari yang ditetapkan OJK, jadi masyarakat tidak usah khawatir, aman," ujarnya.
Selain itu, transaksi pasar uang antar bank (PUAB) terpantau relatif stabil di angka 4,31 persen. Transaksi PUAB meningkat dengan volume rata-rata harian sebesar Rp10,92 triliun.