Konsumsi Vitamin D Berlebihan, Disebut Berkaitan dengan Angka Kematian Covid-19, Kenapa Bisa?

Para peneliti menggunakan data statistik dari rumah sakit yang tersebar di beberapa negara. Antara lain China, Perancis, Jerman, Italia, Iran, Korea

Editor: Suci Rahayu PK
Shutterstock
Ilustrasi: perawatan pasien positif terinfeksi virus corona 

TRIBUNJAMBI.COM - Sebagai penyakit baru yang menjadi pandemi global, Covid-19 terus menjadi obyek penelitian banyak ilmuwan dan praktisi kesehatan.

Salah satu penelitian dilakukan oleh sekelompok ilmuwan di Northwestern University.

Para peneliti menggunakan data statistik dari rumah sakit yang tersebar di beberapa negara.

Antara lain China, Perancis, Jerman, Italia, Iran, Korea Selatan, Spanyol, Swiss, Inggris Raya, dan Amerika Serikat.

Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa para pasien yang berasal dari negara-negara dengan tingkat kematian tinggi akibat Covid-19 memiliki tingkat vitamin D yang rendah.

Vitamin D
Vitamin D (Shutterstock)

Antara lain dari negara italia, Spanyol, dan Inggris Raya.

“Kami menemukan bahwa kekurangan vitamin D berkaitan dengan tingkat kematian. Namun, bukan berarti kami menyarankan asupan suplemen vitamin D,” tutur pemimpin penelitian Vadim Backman seperti dikutip dari Science Daily, Senin (18/5/2020).

Backman menyebutkan penelitian ini membutuhkan studi lebih lanjut.

Katalog Promo Indomaret, Alfamart & Superindo hingga 30 Mei 2020 - Minyak Diapers Susu Personal Care

Senin (18/5) Rupiah Menguat Tipis di Level Rp 14.855 per Dolar, Emas Antam Rp 934.000 per Gram

Ia dan timnya terpanggil untuk melihat tingkat vitamin D saat melihat perbedaan angka kematian akibat Covid-19 antara satu negara dengan negara lain.

Beberapa penelitian lain melakukan hipotesis terhadap kualitas fasilitas kesehatan, usia populasi, jumlah uji atau tes Covid-19.

Namun Backman merasa ada aspek yang terlewat.

“Tidak ada satupun dari faktor tersebut yang memiliki peran signifikan. Sistem kesehatan di Italia bagian utara adalah salah satu yang terbaik di dunia. Kemudian, meski usia populasi yang sama, tingkat kematian tiap negara juga berbeda,” papar Backman.

Vitamin D dan Badai Sitokin

Backman dan timnya menemukan korelasi kuat antara tingkat vitamin D dan badai sitokin.

Ini merupakan kondisi hiperinflamasi yang disebabkan oleh sistem imun yang terlalu aktif.

“Badai sitokin dapat menimbulkan kerusakan pada paru, yang mengarah pada masalah pernapasan akut bahkan kematian pada pasien,” tuturnya.

Vitamin D diketahui meningkatkan kesehatan imun kita, sekaligus mencegah sistem imun terlalu aktif.

Siapa Sebenarnya M Nuh, Pengusaha Jambi yang Beli Motor Listrik Jokowi Rp 2,550 Miliar

Waspadai Kelelahan Setelah Video Call, Bisa Akibatkan Fenomena Kelelahan Mental Zoom Fatigue

Backman mengatakan orang yang memiliki tingkat vitamin D yang tepat bisa terhindar dari beberapa komplikasi, termasuk kematian, akibat Covid-19.

“Analisis kami menyebutkan bahwa ini (tingkat vitamin D yang tepat) bisa memotong jumlah angka kematian hingga setengahnya. Ini tidak akan mencegah pasien untuk tidak terinfeksi virus, namun mengurangi komplikasi dan kematian,” paparnya.

Backman juga mengatakan korelasi ini mungkin bisa menjelaskan banyak misteri tentang Covid-19, termasuk mengapa anak-anak jarang terinfeksi secara parah.

Disebutkan bahwa sistem imun pada anak belum terbentuk secara total, sehingga minim kemungkinan untuk bereaksi terlalu aktif.

Meski yakin akan penelitiannya, Backman mengimbau masyarakat untuk tidak mengonsumsi suplemen vitamin D secara berlebihan.

“Belum dipastikan dosis vitamin D yang pas untuk Covid-19,” tuturnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Vitamin D Disebut Berkaitan dengan Angka Kematian Covid-19, Kok Bisa?", 
Penulis : Sri Anindiati Nursastri
Editor : Sri Anindiati Nursastri

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved