Ilmuwan NASA Peringatkan Dampak Matahari Lockdown, Mulai Petir hingga Gunung Meletus

Matahari kita, yang merupakan pusat tata surya saat ini telah berada dalam periode 'solar minimum' atau 'minimum Matahari'.

Editor: Suci Rahayu PK
Kolase Tribun Jabar / shutterstock / Nasa
Misteri Matahari 

TRIBUNJAMBI.COM - Lockdown menjadi salah satu kebijakan yang dipilih beberapa negara untuk menghentikan penyebaran virus corona ( Covid-19).

Lockdown atau penguncian berarti menghentikan segala aktivitas luar seperti penerbangan, transportasi umum, hingga membuat orang hanya berada di rumah.

Ada beberapa negara yang berhasil menerapkannya.

Namun ada juga yang mengalami masalah akibat lockdown.

Ilustrasi
Ilustrasi (pixabay.com)

Nah, bicara soal lockdown, menurut para ahli saat ini Matahari kita juga mengalami 'lockdown'.

Wah, apa maksudnya?

Dilansir dari nypost.com pada Sabtu (16/5/2020), Matahari kita, yang merupakan pusat tata surya saat ini telah berada dalam periode 'solar minimum' atau 'minimum Matahari'.

Artinya aktivitas di permukaannya telah turun secara drastis.

Tak Kalah dari Hermes, 5 Alat Dapur Syahrini Ini Bikin Jiwa Misquen Meronta Wajan Seharga Rp 55 Juta

Lewat Akun Instagramnya, Pebulu Tangkis Tantowi Ahmad Resmi Gantung Raket dan Nyatakan Mundur

Dengan kondisi ini, maka para ahli percaya bahwa kita akan memasuki periode terdalam dari 'resesi' sinar Matahari, yang pernah tercatat sebagai bintik Matahari telah menghilang.

"Solar Minimum sedang berlangsung dan ini sangat dalam," kata astronom Dr. Tony Phillips.

"Dalam hitungan, kondisi Matahari saat ini adalah salah satu yang terdalam pada abad ini."

"Di mana medan magnet Matahari menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya."

Misteri Matahari
Misteri Matahari (Kolase Tribun Jabar / shutterstock / Nasa)

Apakah kita harus waspada?

Jawabannya ya. Sangat.

Sebab, ada beberapa dampak besar yang bisa terjadi.

"Hal ini dapat menimbulkan bahaya kesehatan bagi para astronot dan mereka yang berada di kutub."

"Lalu juga memengaruhi elektro-kimia atmosfer di atas Bumi dan dapat membantu memicu petir."

Keluarga Atta Halilintar Pontang-panting Selamatkan Diri saat Rumah Mewahnya di Malaysia Kebanjiran

Punya 5 Motor Sport Klasik 2-Tak Ini? Bak Punya Harta Karun Karena Jadi Incaran Kolektor

Belum selesai.

Ilmuwan NASA itu khawatir bahwa kondisi ini bisa mengulang kejadian antara tahun 1790 dan 1830 yang disebut Dalton Minimum.

Di mana kondisi tersebut mengarah pada periode musim dingin yang brutal, kehilangan panen yang mengakibatkan kelaparan, dan letusan gunung berapi yang kuat.

Saat itu, kondisi suhu merosot hingga 2 derajat Celcius (3,6 derajat Fahrenheit) selama 20 tahun dan menghancurkan produksi pangan dunia.

Pada 10 April 1815, letusan gunung berapi terbesar kedua dalam 2.000 tahun terjadi di mana Gunung Tambora di Indonesia meletus dan menewaskan sedikitnya 71.000 orang.

Ini juga menyebabkan 'Tahun Tanpa Musim Panas' pada tahun 1816 dan ada salju di bulan Juli.(*)

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Matahari Lockdown, Ilmuwan NASA Peringatkan Dampaknya, Muncul Petir dan Gunung Meletus, 

Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved