Sedang Mencari Ikan,Seorang Pria di Agam Tewas Dimangsa Buaya
Pulau Sumatera masih menyimpan habitat buaya yang cukup banyak terutama di kawasan perairan.
Korban berinisial K (75), seorang warga asal nagari atau Desa Bawan, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam.
Dia ditemukan tewas dengan luka-luka di sekujur tubuhnya.
"Betul ada warga yang meninggal karena dimangsa buaya. Dia mencari ikan sore hari kemarin dan ditemukan meninggal pada pukul 21.00 WIB," kata Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Agam, Ade Putra yang dihubungi Kompas.com, Rabu (15/4/2020).
Ade menyebutkan kawasan tersebut merupakan habitat buaya yang sudah dilarang untuk umum oleh BKSDA Agam.
Pada tahun lalu, di lokasi yang sama juga ada buaya yang memangsa warga yang nekat mencari ikan.
"Tahun lalu kejadian yang sama juga terjadi. Namun, warga mengaku mereka sudah biasa mencari ikan kendati sudah dipasang plang larangan," jelas Ade.
Ade mengatakan pihaknya meminta agar warga mematuhi larangan yang telah dibuat BKSDA Agam agar tidak terjadi lagi korban.
"Kita berharap tidak ada lagi warga yang nekat mencari ikan di kawasan tersebut. Jangan sampai ada korban berikutnya," harap Ade.
Telur Buaya Menetas
Buaya muara (Crocodylus porosus) menetaskan 15 telurnya setelah kurang lebih 90 hari dierami di lokasi kebun sawit milik warga di Ujuang Labuang Nagari atau Desa Tiku, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa (14/4/2020).
Telur buaya tersebut diketahui menetas setelah tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Agam melalukan pemantauan.
"Berdasarkan hasil pemantauan diketahui jumlah anak buaya adalah 15 ekor yang berada disekitar lokasi sarang eram buaya tersebut dan dijaga oleh induknya," kata Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Agam, Ade Putra yang dihubungi Kompas.com, Rabu (15/4/2020).
Menurut Ade, induknya nampak agresif melindungi anak-anaknya terhadap gangguan dan ancaman dari sekitarnya.
Petugas BKSDA yang sedang melakukan pemantauan anak-anaknya beberapa kali mendapatkan respon agresif dari induknya.
Saat ini, kata Ade, induk buaya secara alamiah telah membuat jalan menyerupai lorong yang mengarah ke rawa yang tempat habitatnya semula.
Buaya Muara (Crocodylus porosus) adalah satwa liar kelompok reptil yang dilindungi oleh peraturan perundangan. Berdasarkan kebiasaan biologinya, jumlah telur buaya dapat mencapai 50 butir dengan masa eram 90-110 hari.
Untuk memastikan bayi satwa dilindungi tersebut kembali ke rawa habitatnya semula, yang berjarak 100 meter dari lokasi sarang, maka BKSDA akan melakukan pemantauan secara ketat dan intensif untuk beberapa hari ke depan.
"Kita sedang melakukan pemantau secara intensif dalam beberapa hari ke depan," jelas Ade.
Sebelumnya pada awal bulan Januari 2020 lalu, masyarakat setempat dihebohkan dengan adanya temuan sarang telur buaya yang dijaga oleh induknya. Ini merupakan kejadian ketiga kalinya sejak tahun 2018 dan 2019 lalu dengan lokasi yang tidak berjauhan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Buaya Muara Tetaskan 15 Telur di Kebun Sawit Milik Warga di Agam", https://regional.kompas.com/read/2020/04/15/11054921/buaya-muara-tetaskan-15-telur-di-kebun-sawit-milik-warga-di-agam