Virus Corona

Imbas Pasien Membludak, Kamar Pasien Penuh, Rumah Sakit di India Usir Pasien Non Virus Corona

Dampak membludaknya jumlah pasien Covid-19 terjadi di India, hingga petugas medis kewalahan.

Editor: Heri Prihartono
(PRAKASH SINGH/AFP)
Kondisi ruang perawatan di tenda darurat yang dibuat dari tenda kanvas di luar All India Institute of Medical Sciences (AIIMS). Shelter ini didirikan oleh pemerintah Delhi. Rumah sakit India kekurangan tempat untuk merawat pasien Covid-19, sehingga pasien penyakit lain terpaksa diungsikan ke tenda darurat. 

TRIBUNJAMBI.COM - Dampak membludaknya jumlah pasien Covid-19 terjadi di Rumah Sakit India, hingga petugas medis kewalahan.

Sebuah Rumah Sakit di India bahkan melakukan pembatasan terhadap pasien non Covid-19.

Sebuah Rumah Sakit di India mengalami kekurangan tempat tidur rumah sakit, dan akhirnya rumah sakit terpaksa "mengusir" pasien non- corona agar bisa merawat pasien Covid-19.

Seorang Pencuri Kotak Amal di Jakarta Selatan Ngaku ODP Covid-19 Saat Kepergok Warga

Keluarga pasien bernama Shahjahan contohnya. Ibu 40 tahun yang mengidap sakit liver itu diharuskan keluar, karena tempat tidurnya akan digunakan untuk pasien virus corona.

Shahjahan telah menggunakan ventilator karena mengidap infeksi akut selama hampir dua minggu. Tapi sejak Selasa malam (7/4/2020) ia keluar dari rumah sakit umum Lok Nayak di New Delhi.

Dilansir AFP, keesokan paginya ia meninggal di rumah keluarganya di Delhi. Rumah sakit lain juga menolaknya karena situasi pandemi Covid-19.

Fasilitas medis di seluruh dunia telah kelebihan kapasitas karena lonjakan kasus virus corona di banyak negara. Hal ini mengakibatkan pasien-pasien dengan penyakit lainnya kehilangan perawatan vital, terutama di India yang sistem perawatannya kurang baik.

Kondisi ruang perawatan di tenda darurat yang dibuat dari tenda kanvas di luar All India Institute of Medical Sciences (AIIMS). Shelter ini didirikan oleh pemerintah Delhi. Rumah sakit India kekurangan tempat untuk merawat pasien Covid-19, sehingga pasien penyakit lain terpaksa diungsikan ke tenda darurat.
Kondisi ruang perawatan di tenda darurat yang dibuat dari tenda kanvas di luar All India Institute of Medical Sciences (AIIMS). Shelter ini didirikan oleh pemerintah Delhi. Rumah sakit India kekurangan tempat untuk merawat pasien Covid-19, sehingga pasien penyakit lain terpaksa diungsikan ke tenda darurat. (PRAKASH SINGH/AFP)

Lusinan pasien dengan kondisi serius kini ditempatkan di tenda-tenda darurat yang didirikan pemerintah Delhi, di luar lembaga medis nasional India.

Banyak di antara mereka yang melakukan perjalanan antarkota tapi jadwal pertemuan dengan dokternya tiba-tiba batal. Mereka kini tidak bisa kembali, karena diberlakukan pembatasan transportasi sesuai aturan lockdown nasional sejak 25 Maret.

Departemen rawat jalan di All India Institute of Medical Sciences (AIIMS) ditutup, membuat pasien kanker dan penyakit kronis lainnya terpaksa berlindung dengan tenda kanvas di jalur pejalan kaki kereta bawah tanah yang kotor.

Meski kelompok-kelompok bantuan telah menyediakan beberapa makanan dan obat-obatan, seorang pasien bernama Saryu Das mengaku sudah 12 jam dia tidak makan saat jurnalis AFP bertemu dengannya.

Putranya yang menderita kanker mulut, berbaring di kardus tipis dengan wajahnya ditutupi syal. Lalat beterbangan di sekitarnya, dan 4 hari kemudian ia meninggal.

Jurnalis AFP yang berada di lokasi juga melaporkan, sampah berserakan di lantai bawah tanah yang sekarang menjadi tempat tinggal bagi lebih dari 10 keluarga yang tidak dapat kembali ke kota asalnya.

Jarak mereka begitu dekat, sehingga tidak mungkin menerapkan physical distancing di sana. AIIMS tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar tentang kematian pasien di luar, tapi telah memperingatkan rumah sakit di India untuk semakin waspada usai jumlah korban meninggal Covid-19 mencapai 280.

Ketika Perdana Menteri Narendra Modi mengumumkan lockdown, ia hanya memberi waktu 4 jam bagi rakyat India untuk mempersiapkan diri.

Perluas fasilitas
Amulya Nidhi seorang aktivis kesehatan yang berbasis di Negara Bagian Madhya Pradesh mengatakan, pemerintah tahu bahwa pasien yang rentan seperti penderita silikosis dan tuberkulosis memiliki risiko (kematian) tinggi.

Kedua penyakit tersebut telah merenggut puluhan ribu nyawa setiap tahunnya termasuk wanita hamil di Negeri "Bollywood".

"Sangat penting memperluas fasilitas kesehatan untuk menangani Covid-19. Pada saat yang sama, rumah sakit dan ambilans harus tersedia untuk pasien dengan masalah lain," terang Nidhi.

Pada Februari, Maitri Lakra (39) berada di tahap awal kanker lidah, dan kian parah setelah positif HIV. Para dokter di AIIMS merujuknya ke kampus mereka di negara bagian Haryana untuk tes pra-operasi, yang dijadwalkan mulai pertengahan Maret.

Tapi 10 hari kemudian ia diberitahu semua jadwal radiologi ditunda. Ketika kondisinya memburuk dengan pendarahan di lidah dan sakit yang tak tertahankan, ia mengajukan petisi ke Pengadilan Tinggi Delhi dan akhirnya dirawat di AIIMS.

"Kankernya sekarang pada stadium 3. Seandainya dia menerima perawatan tepat waktu, ini tidak akan terjadi," kata putranya yang bernama Debanish Dag pada jurnalis AFP.

Kemudian pakar kesehatan masyarakat Anant Bhan mengatakan, fokus India pada Covid-19 dapat menimbulkan penyakit lain seperti penyebaran tuberkulosis.

"Anggota keluarga yang di-lockdown dengan pasien TB dalam risiko. Setelah lockdown dicabut dan orang-orang memulai interaksi sosial, itu dapat menyebarkan infeksi dengan cara yang sama seperti pasien Covid-19," tutur Bhan.

"Kematian karena Covid-19 dan yang tidak terkait adalah sesuatu yang harus kita khawatirkan. Kita perku memastikan mereka yang membutuhkan layanan esensial mendapatkan perawatan," tegasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kekurangan Tempat, RS India "Usir" Pasien Non-Corona demi Rawat Pasien Corona" 

 


Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved