Renungan Kristen

Khotbah Kamis Putih (9/4) GKSBS Palmerah Jambi - Terbakar Api Amarah

Hari Kamis Putih ini juga disebut Kamis Suci (bahasa Inggris: Holy Thursday) Nah selama pandemi virus corona ini, semua kegiatan keagamaan dilakukan

Penulis: Suci Rahayu PK | Editor: Suci Rahayu PK
ist
GKSBS Palmerah Jambi 

KAMIS, 9 April 2020 merupakan salah satu hari terpenting dalam kalender gereja.

Ini adalah hari pertama dari hari raya Paskah, yang dimulai pada pukul 6 sore, dan berlangsung 7 hari.

Hari Kamis Putih ini juga disebut Kamis Suci (bahasa Inggris: Holy Thursday)

Nah selama pandemi virus corona ini, semua kegiatan keagamaan dilakukan secara online maupun offline tanpa kehadiran jemaat di gereja.

Tribunjambi.com akan menyajikan khotbah Kamis Putih dari GKSBS Palmerah Jambi yang diambil dari Sinode GKSBS.

GKSBS Palmerah Jambi
GKSBS Palmerah Jambi (ist)

---

TERBAKAR API AMARAH

Bapa, Ibu, saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,Semua orang pernah marah bukan ?

Marah merupakan reaksi fisik dan emosional yang muncul manakala seseorang menghadapi situasi atau peristiwa tertentu yang dianggap menjengkelkan, membikin malu atau melukai perasaan.

Kemarahan dapat terjadi saat seseorang merasa dilukai, dianiaya, dikritik atau tidak tercapai keinginannya.

Contohnya adalah kemarahan Yunus dalam Firman Tuhan hari ini yang kita baca.

Apa Sebenarnya yang Terjadi saat Kamis Putih? Besok Umat Katolik Mengikuti Misa Tri Hari Suci

Yunus marah karena keinginannya tidak tercapai, yaitu supaya penduduk Niniwe jangan bertobat lalu
dihukum oleh Tuhan.

Sebenarnya normal apabila seseorang sesekali marah, sebab memendam kemarahan adalah perilaku yang tidak sehat.

Namun kemarahan yang ditunjukkan oleh Yunus adalah kemarahan yang tidak sehat, sebab kemarahannya terjadi terus-menerus dan didasari oleh kebencian, arogansi dan pemaksaan kehendak kepada Tuhan.

Kemarahan semacam ini bersifat destruktif yang merusak diri sendiri dan merugikan orang lain.

Kemarahan sejenis yang Yunus rasakan bisa juga kita alami dan dapat menjadi sumber masalah baik di rumah, gereja maupun masyarakat karena dapat
mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Bapa, Ibu, saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,Bercermin pada Firman Tuhan saat ini, melalui perilaku yang ditunjukkan oleh Yunus dalam Yunus 4 : 1-11, kita melihat bahwa kemarahan Yunus dilatarbelakangi oleh kebencian yang ada dalam dirinya.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa Niniwe adalah ibukota Asyur, musuh bebuyutan Israel pada waktu itu. Oleh karena itu maka layaklah penduduk Niniwe mendapatkan hukuman dari Tuhan bukan sebaliknya dianugrahi pengampunan dari Tuhan.

Keselamatan dan pengampunan hanyalah diperuntukkan bagi Israel, tidak demikian bagi lawan-lawan Israel.

Oleh karena itulah maka Yunus berharap Tuhan tetap menghukum penduduk Niniwe.

Yunus seakan-akan lupa bahwa Tuhan Allah bukanlah manusia.

Apabila seseorang (manusia) marah yang tampak adalah ketidaksukaan dan segala sesuatu yang tidak baik yang menimbulkan rasa benci, sebaliknya tidaklah demikian dengan Tuhan.

Meskipun manusia melakukan kesalahan dan menimbulkan kepedihan di mata Tuhan, kasih Tuhan tetap tidak berubah.

Selalu ada kesempatan yang diberikan kepada manusia manakala ia menyesali dan bertobat.

Di sisi lain kita melihat bahwa kemarahan Yunus yang terus-menerus kepada Tuhan yang tidak menghukum penduduk Niniwe menunjukkan bahwa manusia seringkali lupa akan keberadaan dirinya.

Dengan berbagai macam dalih atau alasan kita memaksakan Tuhan untuk bertindak sesuai dengan keinginan kita bukan sebaliknya.

Bagaimana ini bisa terjadi:

Pertama : kurangnya kesadaran diri, siapa kita sesungguhnya,

Kedua: kemarahan yang tidak dikelola dengan baik,

Ketiga : kontrol diri yang rendah

Bapa, Ibu, saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Belajar dari Kisah Yunus saat ini, mari kita melihat diri kita masing-masing.

Siapa sesungguhnya kita, bahwa tak lain hanyalah alat di tangan Tuhan.

Ibarat sebuah pensil di tangan Tuhan, kita menuliskan apa yang yang menjadi kehendak dari Sang Empunya pensil tersebut.

Karena itu apabila terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan diri tidak semestinya kita marah apalagi melampiaskan amarah kita dengan cara-cara yang destruktif (merusak) kenyamanan hidup bersama.

Saat ini kita sedang menghayati masa-masa penderitaan Tuhan Yesus, marilah kita juga diteguhkan untuk melihat betapa Kasih Tuhan sungguh luar biasa dalam kehidupan manusia.

Kasih yang tanpa pamrih, yang tidak memperhitungkan seberapa baik-buruk manusia di hadapanNya, namun Kasih yang tulus dan tak bersyarat.

Kiranya ini menyemangati kita untuk juga melakukan hal yang sama terhadap sesama. Amin. (Sinode GKSBS/Pdt.Matelda)

Pendeta di GKSBS Palmerah Jambi saat Ini Maranatha Simanjuntak

Pdt Maranatha Simanjuntak
Pdt Maranatha Simanjuntak (ist)
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved