Siapakah Jahja Setiaatmadja, Dirut Bank BCA yang Lakukan Aksi Jual dan Beli Untung Saham BCA?
Surat tertanggal 27 Maret 2020 itu menyebutkan, Jahja Setiaatmadja pada 24 Maret 2020 telah membeli saham BBCA sebanyak 20.000 saham.
Penulis: Suci Rahayu PK | Editor: Suci Rahayu PK
TRIBUNJAMBI.COM - Setelah menggelar dua kali transaksi penjualan saham BBCA beberapa waktu lalu, Presiden Direktur Bank Central Asia alias Bank BCA Jahja Setiaatmadja ganti menggelar aksi beli.
Yang menarik, aksi Jahja Setiaatmadja membeli saham BBCA ini juga dilakukan oleh dua direksi Bank BCA lainnya.
Dalam suratnya kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sekretaris Perusahaan Bank BCA Raymon Yonarto melaporkan transaksi pembelian saham yang dilakukan oleh Jahja Setiaatmadja.
Surat tertanggal 27 Maret 2020 itu menyebutkan, Jahja Setiaatmadja pada 24 Maret 2020 telah membeli saham BBCA sebanyak 20.000 saham.

Usai transaksi, kepemilikan Jahja Setiaatmadja atas saham BBCA bertambah menjadi 7.927.628 saham.
Orang nomor satu di Bank BCA ini menggelar transaksi pembelian saham BBCA di harga Rp 23.000 per saham.
Itu artinya, nilai transaksi pembelian saham BBCA itu sebesar Rp 460 juta.
Harga pembelian saham itu jauh di bawah harga penjualan saham BBCA yang dilakukan Jahja beberapa waktu lalu.
• Sule Akhirnya Buka Suara soal Perceraiannya; Ada Hal Kurang Bagus untuk Diceritakan
• Download Drakor Crash Landing on You Season 1, Siapkan Tisu Kalau Mau Maraton Nontonnya!
Sekadar mengingatkan, pada 9 Maret lalu, bos BCA ini menggelar dua transaksi penjualan saham.
Pada transaksi pertama, Jahja menjual 12.500 saham BBCA di harga Rp 29.825 per saham.
Sementara di transaksi kedua, Jahja Setiaatmadja menjual 20.000 saham BBCA di harga Rp 29.800 per saham.
Jahja Setiaatmadja tampaknya memanfaatkan penurunan harga saham BBCA untuk menambah kepemilikan saham.
Seperti diketahui, harga saham BBCA terus merosot.
Pada 23 Maret lalu, harga saham BBCA bahkan ditutup di posisi Rp 22.150 per saham.
Ini merupakan harga terendah saham BBCA sepanjang tahun ini.
Dua direksi Bank BCA juga beli saham BBCA
Penurunan harga saham BBCA ini juga dimanfaatkan oleh dua direksi Bank BCA lainnya untuk menambah kepemilikan saham BBCA.
Dalam suratnya kepada OJK tertanggal 30 Maret 2020, Direktur Bank BCA Santoso melaporkan transaksi pembelian saham yang ia lakukan pada 16 Maret 2020.
Dalam surat tersebut, Santoso melaporkan telah membeli saham BBCA sebanyak 10.000 saham.
Transaksi pembelian saham BBCA itu digelar di harga rata-rata Rp 25.951,8 per saham.
Itu artinya, nilai pembelian saham BBCA oleh Santoso sebesar Rp 259,5 juta.

Usai transaksi, kepemilikan Santoso atas saham BBCA bertambah menjadi 247.324 saham.
Direktur Bank BCA Lianawaty Suwono juga telah melaporkan transaksi pembelian saham BBCA melalui suratnya kepada OJK tertanggal 27 Maret 2020.
Dalam surat tersebut, Lianawaty melaporkan, telah membeli saham BBCA pada 26 Maret 2020 sebanyak 20.000 saham.
Lianawaty menggelar transaksi pembelian saham BCA di harga Rp 26.450 per saham. Artinya, nilai pembelian saham BBCA oleh Lianawaty sebesar Rp 529 juta.
Usai transaksi, kepemilikan Lianawaty atas saham BBCA bertambah menjadi 203.694 saham.
Setelah sempat turun hingga ke posisi terendah sepanjang tahun ini, harga saham BBCA belakangan rebound.
Kemarin, Senin (30/3), harga saham BBCA ditutup di posisi Rp 27.475 per saham. Dalam sepekan terakhir, harga saham BBCA naik sebesar 16,05%.
• Waktu Berjemur untuk Tangkal Covid-19 Bukan di Bawah Jam 10.00 Pagi, Waspada Kulit Terbakar!
• Daftar Harga Samsung Terbaru - Mulai Galaxy J6 Rp 1 Jutaan hingga Galaxy A80 Rp 8 Jutaan
Siapa sosok Jahja Setiaatmadja?
Nama Jahja Setiaatmadja memang tidak sepopuler perusahaan yang dia pimpin.
Jahja adalah salah satu sosok dari kesuksesaan PT Bank Central Asia Tbk, atau yang biasa kita kenal Bank BCA.
Dari berbagai sumber Tribunjambi.com merangkum perjalanan karir Jahja.
Jahja Setiaatmadja bukanlah nama pertamanya. Dia memiliki nama Tio Sie Kian.
Saat berusia 11 tahun, Jahja mengubahnya lantaran nama saat ini memiliki arti sebagai putra yang setia.
Jahja lahir di Jakarta, 14 September 1955, dari pasangan Tio Keng Soen dan Tan Giok Kiem.
Dia juga merupakan anak tunggal alias anak satu-satunya.
Keluarganya bukanlah yang termasuk golongan mampu pada saat itu.
Hal itu membuat dirinya mengurungkan niat untuk melanjutkan pendidikan di jurusan kedokteran.

Karena keterbatasan dana, Jahja akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di perguran tinggi dengan mengambil jurusan ekonomi.
Salah satu alasannya adalah karena biaya yang terjangkau.
Jahja sejatinya ingin untuk kuliah di Universitas Trisakti atau Tarumanegara.
Namun dengan berbagai pertimbangan, Jahja akhirnya kuliah di Universitas Indonesia (UI).
Dia kemudian mendapat gelar sarjana dalam bidang Akuntansi dari Universitas Indonesia pada 1982.
Sebelum berkarier di dunia perbankan, Jahja dulu pernah mencicipi industri farmasi.
Dia bekerja di PT Kalbe Farma sebagai akuntan pada 1980.
• Daftar Harga Samsung Terbaru - Mulai Galaxy J6 Rp 1 Jutaan hingga Galaxy A80 Rp 8 Jutaan
• Reaksi Soraya Rasyid dan Angela Tee, Tahu Video Syur Miripnya Beredar di Medsos: Urusanya Sama Tuhan
Sebelum menjadi Presiden Direktur Bank BCA, Jahja menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur BCA (2005-2011) dengan tanggung jawab terakhir atas bisnis Perbankan Cabang, Divisi Tresuri, Divisi Perbankan Internasional, dan kantor-kantor perwakilan di luar negeri.
Tapi jauh sebelum itu, Jahja memulai karier pada 1979 sebagai akuntan di perusahaan akuntan PriceWaterhouse.
Dia memegang berbagai jabatan manajerial pada salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia, Kalbe Farma pada 1980-1989, dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Keuangan.
Sebelum bergabung dengan BCA, ia menjabat sebagai Direktur Keuangan pada perusahaan otomotif Indonesia terkemuka, Indomobil pada 1989-1990.
Sejak itu ia bergabung di BCA dan memangku berbagai jabatan manajerial di BCA sejak 1990.
Dia juga pernah menjabat sebagai Direktur BCA pada 1999-2005.
Sebagian artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Bos Bank BCA dan Dua Direksinya Beli Saham BBCA di Saat Harganya Turun dan Sumber Lain