Virus Corona

Belajar dari Italia, Virus Corona Mengganas Saat Semua Pihak Lengah

Ibukota Italia, Roma, berjarak 8.662 kilometer dari kota yang dianggap sebagai sarang virus corona, Wuhan.

Penulis: Suang Sitanggang | Editor: Suang Sitanggang
Tribunjambi/Zulkifli
Foto Ilustrasi 

TRIBUNJAMBI.COM - Ibukota Italia, Roma, berjarak 8.662 kilometer dari kota yang dianggap sebagai sarang virus corona, Wuhan.

Walau jaraknya sejauh itu, Italia kini menjadi negara dengan tingkat terinfeksi virus corona tertinggi kedua di dunia, setelah Cina.

Data dari situs arcgis pada Kamis (19/3/2020), jumlah yang terinfeksi di Italia sudah menyentuh angka 35.713 orang.

Jumlah ini setara dengan 17,18 persen dari total yang terinfeksi di dunia, yang telah menyentuh angka 207.860 ribu orang.

Sementara jumlah warga yang meninggal di Italia yang dikonfirmasi akibat virus corona mencapai 2.976 orang.

Data ini menunjukkan makna bahwa 8,33 persen dari yang terinfeksi virus corona di negara itu meninggal dunia.

Tingkat kematian penderita virus corona di Italia ini jauh lebih tinggi dari tingkat kematian penderita virus yang sama di China.

Di China, terdata 81.174 orang yang terinfeksi virus corona, yang meninggal 3.242 atau 3,99 persen.

Sebulan yang lalu, 19 Februari 2020, jumlah yang terinfeksi akibat virus corona di Italia baru tiga orang.

Namun cuma dalam waktu satu bulan, angkanya terus meningkat dan sangat drastis hingga akhirnya menyebtuh angka 1.100 orang pada 1 Maret, lalu 9.200 orang pada 10 Maret, dan akhirnya 35.713 orang pada hari ini 19 Maret 2020.

Pemerintah Italia pun dianggap meremehkan virus corona ini saat awal merebak di WUhan, China. Kritikan datang kepada pemerintah yang dianggap lengah.

Kritikan itu datang dari berbagai pihak, termasuk dari pesepakbola Lucas Biglia, yang merupakan Gelandang AC Milan.

Dilansir dari laman Football Italia, Lucas Biglia menyebut pemerintah Italia menganggap remeh virus corona hingga terjadi kekacauan seperti sekarang.

Ia juga mengkritik sikap masyarakat Italia yang tidak menghiraukan anjuran pemerintah.

“Orang-orang tidak mengikuti aturan. Kami telah sampai di ambang kehancuran, hari ini dokter bekerja tanpa lelah,” ujar Biglia dikutip dari Football Italia.

Pemerintah Italia memang baru membuat kebijakan ketat setelah warga yang terserang virus corona di negara itu mencapai ratusan orang.

Masyarakatnya juga baru mematuhi anjuran pemerintah saat melihat korban yang terus menerus berjatuhan dalam jumlah signifikan. Italia pun kini lockdown.

Lalu bagiamana dengan Indonesia?

Di Indonesia saat ini terkonfirmasi adanya 227 orang yang terinfeksi virus corona. Jumlahnya tidak seberapa dibanding yang di Italia apalagi di China.

Namun yang mengkhawatirkan adalah tingkat kematian akibat virus ini. Sebab hingga Rabu 18 Maret 2020, jumlah pengidap virus corona yang meninggal 19 orang, yang berarti 8,37 persen yang positif corona meninggal dunia.

Tingkat kematian penderita virus corona di Indonesia ini lebih tinggi dari Italia apalagi dibandingkan China.

Negara tetangga Indonesia, yakni Malaysia mengkonfirmasi jumlah penderita virus corona di negara itu sebanyak 673 orang. Namun tingkat kematiannya rendah.

Data dari Arcgis hingga Kamis 19 Maret, jumlah penderita virus corona yang meninggal dunia sebanyak 2 orang, atau tingkat kematiannya 0,29 persen.

Pemerintah sudah menetapkan status darurat bencana virus corona sejak beberapa hari lalu. Imbauan kepada masyarakat sudah dibuat, semisal mengurangi aktivitas di luar rumah. Rumah sakit pun sudah diminta untuk siaga.

Jarak Jakarta ke Wuhan hanya separuh dari jarak Wuhan ke Roma. Indonesia berpotensi mengalami hal yang sama dengan Italia, bila kita lengah dan terlambat menyadari virus corona dekat dengan kita. (*)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved