Usaha Afif Memutus Stigma ‘Penyakit Pesantren’ Melalui GPS
Ingatan Mohammad Afifi Romadhoni mundur bertahun-tahun ke belakang saat menjalani pendidikan ibtidaiyah di pesantren yang lulus 2003.
Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor: Teguh Suprayitno
Afif mengatakan setiap mereka turun ke sebuah pesantren akan ada tiga sampai empat pertemuan. “Dalam satu pertemuan itu ada yang namanya pra-test dan post-test. Jadi, sebelum kita mulai materi kita kasih dulu tes untuk mereka,” katanya.
“Selanjutnya setelah selesai materi kita kasih lagi soal. Jadi kita bisa melihat sejauh mana keberhasilan penyampaian materi. Dan itu dilakukan tiap pertemuan dan dengan tema yang juga berbeda-beda,” katanya.
Materi yang disampaikan menurut Afif juga banyak materi-materi dasar. Hal ini juga yang didapatkan oleh volunteer GPS. Afif mengatakan volunteer GPS tentu saja harus diberi materi untuk capacity building mereka ketika turun ke lapangan.
“Nama prorgamnya volunteer school. Itu program yang dikhususkan untuk relawan GPS menambah pengetahuan dan skill mereka. Sebab volunteer kita kan latar belakangnya berbeda. Ada yang dari UIN, ada yang dari Unja juga dan paling banyak dari FKIP,” katanya.
Dalam volunteer schol ini relawan diajari teknik-teknik dasar. Seperti teknik mengukur tensi sehingga relawan tahu bagaimana tensi normal dan tidak. Selain itu juga seperti memeriksa gula dara dan banyak lagi.
Afif mengatakan hal ini bertujuan agar relawan GPS juga mendapatkan sesuatu ketika berkegiatan. “Jadi bukan sekadar aksi-aksi saja,” katanya.
Selain volunteer school GPS ternyata punya beberapa program menarik. Di antaranya adalah Sharing Class PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan CS (Cerita Santri), kegiatan refleksi dan mentoring berbagi masalah dan mencari solusi. Selain soal kebersihan ada juga program Patok (Pesantren Tanpa Rokok), progam Book4Santri (Buku untuk Santri) pengumpulan donasi dan sumbangan buku bekas layak baca. Kemudian setiap bulan Ramadhan ada kegiatan Setara (Santri Sehat Ramadhan Berkah) melalui pengumpulan donasi.
Ada pula A Day With Lansia, aksi sosial dan gerakan peduli lansia di lingkungan Wisma Tresna Werdha. Belajar menjadi pembawa acara, menjadi kakak yang mendengarkan para santri, maupun kemampuan untuk berbicara di depan orang banyak. Anggota GPS saat ini berjumlah 73 orang yang bergantian melakukan pembinaan di lima pesantren.
Lima pesantren ini adalah Pesantren Daarul Huffazh Al-Islami, Ainul Yaqin, Al-Jauharen, Daurut Tauhid dan As’ad. Rencana menambah pesantren yang dikunjungi selalu ada kata Afif, terlebih semenjak mendapat penghargaan ini.
Semenjak mendapat penghargaan Satu Indonesia Award ini Afif mengatakan visi mereka tetap menjadikan pesantren lebih bersih dan sehat. “Tapi ada perubahan semangat yang tadinya kalau orang cuma melihat relawan ini sekadar aksi begitu saja, tapi ini saya ingin dari relawannya juga harus dapat manfaat dari kegiatan ini,” ungkapnya.
Dia berharap GPS akan berkembang lagi. Saat ini dirinya berharap ada penerus GPS selain dirinya. Namun, kini kondisinya Afif sudah mendapatkan pekerjaan di puskesmas Bahar I, karena itu dia ingin ada penerus. “Sebab tidak mungkin saya selamanya di sana,” ungkapnya.(Jaka HB)