Siswa SMA di Tanjab Timur Bunuh Diri
Pengakuan Paman dari Siswa SMA di Tanjabtim Bunuh Diri, Curhat Pelajaran Terlalu Berat, Tak Kuat
Sekira pukul 12.46 WIB, jenazah siswa SMA di Tanjabtim bunuh diri itu baru saja selesai disalatkan. Setelah pemakaman, Tribunjambi.com berbincang
Penulis: Abdullah Usman | Editor: Duanto AS
Sekira pukul 12.46 WIB, jenazah siswa SMA di Tanjabtim bunuh diri itu baru saja selesai disalatkan. Setelah pemakaman, Tribunjambi.com berbincang dengan keluarga.
"Memang malam tadi dio sempat cerito ke bapak mamaknya, kalo pelajaran di SMA terlalu berat dan dirinya merasa tidak kuat," bebernya.
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA SABAK - Sang paman dari siswa SMA di Tanjabtim yang bunuh diri menceritakan kondisi malam sebelum kejadian.
Kepada Tribunjambi.com, sang paman yang bernama Bujang menceritakan ponakannya sempat curhat.
Ada hal yang diceritakan siswa di Tanjabtim sebelum gantung diri malam itu.
• BREAKING NEWS: Pukul 05.00 Jarpandi Kaget, Pelajar SMA di Tanjabtim Tewas Tergantung di Depan Rumah
• Ini Lima Formasi CPNS di Kabupaten Batanghari yang Sepi, dan Ramai Peminatnya
• Penyergapan TNI AL di Perairan Jambi, Penyelundupan Jutaan Rokok Ilegal Digagalkan
Siswa tersebut sempat curhat kepada orang tua pada malam sebelum kejadian, Rabu (11/12).
Pihak keluarga seakan masih tidak mempercayai kejadian yang dialami salah satu keluarganya tersebut.
Mengingat korban tidak menunjukan tanda-tanda yang aneh, meski dalam beberapa hari terakhir korban kerap murung dan susah tidur.
"Kalau wasiat atau pesan tidak ada tinggalkan korban. Hanya saja, beberapa hari terakhir memang almarhum sering murung dan susah tidur malam," ujar Bujang, paman korban.
Bujang mengatakan pada Rabu malam Kamis, korban pulang ke rumah sekitar pukul 11.25 WIB.
Kondisi korban seperti biasa tidak ada perilaku yang aneh.
Orang tuanya sempat menawarkan makan.

"Memang malam tadi dio sempat cerito ke bapak mamaknya, kalo pelajaran di SMA terlalu berat dan dirinya merasa tidak kuat," bebernya.
Almarhum sendiri terbilang siswa baru di sekolah SMA negeri tersebut di bangku kelas XI SMA.
Sebelumnya, korban sempat belajar di pesantren dan sekolah aliyah di dekat rumahnya.