Reaksi Putra Jokowi, Gibran Rakabuming Nama Anaknya di Bully di Medsos, Dapat Dukungan Warganet
Gibran Rakabuming langsung bereaksi saat nama anak keduanya, La Lembah Manah di bully di media sosial.
lihat foto
Sementara itu, sang istri, Iriana Jokowi mengaku deg-degan saat menanti kelahiran cucu ketiganya.
"Masih deg-degan karena nunggu operasinya samanya ibunya Selvi, sampai tegang, tapi setelah lahir plong," kata Iriana Jokowi saat konferensi pers.
Terkait nama anak kedua Selvi Ananda, La Lembah Manah rupanya memiliki makna khusus dan mendalam.
Gibran Rakabuming Raka, sang ayah mengungkapkan arti pemberian nama dari La Lembah Manah yang terbilang unik.
Rupanya, nama tersebut bermakna rendah hati.
Dikutip dari laman Setpres.setneg.go.id, “Namanya La Lembah Manah. Lembah Manah artinya rendah hati," ungkap Gibran pada Jumat malam (15/11/2019).
La Lembah Manah, anak kedua Gibran Rakabuming dan Selvi Ananda. (Tangkap layar kanal Youtube Sekretariat Presiden)
Lalu, Gibran Rakabuming Raka menambahkan untuk kata depan 'La' yaitu merupakan singkatan.
Namun, ayah Jan Ethes masih enggan membocorkan singkatan itu.
"Depannya ada La, itu singkatan. Nanti tak beri tahu,” ucapnya.
• Lekukan Tubuh 7 Artis Cantik Ini Masih Terjaga Meski Tanpa Operasi, Ada yang Berukuran Segeda Ini!
Analisis Pakar Weton
Sementara itu, terkait karakter cucu ketiga Presiden Jokowi ini, seorang pakar budaya mengungkapkannya berdasarkan weton Jawa.
Dikutip dari TribunSolo.com dlam artikel berjudul 'Lahir Jemuah Wage dalam Weton Jawa, Ini Karakter Cucu ke-3 Presiden Jokowi Menurut Pakar Budaya UNS , pakar Budaya Jawa dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Djoko Sulaksono menjelaskan weton dan karakter putri Gibran dan Selvi.
Djoko Sulaksono mengungkapkan, berdasarkan lahirnya putri mungil pasangan Gibran dan Selvi itu masuk weton Jawa 'Jemuah Wage'.
"Jelas ya wetonnya Jemuah Wage dalam kalender Jawa," ungkap Djoko Sulaksono.
Adapun arti dari weton kelahiran adik Jan Ethes Srinarendra yang lahir Jumat,15 Oktober 2019 itu, maka masuk 17 Mulud 1953 wawu atau Wuku Wayang, Windu Segara.
