Pasukan Kopassus Posisi Terjepit di Pinggir Jurang, Pratu Suparlan Akhirnya Korbankan Diri, Heroik
Hamburan peluru senapan mesin musuh yang mengoyak tubuh Kopassus Pratu Suparlan, dibalasnya dengan rentetan peluru hingga amunisinya habis.
Hamburan peluru senapan mesin musuh yang mengoyak tubuh Kopassus Pratu Suparlan, dibalasnya dengan rentetan peluru hingga amunisinya habis.
TRIBUNJAMBI.COM - Pada 1987, terjadi pertempuran tak imbang antara ratusan Fretilin di posisi ketinggian, dengan pasukan TNI di posisi pinggir jurang.
Cerita Pratu Suparlan anggota Kopassus yang gugur melindungi rekan-rekannya di medan perang menjadi satu diantara kisah heroik yang menggetarkan hati.

Pratu Suparlan merupakan seorang tentara Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang mengorbankan nyawanya demi negara.
Kisah heroik ini terjadi di medang perang wilayah Timor-timur atau sekarang bernama Timor Leste.
• Segelintir Kopassus Bergerak Misi sudah Beres, Rahasia Tempur yang Efektif Efisien
• Daftar Nama 31 Danjen Kopassus, Pernah Telibat Misi Rahasia Bekerja Sama CIA di Pulau Galang
• Pria Berpakaian Tenis Kejar Truk Kopassus, 2 Pasukan Elite Baku Hantam di Lapangan Banteng
Seperti dilansir Tribunjambi.com dari laman kopassus.mil.id, kisah ini sangat menyayat hati.
Timor-Timur pada 9 Januari 1983, saat satu unit gabungan tentara Nanggala-LII Kopassandha pimpinan Letnan Poniman Dasuki, tengah berpatroli di KV 34 – 34/Komplek Liasidi.
Ini merupakan suatu daerah sangat rawan di pedalaman.
Maklum, daerah tersebut merupakan tempatnya para pentolan pemberontak Fretilin yang tak sungkan menghabisi anggota TNI.
Tiba-tiba, sepasukan kecil TNI ini diadang 300-an Fretilin (sayap militer terlatih Timor-Timur), lengkap bersenjata senapan serbu, mortar dan GLM.
Terjadi pertempuran tak imbang antara ratusan Fretilin di posisi ketinggian, dengan TNI di posisi pinggir jurang.
Satu per satu anggota pasukan kecil TNI gugur dimangsa peluru Fretilin.
Menyadari hal ini, komandan tim segera memerintahkan pasukan untuk meloloskan diri ke satu-satunya peluang, yakni ke celah bukit.
Namun hanya sedikit waktu yang tersisa bagi pasukan kecil ini.
Pratu Suparlan menyatakan pada komandannya untuk terus maju, sementara ia sendiri memilih untuk mengadang musuh.
Di sinilah jiwa seorang patriot terbukti.
Pratu Suparlan membuang senjatanya dan mengambil senapan mesin milik rekannya yang gugur.
Tanpa gentar sedikit pun, ia menerjang ke arah pasukan Fretilin.
Hamburan peluru senapan mesin musuh yang mengoyak tubuh Pratu Suparlan, dibalasnya dengan rentetan peluru, hingga amunisinya habis.
Meski bersimbah darah, prajurit Kopassus ini tetap tegar bagai banteng ketaton.
Bukannya roboh seperti harapan musuh, Pratu Suparlan justru menghunus pisau Komandonya.
Ia berlari mengejar Fretilin ke tengah semak belukar, lalu merobohkan 6 personel pasukan militer musuh.
Tak terhitung jumlah peluru yang telah menancap di tubuhnya, membuat seragam loreng yang dikenakan Pratu Suparlan, berubah warna menjadi merah akibat darah yang mengucur deras.
Namun ia tak menyerah, meski pasukan musuh menjadikannya bulan-bulanan peluru.
Tibalah Pratu Suparlan pada ambang kesanggupannya.
Ia terduduk dan tak lagi mampu menggenggam pisau komando.
Ia kehabisan darah.
Namun Pratu Suparlan tak pernah kehabisan akal maupun semangat, untuk membela Ibu Pertiwi, dari rongrongan pemberontak.

Saat jatuh terduduk, pasukan Fretilin segera mengerumuninya dan memberikan sebuah tembakan di lehernya.
Setelah puluhan musuh makin dekat mengepungnya, dengan sisa tenaga, ia susupkan tangan ke kantong celana.
Dalam hitungan detik, dicabutnya pin granat.
Lalu ia melompat ke arah kerumunan Fretilin di depannya seraya berteriak, “Allahu Akbar”….
Dentaman keras membahana mengiringi robohnya puluhan prajurit musuh, bersama seorang prajurit Kopassus bernama Prajurit Satu Suparlan.
Sisa 5 Kopassus
Sementara itu, sisa pasukan “Unit Suparlan” yang tinggal 5 orang telah menguasai ketinggian di celah bukit.
Melihat gugurnya Pratu Suparlan, dari atas bukit mereka menghujani tembakan kepada kerumunan Fretelin.
Jatuh korban dari kedua belah pihak.
Tak lama, pasukan bantuan pun tiba dan segera membantu memukul mundur Fretelin.
Ketika pertempuran yang berlangsung hingga malam ini berhenti, pasukan bantuan menemukan puluhan prajurit yang gugur dari kedua belah pihak, di antaranya tujuh orang Unit Pratu Suparlan.
Jenazah Pratu Suparlan ditemukan dalam keadaan tidak utuh.
Sedangkan dari pihak Fretelin yang kehilangan 83 orang milisinya, sisanya beberapa ditangkap hidup-hidup.
KPLB dan landasan pacu
Keberanian, kecerdasan, dan baktinya pada Ibu Pertiwi, membuat negara menganugerahi KPLB (Kenaikan Pangkat Luar Biasa) kepada Prajurit Satu Suparlan satu tingkat lebih tinggi dari pangkat semula yaitu Kopda (Anm).
Tanda jasa Bintang Sakti pun diberikan pada Kopda (Anm) Suparlan pada 13 April 1987, melalui Keppres No. 20/ TK/TH. 1987.
Nama Suparlan terpahat di atas batu granit hitam Monumen Seroja, di Komplek Markas Besar TNI Cilangkap, serta diabadikan sebagai nama Lapangan Udara Perintis di Pusdikpasus Batujajar Bandung yang diresmikan oleh Kasad Jendral TNI Edi Sudrajat pada 26 Mei 1991.
Kepada tujuh personel yang gugur dari Unit Suparlan, negara juga menganugerahkan kenaikan pangkat.
Sebelumnya, setelah pertempuran sengit yang menewaskan prajurit Suparlan dan ketujuh personil lainnya, komandan Fretilin mengirimkan surat kepada pasukan Kopassandha.
Surat tersebut berisi tentang pernyataan salut mereka atas keberanian dan perlawanan yang dilakukan oleh Prajurit Satu Suparlan (Majalah Baret Merah Edisi April 2014).
Baca kisah-kisah Kopassus dan pasukan elite TNI di Tribunjambi.com.
• Kisah Seram Kopassus Bebaskan Sandera di Mapenduma saat Prabowo Jadi Danjen, Kirim Pendekar
• Penyamaran Tingkat Tinggi Kopaska Berhasil, Anggota GAM yang Ambil Tebusan di Bank Terkecoh
• Pramugari Garuda Indonesia Dianiaya sebelum Kopassus Tiba Menyelamatkan, Peristiwa 1981