Federasi KontraS Sebut Papua Tak Butuh Trans Papua, Lukas Enembe: Butuh Kehidupan, Bukan Pembangunan
"Sama sekali, justru saya melihat itu yang bermasalah. Coba tanya pada teman-teman Papua, apakah mereka butuh jalan Trans Papua?," tanya Andy.
Andy Irfan Junaedi membeberkan fakta tersebut saat menjadi narasumber di Acara Mata Najwa.
Baca: Promo KFC, 5 Potong Ayam Cuma Rp 49 Ribuan, Hari Ini Terakhir!
Baca: Gempa Hari Ini - Pulau Saringi NTB Diguncang Gempa, Dirasakan hingga Lombok Timur
Baca: Ramalan Bintang Besok, Jumat 23 Agustus 2019: Leo Khawatir soal Uang, Aquarius Raih Peluang
Ia menanyakan apakah ada tantangan lain yang dihadapi Papua.
"Pendekatan ekonomi, infrastruktur yang dilihat nyata di era pemerintahan Jokowi 5 tahun terakhir, itu saja belum cukup menjawab tantangan yang dihadapi masyarakat Papua?," tanya Najwa Shihab.
Sekjen Federasi KontraS, Andy Irfan Junaedi lantas mengkritik hal itu justru yang menjadi masalah.
"Sama sekali, justru saya melihat itu yang bermasalah. Coba tanya pada teman-teman Papua, apakah mereka butuh jalan Trans Papua?," tanya Andy.
Ucapan Andy sempat terhenti, sedangkan Najwa Shihab dan penonton satu studio terdiam.

Andy lantas melanjutkan.
"Saya bilang pembangunan itu penting, perlu. Tapi bagaimana proses perencanaan pembangunan dan implementasi pembangunan itu dilakukan mengedepankan kemanusiaan," ujar Andy.
"Jakarta belum melihat Papua dengan pendekatan itu. Papua memiliki tingkat kekerasan yang panjang. Papua punya cerita berbeda dibanding provinsi lain. Kalau melihat Papua disamakan dengan maka kita akan terjebak di cerita yang sama," paparnya.
Baca: WASPADA - Seorang Bocah Laki-laki Tewas Tersengat Listrik Saat Bermain Listrik di Ponsel yang Dicas
Baca: 10 Pengakuan Cewek dalam Video Viral Vina Garut, Ini Keterangan yang Tak Diketahui Orang
Ia lalu menyinggung kasus HAM yang terjadi di Papua.
"Isu separatisme muncul itu bukan yang tahu-tahu muncul. Itu adalah sebab akibat tersumbatnya beragam persoalan tanpa penyelesaian. Coba kita tengok kasus kejahatan HAM. Berapa yang mandek?," tanya Andy.
"Besok kita akan lihat apa yang dilakukan Jakarta terhadap kasus kemanusiaan di Nduga? Ada ribuan orang Wamena mengungsi, apa yang dilakukan Jakarta?," sindirnya.

Dijelaskan Andy, bahwa Papua membutuhkan guru, bukan senjata.
Bahkan ia menyinggung jika masyarakat non-Papua yang datang ke Papua Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia) lebih meningkat dibanding masyarakat Papua sendiri.
"Yang dikirim tentara, orang Papua butuh guru. Bukan butuh senjata. Orang Papua butuh ilmu, bukan dicaci. Itu yang penting," ungkapnya.
"Atau kita cek hasil pembangunan, human development index (HDI) di Papua, orang Papua asli HDI-nya rendah. Orang non-Papua yang datang ke Papua HDI-nya meningkat. Itu fakta," sebut Andy.
Baca: KLIK DI SINI Link Live Streaming Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019, Indonesia Sedang Tanding
Baca: BREAKING NEWS, Kebakaran, 1 Unit Rumah di Bathin VIII, Sarolangun Rata dengan Tanah
Gubernur Papua, Lukas Enembe lalu menambahkan.
"Orang Papua butuh kehidupan. Bukan pembangunan," ujar Lukas.
"Ya butuh kemanusiaan," tambah Andy.
"Itu bukan untuk orang Papua, orang Papua tidak pernah lewat jalan yang dibangun. Orang Papua tidak butuh apa-apa. Mereka perlu kehidupan," pungkas Lukas.
Lihat video dari menit ke 5.10:
Sebelumnya, Lukas Enembe menuturkan ada permasalah yang sangat sensitif di tengah masyarakat Papua.
Mulanya, Presenter Najwa Shihab menanyakan mengenai permintaan maaf Gubernur Jawa Timur, Khofifah dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta menahan emosi.
Diketahui, sebelumnya ada insiden penangkapan terhadap 43 mahasiswa Papua di Surabaya, dengan tudingan merusak bendera Indonesia, Sabtu (17/8/2019).
Karenanya, warga Papua di Manokwari dan Fakfak melayangkan protes dengan menggelar aksi yang sepat ricuh pada Senin (219/8/2019) dan Rabu (21/8/2019).
"Pak Gubernur ada komentar mengenai permintaan maaf Ibu Khofifah dan pernyataan Presiden Jokowi yang mengatakan 'emosi boleh tetapi lebih baik saling memaafkan', apa lagi yang seharusnya bisa dilakukan," tanya Najwa Shihab.
Lukas lalu mengatakan ada sejumlah ucapan yang tidak baik ditujukan kepada masyarakat Papua.
"Jadi ini banyak sekali terjadi," ujar Lukas.
"Siapapun di dunia ini, namanya rasisme dibenci di seluruh dunia," tambahnya.
"Jadi saya harap orang Indonesia sudah 74 tahun merdeka, sadar itu, kita sama seperti era kolonial. Apa bedanya?," ungkap Lukas Enembe.
Baca: Kalimantan Timur Resmi Dipilih Jadi Ibu Kota Indonesia Gantikan Jakarta, Baca Penjelasannya!
Baca: Terbuka untuk Umum, Kejari Batanghari Lelang Barang Bukti Hasil Sitaan Negara, Ada 5 Motor, 3 Mobil
Ia menuturkan bahwa kolonialisme terhadap Papua dan membuat hal lainnya terpicu.
"Jadi karena kerap kali terjadi, ini pemicunya membuat yang lain terungkap?" tanya Najwa Shihab.
"Ini pemicu utamanya yang terjadi di Papua. Jadi saya pikir sudah 74 tahun merdeka, NKRI kita jaga, Bhineka Tunggal Ika kita jaga. Dari Sambang - Merauke juga harus dijaga," sebut Lukas.
"Di Papua itu multi etnis. Saya kemarin lihat yang demo-demo itu, saya ngomong kepada mereka, apa yang mau kalian sampaikan, sampaikan kepada saya."

Lukas pun mengatakan saat itu ada tuntutan merdeka dari masyarakat Papua yang menemuinya.
Namun ia enggak menerima usulan itu.
"Jadi memang Papua itu rawan saat ini. Tidak boleh siapapun orang Indonesia bicara sembarangan terhadap Papua. Karena kita beda, orang Papua belum di-Indonesiakan secara baik," ungkapnya.
Najwa Shihab pun tersentak dengan ucapan Lukas.
"Belum di-Indonesiakan secara baik, apa maksudnya? Apa yang harus dilakukan untuk meng-Indonesiakan seseorang?" tanya Najwa Shihab.
"Sampai hari ini dalam pengertian, secara keseluruhan masyarakat Papua belum menerima rasa ke-Indonesiaan mereka. Masih merasa saya orang Papua," papar Lukas.
Ia menuturkan saat itu semua pihak yang datang berunjukrasa untuk dukungan kemerdekaan.
"Wah itu kaget saya, jadi tidak boleh picu persoalan di Papua. Persoalan di Papua itu cukup rumit," pungkasnya.
Lihat videonya dari 8.02
(TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah)