Meski Partainya Menolak Bergabung Kabinet Jokowi-Maruf, Politisi PAN ini Tetap Ngotot Berkoalisi
Politisi Partai Amanat Nasional Bara Hasibuan mengatakan, pembentukan kabinet merupakan hak prerogatif Presiden Joko Widodo.
TRIBUNJAMBI.COM- Politisi Partai Amanat Nasional Bara Hasibuan mengatakan, pembentukan kabinet merupakan hak prerogatif Presiden Joko Widodo.
Dengan demikian, tak ada partai yang bisa mengintervensi Presiden dalam membentuk kabinet Jokowi
Hal itu disampaikan Bara menanggapi pernyataan Anggota Dewan Syuro PKB Maman Imanulhaq yang menolak jika PAN dimasukkan ke dalam koalisi pemerintahan, khususnya di kabinet.
"Kalau soal itu tentu menjadi hak prerogatif presiden."
"Jika Presiden merasa perlu memperluas koalisinya, bisa saja mengundang partai-partai lain untuk bergabung," kata Bara saat dihubungi Kompas.com, Minggu (21/7/2019).
Baca: Politisi PAN Sebut Kemungkinan Besar Partainya Akan Gabung ke Koalisi Pemerintah Jokowi-Maruf
Ia menambahkan, masuknya partai yang bukan pengusung Joko Widodo-Ma'ruf Amin ke dalam koalisi pemerintahan juga penting untuk menguatkan rekonsiliasi.
Bara mengatakan, dengan masuknya partai yang tak mengusung Jokowi-Ma'ruf ke dalam kabinet, maka akan mengukuhkan rekonsiliasi yang telah dibangun Jokowi dengan pesaingnya saat Pilpres 2019, yaitu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Ia menambahkan, Prabowo dan Jokowi telah menunjukkan upaya rekonsiliasi lewat pertemuan di Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu (13/7/2019).
Karena itu, Bara nilai tak masalah jika partai yang tak mengusung Jokowi-Ma'ruf masuk ke kabinet, untuk mengukuhkan rekonsiliasi itu.
Baca: Jawaban Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Faldo Maldini Saat Ditodong Jadi Menteri Jokowi-Maruf
Hanya partai tersebut harus memiliki komitmen mendukung program pemerintah.
"Ini bukan hanya untuk memperkuat posisi pemerintah di parlemen, tetapi juga memperkuat modal sosial dalam hal rekonsiliasi."
"Masyarakat masih ada yang terukan usai pilpres dan kita perlu membuka lembaran baru," ujar Bara.
Sebelumnya, Maman Imanulhaq mengatakan bahwa PKB akan menolak, apabila PAN ingin bergabung dengan koalisi Jokowi-Ma'ruf.
Menurut Maman, sikap politik PAN tidak konsisten ketika berada dalam sebuah koalisi.
Baca: Kisah Danjen Kopassus Kolonel Moeng dalam Sekejap Telan 6 Telur Ular Sanja di Depan Muridnya
Hal itu dapat dilihat ketika PAN masuk dalam koalisi partai pendukung Jokowi pada Pilpres 2014.
Namun, pada Pilpres 2019 PAN memilih mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga.
"PKB itu adalah koalisi yang sangat-sangat konsisten, tidak pernah gabung ke sana, masuk tempat menteri, di tengah jalan pindah lagi."
"Sekarang tiba-tiba mendekat lagi, kayak PAN, lah," kata Maman dalam diskusi bertajuk "Ngebut Munas Parpol" di Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (20/7/2019).
Baca: SOSOK Prajurit Kopassus Berkaki Satu Selalu Dicari Soeharto, Benny Moerdani Bela Mati-matian
Maman mengatakan, setiap partai politik harus membangun moralitas kepartaian serta memiliki integritas dan loyalitas terhadap koalisi yang dinaungi.
Oleh sebab itu, ia menyarankan agar partai-partai yang sejak awal tidak mendukung Jokowi-Ma'ruf sebaiknya tetap berada di luar koalisi pemerintahan.
"Menurut saya ada beberapa partai yang sebaiknya tidak masuk (koalisi pemerintah), partai yang tidak jelas, yang cuma merecoki."
"Daripada nanti mengganggu lebih baik di sana (di luar koalisi pemerintah) sajalah sebagian," ujarnya.
Kendati demikian, Maman menyerahkan sepenuhnya kepada presiden terpilih Joko Widodo, apabila menerima partai-partai tersebut bergabung dengan koalisi pemerintah.
"Apakah 02 itu masuk ke dalam (koalisi pemerintah)? Itu kan haknya Pak Presiden, cuma kan saya ingin memberikan poin sederhana saja," kata dia. (Rakhmat Nur Hakim)
Artikel ini telah dipublikasikan Kompas.com dengan judul: Ditolak PKB, Waketum PAN Sebut soal Kabinet Hak Prerogatif Presiden