Tiga Misteri di TNKS Kerinci yang Belum Terpecahkan, Kuku Kaki Yusril bahkan Sampai Copot
Selain menyimpan kekayaan alam tak ternilai, TNKS juga memiliki misteri yang menjadi buah bibir sampai saat ini.
Tumbuhan yang hidup di kawasan inipun beragam, dengan primadona berbagai jenis anggrek alam dan bunga kantong semar. Jadi bisa berwisata sekaligus belajar.
Danau ini merupakan sumber mata air dari Sungai Batang Sangir serta Air Terjun Telun Berasap, yang mengairi ribuan hektare lahan pertanian masyarakat yang terdapat di beberapa Provinsi di Sumatera.
Bukan hanya ketinggian dan keindahan alamnya yang mengagumkan, namun kejernihan air Danau Gunung Tujuh, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, air Danau Gunung Tujuh merupakan air baku terbaik di Asia Tenggara, sehingga dimanfaatkan oleh PDAM Tirta Sakti Kerinci.
Namun di balik keindahan dan keragaman flora faunanya, serta kejernihan airnya, ada mitos menarik yang bisa ditelusuri di Danau Gunung Tujuh ini.
Menurut masyarakat setempat, danau ini adalah danau keramat.
Warga percaya, danau ini dihuni dan dijaga oleh mahkluk gaib yang berbentuk seperti manusia yang bernama Saleh Sri Menanti dan Lbei Sakti.
Selain itu, ada juga para pengawal dari mahkluk gaib tersebut yang berbentuk harimau.
3. Penduduk Dengar Suara Azan dan Bacaan Alquran di Hutan
Desember 2014 lalu dua orang warga hilang di dalam kawasan TNKS
Selama lima hari Yusril dan Candra Ali Putra tersesat di dalam hutan.
Selama lebih kurang satu minggu berada di hutan, kaki dan tangan kedua korban terlihat lecet, karena melewati semak belukar. Beberapa kuku kaki korban terutama Yusril bahkan copot, karena terlalu lama terendam air. Mereka bertahan hidup dengan memakan pakis.
Awalnya mereka hendak berlibur ke Danau kaco Namun, saat sampai di sungai manjuto, mereka salah jalur hingga tersesat.
Selama berada di hutan, Yusril mengaku memakan daun pakis dan meminum air dari sungai untuk bertahan hidup. Saat bertahan hidup di dalam hutan, Yusril sempat bermimpi banyak warga yang mencarinya, dan ditolong oleh seseorang.
"Setiap hari kami berjalan mencari jalan pulang, kalau sore sekitar pukul 17.00 wib, baru mengambil daun untuk alas tidur," kisah Yusril.