TERNYATA Pak Harto Tidak Pernah Ucapkan 'Mengundurkan Diri' Saat Turun dari Tahta Presiden RI
TRIBUNJAMBI.COM - Pak Harto menyusun konsep pidatonya dengan sangat hati-hati.
MUNGKIN belum banyak yang tahu ternyata Soeharto tak pernah mengucapkan kata-kata 'mengundurkan diri' saat turun dari kursi Presiden RI di 1998.
TRIBUNJAMBI.COM - Pak Harto menyusun konsep pidatonya dengan sangat hati-hati.
Mbak Tutut lah saksi dari hal tersebut.
Bahkan Soeharto juga tidak mau memakai kalimat 'mengundurkan diri'. Kisah pemilihan kata dan kalimat itu cukup dramatis di malam hari sebelum soeharto berhenti menjadi Presiden RI.
• Tim Produksi Drama Joseon Survival Kesulitan Setelah Kang Ji Hwan Ditangkap
• Ramai-Ramai Warganet Doakan Gatot Nurmantyo Jadi Presiden 2024, Ini Penyebabnya
• Sarankan Rekonsiliasi Total, Fahri Hamzah Sebut Konflik Berakar dari Sini
Anak sulung Soeharto, Tutut, membagikan kisah tersebut.
Rupanya, kala itu, Soeharto sangat berhati-hati dalam mencari kata yang tepat untuk menyusun pidato pengunduran dirinya sebagai presiden.
Soeharto mengumumkan diri mundur dari kursi presiden setelah 32 tahun mendudukinya pada 21 Mei 1998.
Pidato pengunduran diri Soeharto dibacakan di Istana Merdeka sekitar pukul 09.00 WIB.
Dalam pidatonya, Soeharto mengatakan bahwa langkah ini dia ambil setelah melihat 'perkembangan situasi nasional' saat itu.
Baca: Jadi Tersangka, Galih Ginanjar Dijemput Pukul 4 Pagi, Barbie Kumalasari Tak Kaget, Ini Kata Fairuz
Baca: Tak Ingin Dirolling, Jadi Toke Udang Saja, Ini 3 Poin Pesan Wabup pada Camat Nipah Panjang yang Baru
Tuntutan rakyat untuk mengadakan reformasi di segala bidang, terutama permintaan pergantian kepemimpinan nasional, menjadi alasan utama mundurnya Soeharto.
"Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, kamis 21 Mei 1998," ujar Soeharto, dilansir dari buku 'Detik-detik yang Menentukan, Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi' (2006) yang ditulis Bacharuddin Jusuf Habibie.
Jika diperhatikan, Soeharto menggunakan kata 'berhenti' dalam pidato pengunduran dirinya itu.

• Kang Ji Hwan Ditangkap, Muncul Fotonya Sedang Tidur dengan Seorang Wanita
• Cerita Gatot Nurmantyo Kisah Pedagang Cemilan Punya Keterbatasan Mata: Hidup Tak Sebatas Untung Rugi
• Sama-sama Pernah Gagal Berumah Tangga, Ini Alasan Aida Terima Delon Idol Sebagai Kekasih
Ternyata, ada cerita dibalik pemilihan kata tersebut.
Dalam tulisan yang diunggah website pribadinya, Mbak Tutut menceritakan momen saat Soeharto menyusun pidato pengunduran dirinya:
***
Pada malam itu, dari ruang duduk keluarga, setelah bapak (Soeharto,red) memberi tahu kami tentang keputusan beliau untuk tidak meneruskan jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia, dan setelah memberi nasehat pada kami, bapak berdiri menuju ruang kantorannya yang tidak jauh dari ruang duduk, sambil memanggil saya (Mbak Tutut,red).
Baca: JIKA Mau Tinggalkan Arab Saudi, Pimpinan FPI Habib Rizieq Bayar Denda Rp 550 Juta, Ini Alasannya
Baca: Rudy Badil Pendiri Warkop DKI Meninggal Dunia, Indro Warkop Tulis Janji Menyentuh!
Kemudian bapak memerintahkan saya untuk mengambil buku UUD 45 di lemari buku bapak.
“Untuk apa tho pak Buku UUD 45 ini,” Saya bertanya sambil menyerahkan buku tersebut.
“Bapak mau mencari kata berhenti menjadi Presiden, bapak tidak mau kata mengundurkan diri,” bapak menjawab sambil mulai membuka dan membacanya.
“Apa bedanya mengundurkan diri dan berhenti pak,” penasaran saya bertanya.
• Kang Ji Hwan Ditangkap karena Pelecehan Seksual Terhadap Dua Wanita dalam Keadaan Mabuk
• Sambil Bernyanyi, Tulus Mengampanyekan Pelestarian Gajah Sumatera dan Gerakan Peduli Pendidikan
“Beda, kalau mengundurkan diri, bapak belum selesai tugasnya sudah mundur, berarti bapak tidak bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan ke bapak.
Kalau berhenti, masih dalam jabatan dan masih siap menyelesaikan tugasnya, tapi karena dipaksa untuk tidak melanjutkan jabatannya, jadi berhenti, bukan kemauan bapak sendiri.”
“Lalu apa hubungannya dengan buku UUD 45 pak,” saya bertanya masih penasaran.
“Bapak akan mencari apakah kata-kata berhenti itu ada di UUD 45 dalam kaitannya dengan Kepresidenan. Bapak ingin semua didukung oleh undang-undang.”
Bapak menjelaskan dengan sabar dengan tetap membaca buku UUD 45, tiba tiba beliau berkata : “Nah ini ada kata kata berhenti. Coba kamu baca BAB III, Pasal 8.”
Baca: SIAPA Sebenarnya Iriawan, Jenderal Bintang 3 Diperiksa TGPF sebagai Saksi Kasus Novel Baswedan
Baca: Menyambut Tour de Singkarak, Dinas PUPR Kerinci Ajukan Rp 17 Miliar untuk Perbaikan Jalan
Baca: Wow, Penghasilan Fantastis 7 Member BTS, Totalnya Sampai Masuk Daftar 100 Artis Terkaya Versi Forbes
Saya baca bagian tersebut, dan disitu tertulis dengan jelas kata yang bapak kehendaki.
BAB III
KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pasal 8
Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya.
“Iya pak, betul ada kata berhenti,” Sayapun mengiyakan pendapat bapak.
Lalu bapak memerintah saya untuk mengambil kertas dan bolpoint. Bapak meminta saya untuk menulis yang bapak katakan.

• Tetap Seru Saat Tulus Menyanyikan Adu Rayu Tanpa Glenn Fredly, Tompi dan Yovie Widianto
• Soeharto Ungkap Perbedaan Kalimat Mengundurkan Diri dan Berhenti dari Jabatan Sebelum Lengser
Saya tidak berani bertanya lagi karena bapak kelihatan serius. Saya tulis apa yang bapak katakan.
Berdebar jantung saya, dan bergetar tangan ini menulisnya, ternyata bapak membuat pidato berhentinya bapak dari jabatan Presiden R I.
Sambil menulis, tak henti-henti saya berdoa : “Yaa ALLAH, lindungi bapakku, kasihi bapakku, cintailah bapakku, berilah selalu petunjuk MU, yang terbaik kiranya ENGKAU berikan pada bapakku, aamiin.”
Akhirnya selesai bapak berucap. Setelah ada pembetulan beberapa kalimat, bapak membaca nya dan mengatakan : “Wis cukup.” Lalu bapak kantongin kertasnya.
• Ini Daftar Instansi yang Akan Buka Lowongan CPNS 2019 di Bulan Oktober
• CPNS 2019 Segera Dimulai, Ini 4 Berkas Penting yang Mesti Disiapkan dari Sekarang
Dan sebagian besar yang bapak ucapkan, sesuai dengan pidato berhentinya beliau.
“Bapak … kami bangga pada bapak, disaat masyarakat menghujat bapak dengan sangat kejamnya, bapak tetap mempertahankan semua tindakan bapak berdasarkan undang-undang yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan perlakuan apapun yang bapak terima, bapak tetap mencintai bangsa, Negara dan masyarakat Indonesia sampai akhir hayat bapak.”
***
Dengan pidato pengunduran diri ini, Soeharto menyerahkan kekuasaan kepresidenan kepada Wakil Presiden BJ Habibie.
"Sesuai dengan Pasal 8 UUD ’45, maka Wakil Presiden Republik Indonesia Prof H BJ Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden Mandataris MPR 1998-2003," ucap Soeharto.
Gerakan reformasi merupakan penyebab utama yang menjatuhkan Soeharto dari kekuasaannya.
Aksi demonstrasi mulai terjadi sejak Soeharto menyatakan bersedia untuk dipilih kembali sebagai presiden setelah Golkar memenangkan Pemilu 1997.
• Daftar Formasi CPNS dan PPPK 2019 yang Dibutuhkan Sejumlah Pemerintah Daerah di Sumatera
• CPNS 2019 Tahap Kedua yang akan Diseleksi Calon P3K , Begini Penjelasan Resmi dari BKN
Timbul serangkaian peristiwa hilangnya aktivis demokrasi dan mahasiswa yang dianggap melawan pemerintahan Soeharto.
Sejak saat itu, perlawanan terhadap Soeharto semakin terlihat.
Aksi mahasiswa yang semula dilakukan di dalam kampus, kemudian dilakukan di luar kampus pada Maret 1998.
Mahasiswa semakin berani berdemonstrasi setelah Soeharto terpilih sebagai presiden untuk periode ketujuh dalam Sidang Umum MPR pada 10 Maret 1998.
Baca: Wow, Penghasilan Fantastis 7 Member BTS, Totalnya Sampai Masuk Daftar 100 Artis Terkaya Versi Forbes
Baca: Masih Banyak yang Harus Dibenahi, Persiapan Pemkab Kerinci Sambut Tour De Singkarak Baru 75 Persen
Baca: Masih Banyak yang Harus Dibenahi, Persiapan Pemkab Kerinci Sambut Tour De Singkarak Baru 75 Persen
Jika awalnya mahasiswa menuntut perbaikan ekonomi, setelah Soeharto terpilih tuntutan berubah menjadi pergantian kepemimpinan nasional.
Sayangnya, kekerasan yang dilakukan aparat keamanan dalam mengatasi aksi mahasiswa mengubah aksi damai menjadi tragedi.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Penyebab Soeharto Tak Pakai Kalimat 'Mengundurkan Diri' dalam Pidato, Sampai Buka UUD 1945.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Soeharto Ternyata Tidak Pernah Ucapkan 'Mengundurkan Diri' Saat Turun dari Kursi Presiden RI,