Nasib Hutan Pematang Damar Pacsa Kebakaran Gambut, Habitat Anggrek Alam yang Terlupakan
Hutan Pematang Damar, sempat menjadi pembicaraan karena pesona puluhan jenis anggrek yang ditemukan di hutan desa seluas 240 hektare pada 2013 lalu.
Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Teguh Suprayitno
"Kalau titik api sampai 30 tiap 30 meter ketemu titik api macam mano mungkin dak dibakar. Ado yang apinya hidup ado yang idak, rombongan Adi samo pemerintah mano sanggup madaminya, titik api sebanyak itu," katanya.
Senin sore kemarin, Tribunjambi.com bersama jurnalis kilasjambi.com bersama Adi Isnanto dari komunitas GMB, komunitas yang selama ini konsen menyuarakan konservasi Pematang Damar melakukan tracking ke hutan Pematang Damar.
Untuk menuju hutan yang di kelilingi sawah kuno itu kami melalui Desa Jambi Tulo, setelah berjalan kaki sekitar 1,5 kilometer, tibalah di pematang sawah kuno.
Hamparan sawah yang tak lagi digunakan warga dan mengelilingi hutan Pematang Damar. Setelah berjalan melintasi sawah kuno dan kami coba berjalan masuk menuju lokasi patok segel berupa papan perigatan yang di pasang pihak Kementrian KLHK di tahun 2015 lalu.
"Kito seraso ziarah bae," kata Adi yang kemudian memancing kami tertawa. Papan segel itu tak bisa lagi terbaca karena kondisi spanduk yang menutupi papan sudah hancur.
Baca: Viral Oknum Polisi Acungkan Pistol ke Warga yang Atur Lalu Lintas, Saksi Sebut Ada 2 Suara Tembakan
Baca: Karni Ilyas Dikritik Warganet saat Umumkan Program ILC Kembali, Disebut Takut Hadapi Ombak Besar
Baca: Menghitung Peluang Prabowo Subianto Sandiaga Uno, Anies Baswedan Ramaikan Bursa Pilpres 2024!
Baca: Puji Arief Poyuono saat Beri Nasihat Padanya, Ali Ngabalin: Baru Ada Orang Gerindra Secerdas Ini
Namun papan itu menjadi penanda bawah kawasan tersebut tak boleh digarap oleh perusahaan maupun pihak lainnya selagi dalam proses penyelidikan.
Namun empat tahun pasca kebakaran hebat itu, tak ada titik terang dari proses hukum yang dilakukan pihak kementrian. Pun pengajuan status agar hutan Pematang Damar seluas 240 hektare itu agar masuk dalam kawasan konservasi juga masih gantung.
Adi Isnanto menujuk jauh ke sebuah batang kayu yang yang menjulang tinggi sekira delapan meter, sepintas kayu itu tetap berdiri bersama beberapa pohon yang kondisinya sama, terlihat hitam serupa arang yang menandakan jika api pernah melahap pohon hingga ketiggian 8 meter.
"Di pohon itu dulu ada angrek, di bawahnya juga kami ketemu anggrek. Itu sekarang jadi pohon arang tegak begitu be tapi dak tumbang, masuk ke dalam lebih banyak lagi," katanya.
"Pasca kebakaran kami masuk dulu ketemu kura-kura air tawar yang mati terpanggang bobotnya sekitar 100 meter, bisa dinaekin. Banyak hewan yang terpanggang termasuk ular, kalau yang kaki empat termasuk beruang larinya cepat pasti bisa menyelamatkan diri," sambungnya.
Adi juga menyebutkan jika di tahun 2016 pasca kebakaran seorang peneliti asal Jerman bersama dengan peneliti gambut melakukan penelitian di dalam hutan Pematang Damar.
Hasilnya Pematang Damar merupakan hutan gambut yang terbentuk di atas danau purba. Dengan ketinggian gambut dua hingga tiga meter. Dengan usia diperkirakan 6.000 sampai 8.000 tahun.
"Hasil penelitiannya pasca kebakaran gambutnya turun satu sampai 1,5 meter. Hasil penlitiannya kami di komunitas GMB dikasi tau," kata Adi.
Baca: Polri Akan Beberkan Hasil Investigasi Kerusuhan 21-22 Mei
Baca: Mengerikan. Detik-detik Balita Jatuh ke Kandang Buaya, Tinggal Tengkorak, Ibu Sibuk Lakukan Ini
Baca: 121 Mahasiswa Fakultas Hukum Unja Magang di Pemprov Jambi
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG Rabu 3 Juli 2019, Jambi dan Ambon Alami Hujan Lokal Malam Hingga Dini Hari!
Namun ironisnya kawasan hutan Pematang Damar tak masuk dalam agenda rehabilitasi dan revegetasi yang dicanangkan oleh pemerintah.
Meski saat ini potensi Anggrek yang pernah ditemukan mencapai 84 jenis, kini tak lagi bisa ditemukan. Namun Adi dan komunitas GMB berharap agar hutan Pematang Damar tetap dimasukkan dalam kawasan konservasi.