Gelagat Tak Terduga SBY, Sering Disadap, Tahu Siapa Oknumnya, Tak Pernah Telepon Lebih dari 3 Menit

Semenjak awal jelang Pilpres 2019 lalu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memilih untuk mengurangi aktivitasnya di dunia politik

Editor: andika arnoldy
TRIBUNNEWS.COM/ TRIBUN JOGJA
Kolase SBY dan ilustrasi penyadapan telepon 

TRIBUNJAMBI.COM- Semenjak awal jelang Pilpres 2019 lalu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memilih untuk mengurangi aktivitasnya di dunia politik.

Keputusan SBY bukan tanpa alasan, apa lagi suhu politik kian memanas di tanah air.

Alasan SBY tersebut terkait keinginannya untuk fokus menemani sang istri, Ani Yudhoyono.

Ani Yudhoyono memang sedang terkena kanker darah.

Sehingga, Ani Yudhoyono harus menjalani perawatan di rumah sakit yang ada di Singapura.

Meski demikian, SBY tentunya juga memiliki catatan panjang di dunia politik, termasuk sejumlah kontribusinya.

Baca: Duel Ketua PPP Batanghari Vs Pencuri, Kronologi Gun Menang Lalu Meninggal secara Mendadak

Baca: Meski Hubungan Asmara Dengan Verrell Bramasta Berakhir, Natasha Wilona Masih Simpan Pemberian Doi!

Baca: Gara-gara Mobile Legends, Dua Orang Ini Berjodoh, Berkenalan dan Akhirnya Menikah

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat masih menjabat sebagai Presiden RI.
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat masih menjabat sebagai Presiden RI. ((TRIBUNNEWS/DANY PERMANA))

Sebab, SBY pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ke-6 selama dua periode.

Tepatnya, SBY menjadi presiden selama 10 tahun.

Periode pertama dijalani SBY pada tahun 2004 hingga 2009.

Saat itu, SBY berpasangan dengan Jusuf Kalla yang merupakan wakil presidennya.

SBY-Jusuf Kalla saat itu memenangi Pilpres 2004 setelah mengalahkan empat pasangan calon (paslon) lainnya.

Di antaranya Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Hamzah Haz-Agum Gumelar, Wiranto-Solahudin Wahid, dan Amien Rais-Siswono Yudo Husodo.

Baca: Duel Ketua PPP Batanghari Vs Pencuri, Kronologi Gun Menang Lalu Meninggal secara Mendadak

Baca: Meski Hubungan Asmara Dengan Verrell Bramasta Berakhir, Natasha Wilona Masih Simpan Pemberian Doi!

Baca: 5 Makanan Pendongkrak Kecerdasan Otak, Ternyata Ikan Teri Termasuk Lho!

Lalu, pada periode kedua SBY memimpin bersama Boediono pada tahun 2009 hingga 2014.

Kala itu, SBY-Boediono berhasil menang pilpres setelah mengalahkan dua paslon lainnya.

Di antaranya Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Selama menjadi presiden, SBY memiliki sejumlah cerita soal kiprahnya.

Termasuk soal berbagai penyadapan yang dialaminya.

Penyadapan itu dialaminya saat dirinya sedang berbicara di telepon.

SBY mengungkapkan, sebenarnya penyadapan sudah pernah dialaminya jauh sebelum dirinya menjadi presiden.

Saat itu, dia sedang menjadai Kaster TNI antara 1998-1999.

"Tiba-tiba ada semacam transkripsi pembicaraan telepon saya yang disadap oleh 'kerja intelijen' itu", ungkap SBY dalam bukunya yang berjudul "SBY Selalu Ada Pilihan", terbitan Kompas tahun 2014 lalu.

Dalam buku itu, SBY mengaku tidak tahu apa yang dilaporkan kepada atasannya.

"Serta seperti apa transkripsi percakapan saya itu - ditambah atau dikurangi," terang SBY.

Oleh karena itu, SBY pun menjadi sangat hemat saat berbicara di telepon.

Kolase SBY dan ilustrasi penyadapan telepon
Kolase SBY dan ilustrasi penyadapan telepon (TRIBUNNEWS.COM/ TRIBUN JOGJA)

"Bisa satu menit, atau paling banyak tiga menit. Kalau lebih dari itu, biasanya saya memilih untuk bertemu secara langsung," ungkap SBY.

SBY berpendapat, seharusnya praktik semacam itu sudah ditinggalkan.

Alasannya, menyadap pembicaraan orang yang bukan penjahat, adalah sebuah tindak kejahatan.

Tidak hanya itu, SBY juga mengaku sebenarnya dia sudah tahu siapa yang menyadapnya.

"Sebenarnya saya mengerti siapa yang melakukan penyadapan telepon saya itu, tetapi biarlah sejarah yang mengadabikannya," tandas SBY.

Pengakuan SBY Soal Capres yang Menggebu-gebu Obral Janji di Bukunya, Berharap Rakyat Tak Terkecoh

Selama menjabat sebagai presiden dari tahun 2004 hingga 2014, SBY bertemu banyak tokoh penting.

Ada sejumlah tokoh yang tampaknya cukup berkesan bagi SBY.

Termasuk tokoh-tokoh yang yang maju dalam pilpres.

Terkait hal itu, SBY menuliskannya dalam bukunya yang berjudul "SBY Selalu Ada Pilihan" terbitan Kompas tahun 2014 lalu.

Dalam buku itu, SBY mengomentari janji seorang calon presiden (capres) pada Pilpres 2014 lalu.

Menurutnya, menjelang pemilu 2014 lalu, dia menyaksikan di televisi maupun billboard, tentang adanya seorang capres yang sangat aktif dan menggebu-gebu dalam berjanji.

"Menjelang Pemilu 2014, baik melalui televisi maupun billboard, ada seorang calon presiden yang sangat aktif dan menggebu-gebu dalam berjanji bahwa jika ia terpilih menjadi presiden pada tahun 2014 mendatang, Indonesia akan bersih dari korupsi," tulis SBY dalam buku itu.

SBY menganggap, kata-kata dan janji capres tersebut luar biasa.

"Secara implisit yang bersangkutan menuding yang lain tidak bersih, dan seolah hanya partai dan dirinyalah yang bersih," ungkap SBY.

Selain itu, SBY juga merasa khawatir.

"Maaf, melihat tayangan dan janji yang amat berlebihan itu saya hanya khawatir jika yang bersangkutan tidak bisa menepati janjinya. Terus tersang saya juga kurang yakin apakah Indonesia akan berubah seketika, terutama bebas dari kejahatan korupsi, apabila tokoh itu menjadi presiden mendatang," ucap SBY.

SBY juga berharap agar masyarakat tidak terkecoh dengan janji-janji semacam itu.

"Mudah-mudahan rakyat tidak terkecoh dengan janji-janji yang amat berlebihan itu," tandas SBY.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved