Siapa Membekingi Bisnis Minyak Ilegal di Jambi? Lihat Foto dari Udara Penampakan Lokasi Pengolahan
Mobil itu mondar-mandir di lokasi dari pagi hingga malam hari. Bau minyak ilegal itu begitu menyengat hidung. Lihat foto-foto udara ini ...
Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS
Dia mengatakan hanya mengetahui bahwa aktivitas tersebut memang ada, namun tidak dilarang.
"Saya tahu memang ada, tapi tidak tahu itu punya siapa. Tapi yang jelas itu punya warga sekitar sinilah. Mereka juga tak melapor ke saya untuk membuka tempat memasan minyak," kata Kades saat dikonfirmasi, Jumat (16/6).
Disinggung bahwa kades seakan tutup mata, Ahmad Yani mengatakan tidak pernah menyuruh ataupun melarang bagi mereka yang mengolah minyak.
"Saya tidak melarang, tidak menyuruh. Kalau dilarang takutnya bentrok dengan warga. Karena mayoritas pekerja dan pemilik di sana adalah warga sekitar sini," kata Yani.
Dia juga membantah bahwa dirinya ikut terlibat atau mendapat keuntungan dari hadirnya tempat pemasakan minyak itu.

"Saya tidak dapat uang sepeserpun dari tempat itu. Ke sana pun saya belum pernah sekalipun. Karena mereka memang tidak lernah melapor," bebernya.
Ia juga pernah berusaha melaporkan aktivitas tersebut ke Bhabinkamtibmas Desa Batin Ness, kendati hasilnya nihil.
"Saya juga sudah melapor kepada Bhabinkamtibmas. Tapi tidak ada tanggapan," jelasnya.
Kades menjelaskan, baru-baru ini pihaknya telah mengikuti sosialisasi dari Polres Batanghari di kecamatan. Hasilnya, menyampaikan tentang illegal drilling tersebut.
"Intinya penegakan hukum ada pada polisi," jelasnya.
Diduga milik oknum dari Polda Jambi
Berhembus kabar satu di antara tempat pengolahan minyak ilegal di Desa Batin Ness, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari diduga milik oknum polisi yang berdinas di Polda Jambi.
"Yang saya tahu ada oknum aparat yang terlibat di situ," ujar WI, warga sekitar, Minggu (16/6).
Kata WI, warga sekitar takut untuk protes dengan keberadaan lokasi pengolahan minyak, lantaran dibekingi oleh polisi dan preman.
"Kami dak berani protes. Takut itukan punya aparat. Dan takutnya juga banyak preman dari Palembang. Kami ni apolah masyarakat kecil dak tau hukum," jelasnya.