Operasi Sandi Yudha

Kisah 3 Prajurit Kopassus di Sarang Musuh Diam-diam Pasok Senjata, Mantan Panglima TNI Takjub

Kenapa banyak purnawirawan TNI yang memiliki senjata dan misterius darimana senjata tersebut? Kisah 3 prajurit Kopassus di sarang musuh

Editor: Nani Rachmaini
IST
Para prajurit Kopassus 

”Ini kita (TNI) melatih Tentara Nasional Kalimantan Utara dan PGRS di Surabaya, Bogor, dan Bandung."

"Akhirnya, setelah pergantian pemerintah, Presiden Soeharto memutuskan berdamai dengan Malaysia dan gerilyawan tersebut diminta meletakkan senjata."

"Karena PGRS tidak menyerah, terpaksa kita sebagai guru harus menghadapi murid dengan bertempur di hutan rimba Kalimantan,” kata Hendropriyono.

Jenderal (purn) Hendropriyono Diisukan Sakit di Singapura, Katanya: Fitnah ke Jokowi Lebih Sadis
Jenderal (purn) Hendropriyono Diisukan Sakit di Singapura, Katanya: Fitnah ke Jokowi Lebih Sadis (tribunnews)

Pada awal 1960-an, rezim Orde Lama bersama Presiden Macapagal dari Filipina mempertanyakan pembentukan Malaysia yang dinilai sebagai pemain neokolonialisme Inggris.

Macapagal sempat mengusulkan pembentukan Maphilindo, semacam federasi Malaysia, Filipina, dan Indonesia yang memiliki kesamaan kultural Melayu.

Soekarno jauh lebih progresif dan memilih berkonfrontasi langsung dalam sebuah perang tidak resmi melawan Malaysia dan Persemakmuran Inggris (British Commonwealth).

Perang tidak resmi tersebut berlangsung sengit, terutama di rimba Kalimantan dari perbatasan Kalimantan Barat-Kalimantan Timur dengan Sarawak dan Sabah.

Kerasnya pertempuran itu bisa ditemukan dalam beragam artefak perang dan temuan jenazah di hutan belantara Kalimantan.

Beberapa tahun silam, misalnya, Kolonel Fred Dangar dari misi militer Kedutaan Besar Australia di Jakarta bersama Mabes TNI berhasil mengidentifikasi sisa kerangka dua prajurit Australia, termasuk seorang di antaranya anggota pasukan elite Special Air Service Regiment.

Ilustrasi: Tim Nanggala
Ilustrasi: Tim Nanggala (IST/Bangka Pos)

Situasi politik yang berubah 180 derajat membuat TNI harus melucuti bekas muridnya yakni PGRS dan Paraku

Setelah peristiwa Mangkok Merah akhir 1967, yakni kerusuhan masyarakat Dayak-Tionghoa, Letnan Satu (Inf) Hendropriyono yang baru menyelesaikan pendidikan komando di Batujajar, Bandung, kebagian tugas bergerilya menghabisi dua kelompok gerilyawan itu.

Sandi Yudha adalah satuan intelijen tempur dari Resimen Para Komando Angkatan Darat, yang kini dikenal sebagai Komando Pasukan Khusus.

Tugas utama pasukan Sandi Yudha dalam perang nonkonvensional tersebut, menurut Hendropriyono, tidak terikat dengan konvensi internasional dan hukum humaniter perang.

Sebisa mungkin pihaknya mengambil hati lawan, sedangkan pertempuran serta tindakan keras hanya menjadi pilihan terakhir.

Saat menaklukkan Hassan, seorang komandan PGRS, Hendropriyono harus menembak lalu membanting lawan dengan gerakan bela diri.

Serangan Kopassus Bikin Pemberontak PRRI Kocar-kacir
Serangan Kopassus Bikin Pemberontak PRRI Kocar-kacir (Angkasa : Indonesian Special Force)
Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved