Pilpres 2019

Andi Arief: Pak Prabowo Subianto dan Pak Jokowi Sampai Berapa Korban Agar Bapak Berdua Bertemu?

Andi Arief meminta kedua tokoh yakni Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto agar segera bertemu. Hal itu disuarakan Andi Arief menyusul jatuhnya k

Editor: andika arnoldy
Presiden Joko Widodo (kiri) dan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Prabowo Subianto (kanan) saling berpelukan disela menyaksikan Pencak Silat Asian Games 2018 di di Padepokan Pencak Silat di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (29/8). ANTARA FOTO/Kumparan/INASGOC/Aditia Noviansyah/pras/18. - ANTARA FOTO/Kumparan/INASGOC/Aditia Noviansyah/pras/18 

TRIBUNJAMBI.COM-  Andi Arief meminta kedua tokoh yakni Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto agar segera bertemu.

Hal itu disuarakan Andi Arief menyusul jatuhnya korban jiwa dalam demo 22 Mei 2019 di Jakarta.

Demo yang berujung kerusuhan tersebut merupakan buntut penolakan terhadap hasil Pemilu 2019.

Agar korban jiwa tak bertambah, Andi Arief menilai sudah saatnya Jokowi dan Prabowo bertemu untuk meredakan suasana. 

Andi Arief juga mengingatkan bahwa tawuran takkan mungkin menjatuhkan rezim dan tembakan aparat juga bukan solusi untuk mempertahankan kekuasaan. 

"Tawuran tak mungkin menjatuhkan rejim, tembakan juga bukan solusi mempertahankan kekuasaan."

Baca: Rumah Mewah Annisa Pohan yang Antitungau Terungkap, Tak Kalah dengan Rumah SBY-Ani

Baca: MISTERI Hilangnya Pesawat Malaysia MH-370 Terungkap, Sosok Ini Sebut Ada yang Disembunyikan

Baca: Djoko Setiadi Tersingkat Pimpin Badan Siber dan Sandi Negara, Penggantinya Mantan Dansatdik Kopassus

"Pak Prabowo dan Pak Jokowi YTh, sampai berapa korban "nyawa rakyat" yang bisa melunakkan hati untuk bapak berdua bertemu? Korban nyawa ini akibat persaingan antara bapak berdua. Terbuat dari apa hati bapak berdua?"

"Korban nyama sudah terjadi, para petinggi dan elite politik dari 01 dan 02 terbius menikmati tawuran rakyat melawan aparat. Tak ada satu pun yang bicara. Pak Jokowi dan Pak Prabowo matikan televisi, bertemulah," demikian cuitan Andi Arief di Twitter, Rabu (22/5/2019).

Calon Presiden Nomor Urut 1, Joko Widodo dan no urut 2, Prabowo Subianto bersalaman usai Debat Kedua Calon Presiden, Pemilihan Umum 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019)
Calon Presiden Nomor Urut 1, Joko Widodo dan no urut 2, Prabowo Subianto bersalaman usai Debat Kedua Calon Presiden, Pemilihan Umum 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019) (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Beberapa waktu sebelumnya, Andi Arief juga pernah mengunggah cuplikan video yang menampilkan percakapan telepon antara Jusuf Kalla (JK) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Percakapan teleopon itu terjadi 10 tahun lalu kala keduanya bertarung dalam Pilpres 2009.

Saat itu, JK yang kalah berjiwa besar menghubungi SBY sebagai pemenang Pemilu 2009.

"Berkomunikasi dalam kompetisi, tanpa harus menuding kesalahan pada siapapun," tulis Andi Arief dalam unggahannya tersebut.

Setelah cuitan tersebut, Andi Arief juga pernah mempertanyakan keberadaan JK sebagai Wakil Presiden RI saat ini di tengah ketegangan politik Tanah Air.

"Pak JK dimana dan kemana? Kan masih Wapres." tulis Andi Arief.

Dilansir Warta Kota, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla alias JK buka suara terkait aksi demo 22 Mei 2019 di Jakarta yang berujung rusuh.

Jusuf Kalla menegaskan bahwa seberapa besar demo tak akan merubah hasil Pemilu 2019.

Hal itu dikemukakan Jusuf Kalla menyusul laporan hasil sidang pleno rekapitulasi pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), Rabu (22/5/2019).

Jusuf Kalla menjelaskan bahwa yang bisa merubah hasil pemilu yakni laporan yang terbukti di Mahkamah Konstitusi (MK).

"Tapi kalau demo saja tidak akan menyelesaikan persoalan, yang bisa menyelesaikan persoalan kan ke MK, apapun, berapa besar demo pun tidak akan merubah," ujar Jusuf Kalla, di Kantor Wakil Presiden RI, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat

"Yang merubah hal apabila ada suatu laporan yang memang terbukti ke MK," sambungnya.

Jusuf Kalla. (Youtube/Najwa Shihab)
Ia juga menuturkan, dalam menyampaikan pendapat seperti melalui demo diperbolehkan dalam negara.

Jusuf Kalla memaparkan, aksi unjuk rasa boleh dilakukan dengan sesuai prosedur.

"Ya kita negara yang terbuka untuk orang berpendapat, tapi semua persoalan ada prosedurnya," jelas Jusuf Kalla.

"Boleh saja tentu berpendapat atau mengeluarkan pandangan."

"Dalam bentuk demonstrasi, demo, tapi tentu sesuai prosedur," tambahnya.

Petugas kepolisian terlibat bentrok dengan massa di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019). Bentrokan antara polisi dan massa terjadi dari dini hari hingga pagi hari. Tribunnews/Irwan Rismawan 


Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Anies Baswedan: 6 Korban Meninggal Saat Aksi 22 Mei, 200 Luka, http://www.tribunnews.com/pilpres-2019/2019/05/22/anies-baswedan-6-korban-meninggal-saat-aksi-22-mei-200-luka?page=all.

Editor: sri juliati
Petugas kepolisian terlibat bentrok dengan massa di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019). Bentrokan antara polisi dan massa terjadi dari dini hari hingga pagi hari. Tribunnews/Irwan Rismawan Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Anies Baswedan: 6 Korban Meninggal Saat Aksi 22 Mei, 200 Luka, http://www.tribunnews.com/pilpres-2019/2019/05/22/anies-baswedan-6-korban-meninggal-saat-aksi-22-mei-200-luka?page=all. Editor: sri juliati ((Tribunnews/Irwan Rismawan))

Dirinya menambahkan, jika ada kekerasan saat melakukan demo, itu termasuk dalam pelanggaran.

"Ya saya kira demo itu untuk mendukung proses itu, silahkan saja, karena itu polisi, TNI, keamanan siap menghadapinya," kata Jusuf Kalla.

"Apabila proses itu dilanggar yang memakai kekerasan memakai demo melanggar lalu lintas terus menerus, itu pelanggaran," tandasnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved