AKP Rochana Nyaris Disiram Air Anak Buahnya, Penyamaran Polwan Cantik Jadi PSK Tak Terdeteksi

Sang polwan cantik, Bripda Mira, akhirnya mengenakan rambut palsu dan berbaju ketat. Sementara sang kapolsek memakai daster.

Editor: Duanto AS
(banjarmasin post group/ nia kurniawan)
Ilustrasi praktik prostitusi. 

Sang polwan cantik, Bripda Mira, akhirnya mengenakan rambut palsu dan berbaju ketat. Sementara sang kapolsek memakai daster.

TRIBUNJAMBI.COM - Tak ada yang menyangka kapolsek perempuan dan polwan cantik ini mampu menipu banyak orang.

Penyamaran AKP Rochana Sulistyaningrum ini membuat anak buahnya tertipu.

Kejadian tak terduga dialami perempuan yang saat itu menjabat Kapolsek Wedarijaksa di Pati, Jawa Tengah.

Saat balik lagi ke kantor selesai penyamaran, AKP Rochana dan polwan cantik yang diajaknya menyamar nyaris disiram air oleh anak buah sendiri.

Baca Juga

 Bule Cantik Polly Alexandria Balik ke Pelukan Nur Khamid, Sahur Nasi Bungkus Lauk Terong Tahu

 Daftar Nama Calon Menteri Jokowi-Maruf, Lihat Secara Detail Polling yang Beredar Berikut Ini

 Ini Ganjalan Natasha Wilona dan Verrell Bramasta Menikah Muda, Ivan Fadilla Paparkan Perbedaan

 Peta Pengalihan Arus Lalu Lintas di Jakarta saat Aksi 22 Mei 2019, Sebaiknya Hindari Titik-titik Ini

 Rumah Mewah di Garut yang Tak Selesai Pembangunannya Jadi Misteri, Akhirnya Dijual Murah

Itu lantaran sang anak buah pangling dan mengira yang nekat datang adalah perempuan tuna susila, bukan kapolsek.

Kisah penyamaran polwan cantik ini menjadi pembicaraan di mana-mana.

AKP Rochana Sulistyaningrum yang mengajak seorang polwan cantik, melakukan penyamaran habis-habisan.

Saat itu, kapolsek hendak membongkar kasus perdagangan perempuan di Kecamatan Wedarijaksa, Pati, Jawa Tengah.

Di beberapa tempat, bahkan ada yang sampai hati memperkerjakan anak di bawah umur menjadi penjaja seks.

Akhirnya, dua polwan cantik menyamar menjadi pekerja seks komersil (PSK).

Mereka turun langsung, 'melakoni' kehidupan malam yang bagaikan dua mata koin, sulit dipisahkan antara narkoba dan prostitusi.

Dua polwan cantik melakukan penyelidikan kehidupan malam dan perdagangan perempuan.

Penyelidikan seminggu sebelumnya

Sasaran pertama dalam penyamarannya, yaitu lokasi di Warung Kopi Kuro-Kuro di Dukuh Rames, Desa Sukoharjo, Kecamatan Wedarijaksa.

Sepekan sebelum melakukan penggerebekan ke Warung Kopi Kuro-Kuro, AKP Rochana bergerak sendiri menelusuri bisnis esek-esek terselubung itu.

Bripda Ginda Oktarina, polwan cantik dari Polres Tulangbawang, Lampung.
Ilustrasi: Bripda Ginda Oktarina, polwan cantik dari Polres Tulangbawang, Lampung, yang kerap bertemu begal. (Facebook)

Dengan mengendarai sepeda motor, Rochana yang berpakaian preman mulai bertanya-tanya kepada warga sekitar.

Ia mulai bercengkerama dengan orang yang ada di dalam Warung Kopi Kuro-Kuro.

Bangunan yang dijadikan sebagai modus warung kopi tersebut bagian depannya digunakan untuk jualan kopi dan makanan. Warga hanya tahu itu warung kopi.

Pemiliknya cukup rapi mengelabuhi karena hanya orang tertentu yang bisa menikmati bisnis esek-eseknya.

Sehari sebelum penyergapan, wanita berhijab itu kemudian memutuskan untuk menyaru, supaya bisa bercengkerama dengan orang di dalam warung kopi Kuro-Kuro.

Ajak Bripda Mira

Untuk memuluskan penyamarannya, ia lantas mempercantik diri.

Selain itu, AKP Rochana mengajak seorang anggotanya, Bripda Mira Indah Cahyani (21).

"Mira, kamu jangan pulang dulu, nanti malam ada kegiatan. Tolong kamu jangan bilang anggota lain. Sore ini saya mandi di kantor dan selanjutnya antar saya ke salon," ujar Rochana.

Rochana kemudian menyampaikan perihal rencana penyamaran itu kepada Mira.

Dengan membonceng Mira yang mengendarai motor matik, mereka berangkat menuju salon di wilayah Pati.

Awalnya, kedua polwan ini sempat canggung karena harus mengubah kebiasaan dengan berdandan seksi. Namun, semua itu terpaksa dikesampingkan demi tugas mulia.

Pakaian serba mepet tubuh

"Mira sempat risih karena saya suruh berganti kaus minim dan hotpant. Begitu juga saya yang memutuskan mengenakan daster dan melepas hijab. Tapi it's ok, inilah tugas yang harus kita emban," jelas Rochana.

Rambut kedua polwan ini pun didandani ala kekinian.

Ilustrasi Polwan.
Ilustrasi Polwan. (TRIBUNSOLO.COM/CHRYSNHA PRADIPHA)

Bripda Mira harus mengenakan rambut palsu karena rambutnya pendek.

Saya juga minta Mira memakai topi. Kaus, hotpant serta topi itu milik anak saya.

"Kalau saya yang berdandan seperti anak muda kan lucu. saya pakai daster saja," ungkap Rochana sambil tertawa.

Rampung berdandan, kedua polwan tanpa berbekal senjata api (senpi) ini bergegas menuju warung kopi Kuro-Kuro. Motor matik diparkir di depan lokasi.

Mereka kemudian masuk ke dalam untuk mengawali aksi penyamaran. Keduanya mengaku sebagai sesama kerabat dengan status janda yang membutuhkan pekerjaan.

Rochana dan Mira kemudian bergantian memelas dan merayu seorang wanita PSK yang ada di dalam warung kopi. Sampai akhirnya Woro Wiranti (34), wanita pemilik bisnis prostitusi itu keluar dari kamar menemui keduanya.

Kaget saat tahu identitas bos warung

Rochana dan Mira masuk warung kopi itu sehabis magrib dan sepi. Setelah bertemu dengan seorang wanita berpakaian seksi, dan mengutarakan niat sebelumnya, wanita PSK itu pun memanggil bosnya.

"Saya kaget bukan kepalang begitu bosnya keluar. Ternyata ia biduan dangdut yang sering ketemu di panggung saat saya berjaga mengamankan. Kami pernah saling menyapa dan bertatap muka. Saat itu saya hanya berdoa semoga penyamaran lancar. Alhamdulillah ia tak mengenali saya," kata Rochana yang masuk Secaba Polwan tahun 1987 itu.

Setelah mengobrol selama beberapa jam sembari menikmati secangkir kopi, bos warung kopi Kuro-Kuro selaku mucikari akhirnya memberikan kode lampu hijau.

AKP Rochana dan Bripda Mira pun diterima bekerja dengan syarat harus senantiasa berpenampilan aduhai yang mengundang syahwat lelaki.

Mereka berdua diharuskan berangkat bekerja mulai pagi pukul 09.00 WIB.

"Besok langsung kerja aja layani tamu berkaraoke. Jika tamu minta esek-esek layani saja. Ada satu room karaoke dan dua kamar. Oh iya kamu jangan pakai daster lagi. Kalau siang banyak bos-bos berkumpul di sini. Ada bos ketela, bos ikan, dan bos tepung. Kalau habis magrib sudah sepi," kata Rochana menirukan ucapan bos PSK itu.

Warung kopi Kuro-Kuro tersebut sudah beroperasi 4 bulan. Untuk sekali berkencan dengan PSK tarifnya mulai Rp 200 ribu hingga Rp 400 ribu, tinggal menyesuaikan usia dan fisik.

"Meski sudah berumur saya diperbolehkan bekerja dengan tarif Rp 50 ribu sekali kencan. Katanya saya khusus untuk brondong, karena brondong itu tak berduit. Kalau Mira tarifnya Rp 350 ribu, dengan alasan karena muda dan bodinya masih bagus. Itu bosnya yang bilang," kisah Rochana.

Dibentak-bentak anak buah sendiri

Setelah sepakat dengan bos PSK, Rochana dan Mira langsung pulang ke Mapolsek Wedarijaksa. Penyamaran mereka rupanya berjalan mulus. Petugas piket Mapolsek Wedarijaksa saat itu bahkan sempat tak mengenali Rochana.

Dua polwan yang melakukan penyamaran, Brigadir Popy (kanan) dan Bripda Fitria (berjilbab). Polisi wanita dari Polres Garut itu menyamar sebagai PSK di Bali.
Dua polwan yang melakukan penyamaran, Brigadir Popy (kanan) dan Bripda Fitria (berjilbab). Polisi wanita dari Polres Garut itu menyamar sebagai PSK di Bali. (Ari Maulana karang/Kompas.com)

Anggotanya yang berjaga malam itu sempat mengusir Rochana yang hendak masuk ke kantor lantaran dikira orang gila yang berkeliaran.

"Hai kamu jangan masuk! Pergi atau kusiram kamu!" kata Rochana menirukan hardikan anak buahnya kala itu.

"Enak saja mau nyiram, saya ini Kapolsek kamu," ujar Rochana.

Kata Rochana, saat itu juga anggotanya kaget dan tak percaya. Mereka pun tertawa semua sendiri.

Keesokan harinya, yakni sekitar pukul 15.30 WIB, Rochana bersama tim gabungan dari Polsek Wedarijaksa menggerebek warung kopi Kuro-Kuro.

Dalam penggerebkan, polisi mengamankan 3 PSK, 4 pria hidung belang, dan satu pasangan mesum yang terkunci rapat di kamar.

Selain itu turut mengamankan seorang mucikari atau pemilik warung kopi Kuro-Kuro atas nama biduan Woro Wiranti (34).

"Mana Brondongnya, katanya saya mau dikasih brondong?" tanya Rochana pada mucikari dan si pemilik warung kopi itu. Pemilik warung kopi langsung kaget dan meminta maaf.

"Saat ini proses hukum sedang berlangsung dan akan dilimpahkan ke kejaksaan. Penyelidikan tak ditemukan pekerja gadis di bawah umur," imbuh Rochana.

Mereka yang diamankan dijerat Pasal 296 KUHPidana karena mengadakan atau memudahkan perbuatan cabul dengan ancaman pidana 1 tahun 4 bulan penjara.

Baca kisah-kisah polwan Polri dan tentara wanita TNI di Tribunjambi.com (*)

Subcribe Youtube

 NONTON di HP Link Live Streaming Bali United vs Bhayangkara FC Malam Ini, Anak Asuh Teco sudah Siap

 Prabowo 3 Kali Kalah di Pilpres, Seperti ini Perbandingan Perolehan Suara di Pemilu 2009, 2014, 2019

 Bule Cantik Polly Alexandria Balik ke Pelukan Nur Khamid, Sahur Nasi Bungkus Lauk Terong Tahu

 Benarkah Luna Maya sudah Dinikahi Faisal Nasimuddin? Keceplosan Bilang Suami Lagi di New York

 Daftar Nama Calon Menteri Jokowi-Maruf, Lihat Secara Detail Polling yang Beredar Berikut Ini

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved