Pemilu 2019
Usai Debat Sengit, Rocky Gerung Tulis Cuitan Sindir Adian Napitupulu, Yunarto Wijaya; Ada yang Stres
Debat Rocky Gerung dengan Adian Napitupulu pada acara Catatan Demokrasi Kita, tayang Selasa malam, 7 Mei pengganti program Indonesia Lawyers Club (ILC
Penulis: andika arnoldy | Editor: andika arnoldy
TRIBUNJAMBI.COM- Perdebatan Rocky Gerung dengan Adian Napitupulu berlangsung sengit,
Debat Rocky Gerung dengan Adian Napitupulu pada acara Catatan Demokrasi Kita, tayang Selasa malam, 7 Mei pengganti program Indonesia Lawyers Club (ILC) di TV One.
Talkshow itu menghadirkan empat narasumber yakni Rocky Gerung mantan akademisi yang tergabung dalam BPN Prabowo-Sandi, Aktivis HAM dan mantan Koordinator Kontras Haris Azhar, Mantan Komisioner KPU yang kini jadi politisi Nasdem I Gusti Putu Artha dan Politisi PDI Perjuangan Adian Napitupulu.
Rocky Gerung terlibat debat sengit dengan Adian Napitupulu dan I Gusti Putu Artha saat menyampaikan pokok-pokok pikirannya untuk menyikapi tema yang dibahas.
Cuitan Rocky Gerung menarik perhatian saat dia menyampaikan "Mengapa ada orang yang seluruh tubuhnya adalah mulut?
Rocky Gerung terlibat debat sengit dengan Adian Napitupulu dan I Gusti Putu Artha saat menyampaikan pokok-pokok pikirannya untuk menyikapi tema yang dibahas.
Lalu twit ini dibalas Yunarto WIjaya "Hehe ada yg stress baru dibabat debat sama adian"
Awalnya, Rocky Gerung menganggap kejadian meninggalnya petugas KPPS dan korban-korban lainnya pasca Pemilu 17 April 2019 merupakan misteri.
"554 misteri itu. Artinya, ada yang masih tersembunyi. Sekarang siapa yang membongkar misteri itu. 1 orang mungkin gak misteri. 554 orang, satu pesawat jumbo jet itu," terang Rocky Gerung.
"554 itu sama dengan anggota DPR di Senayan. Bayangkan, satu Senayan itu, orang Jakarta bilang koit (mati_red) tiba-tiba," ucapnya melanjutkan.
Rocky Gerung menilai kejadian ini adalah sesuatu yang akut, namun tidak kronis.
Sebab, secara tiba-tiba dan dalam waktu jangka pendek banyak korban meninggal dunia.
berikut video selengkapnya
"Sekarang mau ditanyakan misteri ini, mau dipecahkan oleh siapa? oleh dokter? Saya berterimakasih kepada dokter Ani. Melampaui tugas harian dia melakukan riset," kata Rocky Gerung.
Menurut Rocky Gerung, sesuatu yang wajar ketika ingin riset maka seorang dokter mengumpulkan dan mencari semua variabel, termasuk terkait pekerjaan KPPS.
"Jadi biasa aja tu, orang mau riset. Ibu dokter ingin memecahkan misteri itu. Saudara Putu dan saudara Adian ingin menghalangi misteri itu terbuka. Itu dua hal," terang Rocky Gerung.
Belum sempat melanjutkan pemikirannya, Adian Napitupulu yang mendengar pernyataan Rocky Gerung langsung menyanggah.
"Ini menghakimi," ungkap Adian Napitupulu.
I Gusti Putu Artha yang juga sepaham dengan Adian Napitupulu lantas menyanggah Rocky Gerung.
Rocky Gerung kemudian menjawab pernyataan Adian Napitupulu dan I Gusti Putu Artha.
"Saya bukan menghakimi. Tunggu dulu, tunggu dulu. Siapa yang menghalangi?," tanya Rocky Gerung.
Adian Napitupulu kembali bertanya kepada Rocky Gerung.
"Apa buktinya saya menghalangi? Cara apa? Apa buktinya menghalangi?" tanyanya.
Rocky Gerung kembali meminta Adian Napitupulu dan I Gusti Putu Artha untuk tidak menyanggah dan mendengar penjelasannya.
"Diam, saya mau terangkan. Sekarang saya terangkan, diam," pinta Rocky Gerung.
Lantas, Rocky Gerung melanjutkan penyampaian pandangannya untuk menjawab permintaan Adian Napitupulu.
"Keterangan pertama datang dari isi kepala Ketua KPU yang mengatakan ini adalah kelelahan. Memang Ketua KPU dokter? Dia mendengar dari Dekan FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia). Kenapa dia tidak kutip juga dari dokter lainnya. Karena dekan UI lebih otoritas mengucapkan ananesis kedokteran, benar? Salah. Dekan itu pekerjaannya administratif bukan riset," paparnya.
Mendengar pemaparan Rocky, I Gusti Putu Artha kembali menyanggah.
"Menghalanginya yang mana? Pernyataan yang saya sampaikan tadi," tanyanya.
Rocky lalu menjawab sanggahan I Gusti Putu Artha.
"Barusan saya terangkan, you menghalangi keterangan alternatif dari dokter yang bekerja melampaui tugasnya dan hanya mendengar keterangan dari KPU," kata Rocky Gerung.
Belum selesai menyampaikan pernyataannya, Rocky Gerung kembali disanggah Adian Napitupulu.
"Beda dong, aduh. Saya sampaikan tadi ketika kalimat dibuka, saya tidak mau mengomentari persoalan analisa medis. Saya mengkritik bagaimana dia merendahi pekerjaan itu dengan mengatakan apa sih pekerjaan KPPShanya catat-mencatat. Kalau saya mengkritik itu dianggap menghalangi, maka cara berpikir bung yang tidak paham," terangnya.
Suasana makin panas, Adian Napitupulu terus menyanggah Rocky Gerung.
Andromeda Mercury yang menjadi moderator sekaligus presenter talkshow itu sempat juga terlihat menegur Adian Napitupulu yang terus-terusan ngotot karena jalannya diskusi menjadi tidak beraturan.
"Bung Adian, cukup sampai di situ. Kita habiskan pernyataan dari Bung Rocky Gerung. Saya sebagai tuan rumah yang mengatur seluruh narasi di sini. Boleh membantah, tapi kita berikan dulu kesempatan Bung Rocky Gerung sampai habis," pintanya.
Rocky Gerung melanjutkan pemikirannya, namun kembali dibantah Adian Napitupulu.
Haris Azhar yang melihat kelakuan Adian Napitupulu yang menyanggah terus pernyataan Rocky Gerung ketika baru beberapa detik berbicara, terlihat jengah
"Susah juga kalau orang mau menjelaskan gak diterima. Susah juga, gak bisa dialog," komentarnya.
Berikut cuplikan video Rocky Gerung terlibat debat sengit dengan Adian Napitupulu dan I Gusti Putu Artha :
440 Petugas KPPS Meninggal Dunia
Seperti diketahui, hingga Sabtu (4/5/2019) malam, 440 petugas KPPS dilaporkan meninggal dunia.
Ratusan petugas penyelenggara tersebut diduga mengalami kelelahan setelah menyelenggarakan pemungutan dan penghitungan suara Pemilu Serentak pada 17 April lalu.
KPU juga telah memberikan santunan serentak secara simbolis kepada perwakilan keluarga petugas KPPS yang meninggal dunia kemarin.
Besaran santunan terbagi menjadi Rp 36 juta per orang untuk meninggal dunia, Rp 30,8 juta per orang untuk penderita cacat permanen, Rp 16,5 juta per orang untuk penderita luka berat, dan Rp 8,25 juta per orang untuk penderita luka sedang.
Verifikasi terhadap petugas KPPS yang meninggal dunia dan sakit dilakukan hingga 22 Mei.
Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Agus Susanto mengatakan, sedikitnya 30 petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia telah mendapatkan santunan kecelakaan dan kematian.
Puluhan dari ratusan petugas KPPS yang meninggal dunia itu merupakan pekerja yang terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Sehingga, keikutsertaan mereka dalam jaminan sosial ketenagakerjaan didaftarkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja, bukan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Yang terdaftar ada 50 ribu sampai 100 ribu petugas KPPS, mereka didaftarkan dan dibiayai oleh pemberi kerja atau masing-masing pemerintah daerah. Dari yang terdaftar itu, di BPJS Ketenagakerjaan ada 30 orang yang mengalami kecelakaan atau meninggal dunia, semua sudah kami santuni," kata Agus, usai menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla, di Kantor Wapres Jakarta, Senin (6/5/2019), dilansir Kompas.com.
Sementara itu, dilansir dari Tribunnews, jumlah petugas penyelenggara Pemilu, dalam hal ini Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang tertimpa musibah sudah mencapai 4.228 jiwa.
Data ini dihimpun per 4 Mei 2019, pukul 16.00 WIB, dengan rincian 440 petugas KPPS meninggal dunia, dan 3.788 lainnya jatuh sakit.
Sebagian besar, mereka meninggal dunia karena faktor kelelahan fisik dan kurangnya waktu istitahat.
Mereka bersikap demikian lantaran menjaga kemurnian proses rekapitulasi di tingkatnya masing-masing. Hingga tidak mengindahkan kesehatannya sendiri.
KPU RI sendiri sudah memberikan dana santunan ke beberapa petugas KPPS meninggal pagi tadi.
Pemberian dana santunan ini menyusul surat Menteri Keuangan Sri Mulyani tertanggal 25 April 2019 dengan Nomor S-316/ MK.02/ 2019.
Di dalamnya, Menkeu menyetujui besaran uang santunan untuk diberikan kepada keluarga ataupun ahli waris petugas KPPS yang meninggal dunia.
Sementara mereka yang jatuh sakit, sesuai petunjuk teknis yang tengah disusun KPU, mereka akan dimasukkan dalam kategori luka sedang maupun luka berat.
Total dana santunan yang dipersiapkan KPU sebesar Rp50 miliar.
Seluruhnya diperuntukkan sebagai dana santunan petugas KPPS yang meninggal dunia dan sakit.
Jumlah keseluruhan dana ini merupakan hasil efisiensi KPU RI yang sudah dilakukan.
Kemudian mereka melaporkan ke pemerintah untuk kemudian diajukan sebagai dana santunan.
Berikut rincian data petugas KPPS yang meninggal dunia berasal dari 30 provinsi di Indonesia, per 4 Mei pukul 16.00 WIB.
1. Aceh : 7 orang
2. Bali : 2 orang
3. Banten : 23 orang
4. Bengkulu : 7 orang
5. D.I Yogyakarta : 11 orang
6. DKI Jakarta : 22 orang
7. Jambi : 5 orang
8. Jawa Barat : 100 orang
9. Jawa Tengah : 62 orang
10. Jawa Timur : 39 orang
11. Kalimantan Barat : 10 orang
12. Kalimantan Selatan : 8 orang
13. Kalimantan Tengah : 3 orang
14. Kalimantan Timur : 7 orang
15. Kalimantan Utara : 1 orang
16. Kepulauan Riau : 3 orang
17. Lampung : 19 orang
18. Maluku : 3 orang
19. NTB : 4 orang
20. NTT : 10 orang
21. Papua : 6 orang
22. Riau : 12 orang
23. Sulawesi Barat : 12 orang
24. Sulawesi Selatan : 5 orang
25. Sulawesi Tengah : 1 orang
26. Sulawesi Tenggara : 1 orang
27. Sulawesi Utara : 7 orang
28. Sumatera Barat : 3 orang
29. Sumatera Selatan : 22 orang
30. Sumatera Utara : 14 orang (*)