Gunung Agung Kembali Erupsi Selasa (30/4/2019) Pagi, Status Level III (Siaga)

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitude maksimum 25 mm dan durasi ± 2 menit 15 detik. Status Gunung Agung masih status level III (Siaga).

Editor: Suci Rahayu PK
ist
Gunung Agung Kembali Erupsi Selasa (30/4/2019) Pagi, Status Level III (Siaga) 

Gunung Agung Kembali Erupsi Selasa (30/4/2019) Pagi,  Status Level III (Siaga)

TRIBUNJAMBI.COM - Gunung Agung di Karangasem, Bali dilaporkan kembali mengalami erupsi, pada Selasa (30/4/2019), sekitar pukul 05.34 Wita.

Dari laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunungapi Agung, tinggi kolom abu terpantau mencapai 1.000 meter di atas puncak.

 Kolom abu teramati dengan intensitas tebal condong kearah timur.

Sementara ini hingga berita ini diturunkan, status Gunung Agung masih status level III (Siaga).

Sehingga diimbau bagi masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.

Selain itu, zona perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling aktual dan terbaru.

Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak.

Baca: Aksi Heroik Jenderal TNI Kopassus, Benny Moerdany, Prabowo Subianto, AM Hendropriyono & Doni Monardo

Baca: Ibukota Dikabarkan Pindah dari Jakarta, Sutopo BNPB Rekomendasikan Pulau Ini, Bebas Bencana kah?

Laporan Terkini Petugas Pantu Gunung Agung 

Gunung Agung alami erupsi, pada Selasa (30/4) pagi sekitar pukul 05.34 Wita.

Ketinggian kolom abu teramati setinggi 1.000 meter di atas puncak gunung.

Sesuai laporan magma VAR yang disusun Nurul Husaini, petugas Pos Pengamatan Gunung Agung di Kecamatan Rendang, Karangasem, Bali menjelaskan, erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi sekitaar 2 menit 15 detik.

"Gunung jelas. Asap kawah bertekanan sedang hingga kuat teramati warna kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 1000 meter di atas puncak kawah.

Teramati lontaran batu atau lava pijar sejauh lingkaran 500 meter dari bibir kawah,"jelas Nurul Husaeni.

Ditambahkan, saat ini Gunung Agung berada pada Status Level III (Siaga) dengan rekomendasi, warga, pendaki, pengunjung, wisatawan agar tidak berada, dan tidak beraktivitas apapun di zona bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 kilometer dari puncak.

Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.

Sumber: http://bali.tribunnews.com/2019/04/30/gunung-agung-erupsi-pukul-0534-wita-begini-laporan-terkini-petugas-pos-pantau-pvmbg 

Baca: Ramalan Zodiak Selasa 30 April 2019, Taurus Hari Ini Sangat Posesif, Aquarius Alami Kekacauan Jadwal

Kondisi Gunung Agung menyemburkan asap pekat.
Kondisi Gunung Agung menyemburkan asap pekat. (Facebook.com/Ikomang Giri)

4 Fakta Sejarah Gunung Agung yang Tak Banyak Dipahami 

1. Gunung Agung pernah meletus besar pada 1963-1964

Letusan gunung Agung di 1963-1964, salah satu letusan gunung terbesar di abad ke-20. Letusan ini dimulai pada 18 Februari 1963 dan berhenti pada 27 Januari 1964.

Letusan ini juga disebut-sebut menurunkan suhu bmi sebesar 0,4 derajat celcius. Hal tersebut terjadi karena abu dan gas beracun dikeluarkan ke udara.

Diwartakan ABC News, Senin (27/11/2017), menurut Richard Arculus, seorang profesor Emeritus bidang geologi di Universitas Nasional Australia, ketika gunung Agung meletus 54 tahun lalu, ia memuntahkan sejumlah besar abu dan sulfur dioksida ke atmosfer.

Sulfur dioksida itu kemudian bereaksi dengan uap air di udara dan membentuk tetesan asam sulfat.

Sekitar 10 juta ton tetesan tersebut terakumulasi di stratosfer bumi dan membentuk kabut.

Kabut inilah yang kemudian bertindak sebagai penghalang dan mengurangi jumlah sinar ultraviolet (UV) dan menghasilkan efek pendinginan.

2. Gunung Agung tidak bisa didaki sembarang waktu

Seperti yang banyak diketahui, di gunung Agung terdapat pura Besakih. Pura Besakih sendiri merupakan pura tertinggi di Bali.

Karenanya, saat ada upaca keagamaan gunung Agung ditutup untuk pendakian. Aturan setempat menyebutkan

Untuk itu, saat Anda ingin mendaki gunung tertinggi di pulau dewata ini, perlu ke pura Besakih terlebih dahulu untuk mengecek apakah ada upacara keagamaan atau tidak.

3. Pernah terdeteksi anomali termal di gunung Agung

Anomali termal dideteksi oleh MODIS sepanjang tahun 2001-2002 di zona proksimal ke puncak gunung Agung.

Peringatan pertama terjadi pada 23 September 2001 dan yang terbesar terjadi pada 12 Agustus dan 5 Oktober 2002.

Semua peringatan tersebut terjadi di luar kawah puncak dan diasumsikan kebakaran dibandingkan aktivitas gunung berapi.

4. Pada 1989 sempat terekam gempa tektonik di sekitar gunung Agung

Pada Juli 1989,  terpantau aktivitas fumarolik dan solfatorik (terbatas pada kawah) yang mengeluarkan lumut putih tipis yang secara berkala terlihat dari observatorium.

Pada akhir Juli, bahkan tercatat terdapat 69 aktivitas tektonik, 3 tipe vulkanik A, dan 6 kejadian tipe B vulkanik.

Selain itu, pada November tercatat juga ada aktivitas di gunung Agung.

Pengamatan dari obesrvatorium Rendang dan Bundakeling tidak menangkap kabut putih dari lapangan solfatara atau material yang terlepas dari dinding kawah.

Hanya saja, pada bulan November tercatat 59 tektonik dan dua guncangan vulkanik di gunung Agung.

Sumber: https://sains.kompas.com/read/2017/11/28/122337523/4-fakta-gunung-agung-yang-perlu-diketahui?page=all 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved