Pemilu 2019

Maksud Doa Mahfud MD Melaknat Pihak yang Curang di Pemilu 2019 Serta Menuduh Orang Lain Curang

Pakar Hukum Tata Negara Mahfud MD turut berkomentar terkait tudingan adanya kecurangan yang terjadi di Pemilu 2019

Editor: bandot
Kompas.com
Mahfud MD tanggapi kecurangan di Pilpres 2019 

Maksud Unggahan Doa Mahfud MD Melaknat Pihak yang Curang di Pemilu 2019 dan yang Menuduh Orang Lain Curang 

TRIBUNJAMBI.COM - Pakar Hukum Tata Negara Mahfud MD turut berkomentar terkait tudingan adanya kecurangan yang terjadi di Pemilu 2019.

Guru besar Universitas Islam Indonesia (UII) ini melaknat orang atau pihak yang melakukan kecurangan dalam pemilu.

Tak hanya pihak yang melakukan kecurangan, Mahfud juga ikut melaknat pihak yang menuduh orang lain berbuat curang

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD mengunggah doa untuk melaknat orang yang melakukan kecurangan dalam pemilihan umum (pemilu).

Dilansir TribunWow.com, tanggapan itu disampaikan oleh Mahfud MD melalui akun Twitternya, @mohmahfudmd, Sabtu (27/4/2019).

Dicuitkannya, dirinya setuju dengan doa dan turut berdoa untuk melaknat orang yang curang dalam pemilu.

Tak hanya orang yang curang, ia juga menambahkan untuk orang yang menuduh orang lain curang.

Baca: CEK Real Count KPU Terkini, Minggu 28 April 2019, Suara Prabowo 30.224.290 Sudah Diinput, Jokowi?

Baca: Ahmad Dhani Tulis Surat Berisikan Soal Lolosnya ke Senayan Hingga Sebut Surabaya Dapil Neraka

"Sy setuju dgn doa dan turut berdoa,

"Ya Allah, laknatlah oleh-Mu orang2 yg curang dlm Pemilu, orang2 yg membantu dan mendukung orang yg curang dlm pemilu, serta mereka yg sembarangan menuduh orang turut & mendukung curang dlm pemilu.

Ini doa yg adil bagi orng yg beragama. Amiin," tulis @mohmahfudmd.

Mahfud MD Unggah Doa Melaknat Orang yang Curang dalam Pemilu
Mahfud MD Unggah Doa Melaknat Orang yang Curang dalam Pemilu (Twitter @mohmahfudmd)

Sedangkan sebuah akun mengkritik doa yang dilayangkan oleh Mahfud MD.

Akun dengan nama @MuslimFaki itu menuliskan bahwa berdoa baiknya hanya yang baik-baik.

Menurutnya cukup dengan meminta untuk dijauhkan dari orang yang zalim.

"Setahu saya minta doa kpd Allah itu ya yg baik2. Utk sndr atau orla.

Bukan mendoakan jelek2 apa lg laknat melaknat. Laknat Allah itu mengerikan. Tanpa harus meminta kl kt menentang Allah.

Minta sj ya Allah jauhkan bangsa kmi dari orang2 yg zalim.

Solluu alannabii Muhammad," tulis @MuslimFaki.

Mahfud MD lalu menjawab, bahwa menurutnya doa melaknat seseorang yang jahat telah ada sejak zaman Nabi Muhammad.

Sedangkan perihal laknat Allah yang begitu mengerikan, Mahfud MD memperingatkan agar manusia sebaiknya tidak menuduh orang sembarangan.

"Anda salah, Lintang. Sejak zaman Nabi sdh ada ajaran dlm Qur'an ttg sumpah yg nengandung doa melaknat orang. Itu yg disebut mubahalah.

Dalam munakahat (hkm perkawinan Islam) ada juga doa spt itu yakni disebut Li'an. Makanya jgn sembarang menuduh orang agar tdk didoain laknat," ujarnya.

Mahfud MD Unggah Doa Melaknat Orang yang Curang dalam Pemilu dan yang Sembarangan Menuduh
Mahfud MD Unggah Doa Melaknat Orang yang Curang dalam Pemilu dan yang Sembarangan Menuduh (Twitter @mohmahfudmd)

(TribunWow.com/ Roifah Dzatu Azmah)

Pakar hukum Tata Negara Mahfud MD turut mengomentari dinamika politik pasca pemungutan suara Pilpres 2019 dan Pileg 2019.

Hasil quick count sejumlah lembaga survei menyebutkan Jokowi-Maruf Amin menang dengan perolehan 54 persen suara diikuti Prabowo-Sandi yang memperoleh 45 persen suara.

Namun ternyata pasca pengumuman quick count tersebut terjadi polemik, pasalnya Prabowo tak mengakui hasil survei dan mengklaim pihaknya sebagai pemenang.

Tunggu 22 Mei Bakal Ketahuan Siapa yang Curang

Mahfud MD mengomentari polemik Pemilu 2019

Seperti diketahui, Pilpres 2019 mengulang kembali fenomena yang terjadi pada Pilpres 2014 silam.

Hal itu terkait sengkarut perbedaan hasil survei sejumlah lembaga.

Exit poll dan quick count (hitung cepat) sejumlah lembaga survei besar yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) menampilkan jika paslon nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin unggul dari paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Tapi, pada Rabu (17/4/2019) malam, Prabowo membantah hasil survei itu.

Ia lebih percaya hitungan riil (real count) tim internalnya, di mana Prabowo menyatakan dirinyalah yang menang Pilpres 2019 dan melakukan sujud syukur.

Berdasarkan real count yang disebutnya dia unggul dengan raihan 62 persen.

Kemudian muncul dugaan dari sejumlah pihak jika ada kecurangan pada proses Pemilu 2019.

Sementara itu, Mahfud MD memilih santai menanggapi berbagai tudingan itu.

Menurut Mahfud MD, saat ini proses penghitungan surat suara baru tahap awal.

Baca: Usai Menikah, Muzdalifah Langsung Unggah Foto Malam Pertama di Ranjang, Tak Mau Tunda Momongan

Baca: Isi Percakapan WhatsApp Vanessa Angel dengan Mucikari Diungkap, VA Sempat Minta Naik Tarif

Baca: Mantan Suami Cut Tari Ungkap Fakta Lain Soal Video Panas dengan Ariel Noah, Hotman Paris pun Kagum

Nanti akan terbukti dengan sendirinya, apakah ada kecurangan pada Pemilu 2019 yakni pada saat hitung manual.

Ia juga menyindir jika memang sejumlah pihak tak capek silahkan ribut soal proses Pemilu 2019 ini.

"Kalau tak cape, silahkan ribut2 ttg proses dan hasil pemilu sampai saat ini.

Tp pd saatnta nanti, sekitar 22 Mei, saat hitung manual scr nasional dilakukan, akan ketahuan ada kecurangan atau tidak dan siapa yg berbuat curang," tulis Mahfud MD lewat akun Twitter @mohmahfudmd, Minggu (21/4/2019).

Ia pun mengingatkan jika form C1 itu memiliki 6 rangkap.

"Ingat, form C1 dibuat rangkap 6, masing2 pny yg sama," lanjutnya.

Sebelumnya, dalam tayangan di KOMPAS TV yang diunggah 2 April 2019 di YouTube, Mahfud MD membeberkan jika kecurangan hampir tidak mungkin terjadi pada Pemilu 2019.

"Kecurangan itu sekarang hampir tidak mungkin," tegasnya.

Ia mencontohkan kecurangan di tingkat eceran (bawah) memang masih mungkin terjadi.

Tapi itu bersifat silang dan tidak signifikan.

"Tidak bisa itu menunjuk kecurangan yang dilakukan kekuatan tertentu, misalnya selama ini yang dituduh pemerintah memperalat KPU," ungkap Mahfud MD.

"Sekarang beda cara berpikirnya. Kalau zaman orde baru, KPU namanya LPU kan? Itu alat pemerintah, tidak bisa diganggu gugat. Tidak bisa dikontrol," ujar Mahfud MD.

Sekarang menurut dia situasi politik Indonesia sudah berubah.

"Sekarang kan semua bisa ngontrol. Anda bisa ngontrol ke TPS. KPU menurut undang-undang juga independen diawasi oleh Bawaslu. Kalau yang melanggar kontestannya, Bawaslu turun tangan."

"Kalau menyangkut hukum pidana diserahkan ke polisi," kata dia.

Mahfud kemudian menambahkan, jika yang curang adalah KPU atau Bawaslu maka bisa diserahkan ke DKPP yang akan mengadili.

"Kalau terjadi salah perhitungan karena kecurangan juga ada MK. Terus kenapa lagi mesti pakai people power dan sebagainya?" tanya Mahfud MD.

Lanjut Mahfud MD, hal itu justru berpotensi menakut-nakuti rakyat.

"Menurut saya itu menakut-nakuti dan provokasi. Orang kalau tidak ngerti di rakyat bawah akan berteriak curang. Lalu bisa bergerak. Namanya massa kan berbahaya," ucap Mahfud.

Ia pun mengimbau agar semua politikus menjelang Pemilu 2019 ini bersikap dewasa dan tak mengumbar pernyataan kontroversial.

"Menurut saya politisi itu bersikap dewasalah. Mari kita awasi KPU. Saya tidak akan membabi buta membela KPU, tetapi menurut saya instrumen hukum kelembagaan dan perangkat yang disediakan di tengah masyarakat sudah menjamin jika Pemilu ini akan fair," imbuhnya.

Mahfud MD juga mengatakan kini masyarakat bisa mengontrol penuh proses pemilihan umum.

"Sekarang pun memantau boleh di dekat TPS. Asal tidak mengganggu," tegasnya.

Simak video selengkapnya di bawah:

(*)

Bersama Ormas Islam Temui Wapres Jusuf Kalla

Pakar hukum dan tata negara, Mahfud MD bersama sejumlah pimpinan ormas bertemu untuk membahas situasi sosial politik, Senin (22/4/2019) malam.

Dijelaskan oleh Mahfud MD, pertemuan tersebut berlangsung di kediaman Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Ada 19 pimpinan organisasi masyarakat yang hadir dalam pertemuan tersebut. 

Kesemuanya hadir untuk mendiskusikan situasi sosial politik pasca Pemilu 2019.

Pertemuan dilakukan tertutup dengan agenda silaturahim dan makan malam.

Baca: Kisah Polwan Molek nan Cantik, Doyan Cari Hiburan Malam dengan Baju Seksi sebagai Modal Penyamaran

Baca: Kisah 2 Jenderal TNI yang Nurut Ditilang Polantas, Hingga Cerita Intelijen Sangar Dibentak Bintara

Baca: Mahfud MD Berdoa: Laknatlah Orang yang Curang Dalam Pemilu, serta Mereka yang Sembarangan Menuduh

"Bertemu junior sesama mantan Ketua MK Hamdan Zoelva saat makan malam bersama Pimpinan Ormas Islam di kediaman Wapres Jusuf Kalla, malam ini Senin, 22/4/19.

Ada 19 pimpinan ormas Islam hadir mendiskusikan situasi sosial politik pasca pemilu 17 April 2019," kicau Mahfud MD, Senin malam.

Dalam pertemuan tersebut juga turut hadir para petinggi pengurus besar Nahdlatul Ulama.

Seperti Ketua Umum PBNU Said Aqil Siraj, Sekjen PBNU Helmi Faishal, Salahuddin Wahid, cucu pendiri NU, Hasyim Asyari.

Hadir juga perwakilan pengurus pusat Muhammadiyah, yakni Sekretaris Umum Abdul Mu'ti dan mantan Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsudin.

Selain itu, sejumlah tokoh islam lainnya seperti imam besar Masjid Istiqlal, Nazarudin Umar juga turut hadir.

Juga dua mantan Ketua MK, Mahfud MD, dan Jimly Asshiddiqie.

Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Mahfud MD Bersama 19 Pimpinan Ormas Ikut Rapat Tertutup Usai Pilpres 2019, Apa yang Mereka Bahas?

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Mahfud MD Unggah Doa Melaknat Orang yang Curang dalam Pemilu serta yang Sembarangan Menuduh

Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved