Pilpres 2019
Input Data C1, Ini Perbedaan War Room Jokowi-Maruf Amin vs Prabowo-Sandiaga
"Ya kita punya kode etik untuk tidak Instastory atau update di lokasi tempat input data C1," katanya, di sebuah kedai kopi
Input Data C1, Ini Perbedaan War Room Jokowi-Maruf Amin vs Prabowo-Sandiaga
TRIBUNJAMBI.COM - Koordinator Input data C1 Ruang Sandi, Nico Pratama yang mengatakan seluruh anggota tim yang melakukan input data C1 di mana pun, tidak boleh mengunggah cerita di Instagram (Instastory).
Hal itu, kata dia, menjadi kode etik tersendiri bagi anggota.
"Ya kita punya kode etik untuk tidak Instastory atau update di lokasi tempat input data C1," katanya, di sebuah kedai kopi Kamis (25/4)
Baca: Akun Facebook Meli Buguwapai Boma Diburu, Hina Prajurit TNI yang Luka Ditembaki KKB di Papua
Baca: Prabowo Bilang Pemilu Curang, Sandiaga Uno Malah Pastikan Pemilu Sudah Berjalan Jujur dan Bersih
Baca: Otak Encer Komandan Kopaska, Benda Kecil Melar Jadi Senjata Rahasia Ledakkan Kapal Musuh
Hal itu sebagai konsekuensi karena terus berpindah agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kami berupaya preventif saja. Bagaimanapun, ini kan data penting. Jadi, lokasi kami tidak bisa kami publikasikan," ucapnya.
Saat ini, anggota tim yang aktif untuk melakukan input data sebanyak 20 orang. Pembagian, jelas dia, akan dikoordinasikan melalui aplikasi pesan singkat.
Sehingga, menurutnya, tidak banyak terlihat aktivitas yang terjadi. Bahkan, jelas dia, input data bisa dilakukan oleh mereka yang berinisiatif atau memiliki waktu senggang.
Baca: Baru 2 Bulan Menikah, Reino Barack Akui Istrinya Hamil, Syahrini Alami Ini Perasaan & Perubahan Ini
Baca: Bikin Hotman Paris Tergila-gila, Meriam Bellina Pantang Makan 5 Makanan Ini Agar Cantik & Awet Muda
"Tapi tetap, kami akan koordinasi. Yang bisa bantu, boleh. Kalau tidak, ya tidak masalah. Kami kan organik. Jadi, tidak ada paksaan," ungkapnya.
Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno menolak untuk mengungkapkan kepada publik lokasi penghitungan suara internal kubu Prabowo Subianto-Sandiaga.

Sandiaga mengatakan hal itu dilakukan untuk menghindari adanya “abuse of power” atau penyalahgunaan wewenang pihak tertentu untuk mengganggu penghitungan suara Pemilu 2019 internal pihaknya.
“Saya selalu ditanya wartawan di mana lokasinya, tapi saya memutuskan tak membuka ya karena khawatir ada “abuse of power”, lagi hitung-hitung tiba-tiba nanti digerebek,” ungkap Sandiaga Uno saat memantau penghitungan suara oleh relawan Ruang Sandi.
Sandiaga Uno menegaskan bila rekapitulasi sudah selesai baik dari pihaknya maupun KPU RI maka dirinya siap membuka datanya kepada publik.
Ia mengatakan pihaknya siap menyampaikan hasil rekapitulasi dan temuan dugaan kecurangan kepada pihak terkait seperti Bawaslu dan tim gabungan pencari fakta independen jika sudah terbentuk.
Baca: Potret Kedekatan Kate Middleton dengan Rose Hanbury, yang Dikabarkan Selingkuhan Pangeran William
Baca: Dikabarkan Lolos Jadi Wakil Rakyat, Akankah Ahmad Dhani Dilantik? Akui Saya Dipaksa Fadli Zon
“Kalau rekapitulasi sudah sampai pada level selesai akan kita buka secara transparan, kalau prosesnya baik pasti hasilnya baik juga,” tegasnya.
Di kubu Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf, relawan input data C1 tampak sibuk di satu ruangan di Hotel Gran Melia yang penuh dengan Komputer.
"Data dari Jateng sudah input? Dari Kalimantan sudah?" suara operator di dalam ruangan terdengar.
Koordinator "War Room" TKN, Dede menjelaskan, kesibukan itu karena memang sedang ditekan untuk cepat selesai melakukan input data C1 yang sudah masuk ke dalam sistem JAMIN.

Baca: Dikabarkan Lolos Jadi Wakil Rakyat, Akankah Ahmad Dhani Dilantik? Akui Saya Dipaksa Fadli Zon
Baca: VA Terpukul & Menangis, Ayah Vanessa Angel Takutkan Hal Ini Jika Menjenguknya
Dede mengatakan, hingga pukul 15.00 WIB, data C1 dari aplikasi buatan mereka, masuk bagai air bah.
"Per sore ini masuk langsung 100 ribu data. Jadi, memang saya sedang 'push' mereka untuk segera selesai," katanya.
Berbeda dengan tim dari BPN yang selalu berpindah tempat, Dede menjelaskan pihaknya akan tetap berada di Hotel Gran Melia sampai input data selesai.
Jelas dia, tidak ada yang dibiarkan untuk menginap atau tertidur di ruangan tersebut.
Alasannya, mereka membagi waktu selama delapan jam sesuai dengan standar waktu kerja.
"Di sini semua relawan ada 240 orang, dibagi tiga shift. Tetap akan disini sampai benar-benar selesai. Kami pikir awalnya itu satu minggu selesai. Tapi, tidak mungkin kalau lihat kondisi begini," ucapnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Perbandingan War Room Jokowi di Hotel Vs Prabowo di Kedai Kopi, Ini Alasan Sandiaga"